Menghidupkan Batik Tulis

Ahmad Nadlori

1 min read

Macam-macam keindahan budaya adalah salah satu identitas Indonesia. Di antara banyak sekali budaya Indonesia, batik hanyalah salah satunya.

Batik adalah kain bergambar khas Indonesia yang proses pembuatannya unik. Secara khusus, batik dibuat dengan “menuliskan” malam atau bahan pewarna lain pada kain. Alatnya bisa bermacam-macam, mulai dari canting, cap, hingga printer. Alat membatik yang paling awal digunakan adalah canting. Kain batik yang motifnya digambar menggunakan canting dikenal sebagai batik tulis.

Belakangan, batik tulis semakin sulit ditemui; baik itu barangnya maupun pengrajinnya. Teknik pembuatan batik tulis memang sulit dan memakan waktu; sangat kontras dengan tuntutan perkembangan teknologi produksi kain bermotif yang ingin segalanya serba murah, cepat, dan banyak. Inilah yang barangkali menyebabkan produksi batik tulis mulai ditinggalkan.

Baca juga:

Di pasaran, batik tulis mulai kalah saing dengan batik-batik murah yang diproduksi menggunakan teknik printing. Dengan menggunakan teknik printing, proses pembuatan kain batik dapat selesai lebih cepat, plus motif yang dihasilkan lebih rapi dan beragam ketimbang batik tulis.

Adanya teknik printing memudahkan seniman dalam memproduksi batik dalam kuantitas yang sangat besar. Seniman tak lagi perlu turun tangan mengerjakan motif batik satu per satu; cukup membuat satu pola atau desain motifnya saja, kemudian tinggal diduplikasi atau dicetak pada kain sesuai kebutuhan. Dengan menggunakan teknik printing, seniman dapat meringkas banyak tahapan pada proses pembuatan batik tulis.

Salah satu seniman batik asal Lampung yang juga pemilik usaha bernama Sikop Arrum Batik pernah bercerita tentang kesulitan yang dihadapinya selama menjalankan usaha batik tulis. “Dalam usaha yang saya kembangkan, saya sudah mencoba mengajak beberapa tetangga saya untuk terus mengembangkan batik dengan menggunakan teknik batik tulis. Namun, belum ada yang serius selama proses belajar pembuatan batik tersebut sehingga sampai saat ini pengembangan usaha ini masih dikelola keluarga saja. Mungkin karena masalah teknis juga—karena proses pembuatan batik tulis memang cukup sulit. Tapi, ini dapat sebanding dengan hasil yang akan kita dapatkan.”

Pendapat pemilik Sikop Arrum Batik ada benarnya. Apabila dibandingkan antara batik tulis dan batik printing, keduanya sama-sama memiliki kelebihan dan kekurangan tersendiri. Salah satu yang paling kentara adalah kekuatan warna batik tulis yang jauh lebih pekat dibandingkan dengan kekuatan warna batik printing. Sementara itu, seperti yang telah disebutkan sebelumnya, batik printing dapat menghasilkan motif dan corak dengan akurasi dan tingkat kerapian yang sangat sempurna dibandingkan dengan batik printing.

Baca juga:

Dari segi nilai jual, batik tulis dapat laku jauh lebih mahal ketimbang batik printing maupun jenis kain batik lain yang diproduksi secara massal. Boleh dikatakan, batik tulis adalah barang bernilai artisanal sehingga semestinya dipasarkan dengan kisaran harga di segmen yang berbeda dengan batik-batik lain yang diproduksi secara massal. Menarget pasar yang mau membayar lebih untuk barang artisanal inilah pekerjaan rumah bagi para pebisnis batik. Di samping itu, wajib ada skema pengupahan yang adil agar para pengrajin batik tulis mendapat hasil yang pantas atas kerja keras mereka.

Melestarikan budaya seperti batik tulis di era gempuran perkembangan teknologi adalah satu hal penting. Namun, menggembar-gemborkan pelestarian batik tulis saja tidak cukup. Agar batik tulis dapat terus hidup, ia harus bisa menghidupi orang-orang yang urun tangan dalam pembuatannya.

 

Editor: Emma Amelia

Ahmad Nadlori

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Dapatkan tulisan-tulisan menarik setiap saat dengan berlangganan melalalui email