Anda di halaman 1dari 63

Struktur-struktur Batuan Sedimen

Struktur batuan sedimen dapat diklasifikasikan menjadi :

1. Struktur Primer (sygenetic); struktur yang terbentuk bersama dengan pembentukan batuan
sedimen itu sendiri :

a. Struktur Fisika; struktur yang terbentuk karena proses fisika (berupa arus/gelombang)

 Bedding, Cross-bedding, Graded-bedding, Inverted graded-bedding, Lamination.


 Tidak ada kenampakan struktur; Massif.
 Berdasar kenampakannya di permukaan batuan; Ripple marks, Tool marks, Flute cast,
Mud cracks, Rain print.
 Karena proses deformasi; Load cast, Convolute structure.

b. Struktur Biologi; struktur  yang terbentuk karena aktivitas organisme biologis.

 Track, Trail (jejak)


 Burrow (galian)
 Cast, Mold (cetakan)

c. Struktur Kimia; struktur yang terbentuk karena aktivitas kimiawi.

 Nodule, Konkresi.

2. Struktur Sekunder (epigenetic); struktur yang terbentuk setelah terbentuknya batuan


sedimen tersebut, seperti fault, fold, jointing.
Dari klasifikasi tersebut, beberapa struktur yang umum ditemukan pada batuan sedimen antara
lain :

1. Bedding Atau biasa dikenal sebagai


Struktur Berlapis. Struktur ini merupakan ciri khas batuan sedimen yang memperlihatkan
susunan lapisan-lapisan (beds) pada batuan sedimen dengan ketebalan setiap lapisan ≥ 1 cm.

2. Cross-Bedding Perlapisan Silang-Siur (Cross-Bedding),


batuan sedimen berstruktur ini memperlihatkan struktur perlapisan yang saling potong
memotong. Terbentuk karena pengaruh perubahan energi ataupun arah arus pada saat
sedimentasi berlangsung.

3. Graded-Bedding
Struktur Perlapisan Bergradasi (Graded-Bedding), memiliki ciri-ciri ukuran butir penyusun
batuan sedimen yang berubah secara gradual, yaitu makin ke atas ukuran butir yang semakin
halus, dimana pada proses pembentukkannya butiran yang lebih besar terendapkan terlebih
dahulu sedangkan yang lebih halus terendapkan di atasnya.

4. Lamination/Laminasi Merupakan
Struktur Perlapisan (Bedding) dengan ketebalan masing-masing lapisan (bed thickness) yang
kurang dari 1 cm.

5. Inverted Graded-Bedding Normalnya, struktur graded-


bedding memperlihatkan perubahan gradual butiran yang semakin ke atas semakin halus. Akan
tetapi karena suatu pengaruh tertentu, perubahan gradual butiran yang terbalik (makin ke bawah
semakin halus) dapat terbentuk pada suatu batuan sedimen dan menyebabkan suatu kenampakan
struktur Bergradasi Terbalik (Inverted Graded-Bedding).

6. Slump

Struktur Slump (luncuran), salah satu struktur batuan sedimen yang berbentuk lipatan kecil
meluncur ke bawah karena adanya suatu pengangkatan pada suatu lapisan yang belum
terkonsolidasi sempurna.
7. Load Cast Merupakan
struktur batuan sedimen yang berupa lekukan di permukaan ataupun bentukan tak beraturan
karena pengaruh suatu beban di atas batuan tersebut.

8. Flute Cast Suatu


struktur batuan sedimen yang berupa gerusan di permukaan lapisan batuan karena pengaruh
suatu arus.

9. Wash Out

Wash out adalah kenampakan struktur batuan sedimen sebagai hasil dari erosi tiba-tiba karena
pengaruh suatu arus kuat pada permukaannya.
10. Stromatolite Stromatolite adalah struktur lapisan
batuan sedimen dengan susunan berbentuk lembaran mirip terumbu yang terbentuk sebagai hasil
dari aktivitas cyanobacteria.

11. Tool Marks Struktur


ini hampir sama dengan flute cast, namun bentuk gerusan pada permukaan/lapisan batuan
sedimen diakibatkan oleh gesekan benda/suatu objek yang terpengaruh arus.
12. Rain Print Rain print atau rain marks
merupakan suatu kenampakan/struktur pada batuan sedimen akibat dari tetesan air hujan.

