Ribuan hektare sawah di Kalsel diserang virus tungro. Ini diklaim sebagai serangan terbesar yang pernah diderita petani Banua.
“Luas tanam padi di Kalsel 381.152 ha. Juli ini, sudah 3.124,5 ha yang diserang tungro,” sebut Kepala Balai Perlindungan Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPTPH) Kalsel, Abdul Majid (26/7). Dari 11 kabupaten dan dua kota, yang paling terdampak adalah Barito Kuala, Banjar, dan Tanah Laut. “Di Batola seluas 1.577,4 ha dirusak tungro,” tambah Majid.
Ditanya tindakan, Majid mengaku sudah menurunkan tim. Memberi bantuan insektisida agar tungro tidak meluas.
Pengendalian wereng hijau sebagai pembawa penyakit. Disertai penyemprotan pupuk cair yang mengandung zat perangsang tumbuh (ZPT). “Pengendalian bersama petani,” jelasnya.
Namun, BPTPH berani menjamin serangan tungro takkan berdampak pada stok pangan daerah. “Jika dilihat luasannya, maka hanya 0,8 persen. Tidak akan berdampak signifikan,” jaminnya.
Majid lantas mengutip data dari Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Kalsel. Pada semester satu 2022, dari target 500 ribu ton, sudah panen 600 ribu ton. Artinya sudah terlampaui.
“Target tahun ini 1,15 juta ton. Insyaallah akan terpenuhi dalam lima bulan ke depan,” tegasnya.
Diwawancara terpisah, anggota Komisi II DPRD Kalsel, Fahrani mengaku sudah mengunjungi sejumlah petani yang mengeluhkan serangan tungro. “Di Batola saya melihat banyak sekali lahan pertanian yang rusak,” ujarnya.
Politikus PDI Perjuangan ini meminta pemerintah sigap. “Khawatirnya bisa semakin meluas,” tambahnya.
Temuan Fahrani di lapangan, serangan tungro dipicu pengairan sawah yang tidak normal. Banyak lahan yang terendam.
Lalu, kebiasaan petani yang menggunakan bibit lokal hasil tanam tahun lalu. Menurutnya, jika petani menggunakan bibit unggul, kemungkinan diserang tungro bakal tipis.
“Solusinya perlu normalisasi sungai, peremajaan bibit lokal, dan mengubah kebiasaan petani,” sarannya. (gmp/gr/fud)