13. Burrow Struktur kenampakan pada lapisan


batuan sedimen berupa lubang atau galian hasil dari suatu aktivitas organisme.

14. Trail Kenampakan jejak pada batuan sedimen


berupa seretan bagian tubuh suatu makhluk hidup/organisme.
15. Track Seperti struktur trail, track
merupakan kenampakan jejak berupa tapak kaki suatu organisme.

16. Mud Cracks Bentuk retakan-retakan


(cracks) pada lapisan lumpur (mud) yang umumnya berbentuk polygonal.

17. Flame Structure Flame structure,


kenampakan struktur yang seperti lidah/kobaran api. Struktur ini dapat terbentuk ketika suatu
sedimen yang belum terlitifikasi sempurna terbebani oleh suatu lapisan sedimen yang lebih berat
di atasnya. (https://geohazard009.wordpress.com/2015/03/10/struktur-struktur-batuan-
sedimen/)

Batuan Sedimen

A. Proses Pembentukan Batuan Sedimen

Batuan sedimen terbentuk dari material endapan. Mula-mula, material endapan mengalami
proses pengangkutan dari satu tempat (kawasan) sampai di lokasi di mana material tersebut
berhenti berpindah. Selama proses pemberhentian ini, lokasi di mana material diendapkan secara
terus-menerus akan mendapatkan suplai dari material endapan lainnya. Selanjutnya, material
yang diendapkan akan mengalami pengerasan yang kemudian menjadi batu. Ilmu yang
mempelajari batuan sedimen disebut dengan sedimentologi.

Gambar. Peta Geologi Jawa (Sumber: http://psg.bgl.esdm.go.id/)

Pada peta di atas menggambarkan bagaimana persebaran batuan yang menyusun Pulau Jawa.
Pulau Jawa didominasi oleh batuan sedimen tersier dan kuarter. Sementara itu, hanya di
beberapa daerah saja yang tersusun oleh batuan plutonik yang ditunjukkan warna merah. Pulau
Jawa juga didominasi oleh batuan gunung api dan di beberapa tempat tersusun oleh batuan
kapur.

Batuan sedimen terbentuk dari endapan yang dapat diangkut dengan tiga cara, yaitu: suspension,
bed load, dan saltation. Ketiga jenis transport sedimen tersebut akan dijelaskan sebagai berikut.

1. Suspension
Gerak butir endapan yang sesekali bersinggungan dengan dasar sungai atau saluran disebut
suspension. Butir endapan bergerak dengan lompatan yang jauh dan tetap di dalam aliran.
Suspension umumnya terjadi pada butir endapan yang berukuran relatif kecil.

2. Bed load

Gerak butir endapan yang selalu berada di dekat dasar saluran atau sungai disebut bed load. Butir
endapan bergerak dengan cara bergeser atau meluncur mengguling, atau dengan lompatan
pendek. Cara ini umumnya terjadi pada butir endapan yang berukuran relatif besar (seperti pasir,
kerikil, kerakal, bongkah).

3. Wash load

Gerak butir endapan yang hampir tidak pernah bersinggungan dengan dasar sungai atau saluran
disebut wash load. Pada wash load, butir endapan bergerak seperti digelontor oleh aliran dan
tidak pernah menyentuh dasar sungai atau saluran. Cara ini umumnya terjadi pada butir endapan
yang berukuran sangat  halus. Berbagai macam gerakan partikel endapan dapat dilihat pada
gambar di bawah ini.

Gambar. Sifat pergerakan partikel-partikel dalam media air (Sumber: Noor,


Djauhari, 2010)

Endapan akan menjadi batu melalui proses pengerasan atau pembatuan (litifikasi). Litifikasi
terjadi disebabkan endapan terakumulasi dalam jumlah yang sangat banyak. Endapan yang
terkumpul dalam satu lokasi saling menekan satu sama lain. Proses tersebut berlangsung terus-
menerus dan dalam waktu yang lama. Selain itu, terbentuknya endapan menjadi batu juga
melibatkan proses pemadatan (compaction), sementasi (cementation), dan diagenesa.

Batuan sedimen memiliki ciri-ciri yang berbeda dengan batuan lainnya. Ciri-ciri tersebut dapat
dikenali dengan mudah di lapangan. Ciri-ciri batuan sedimen antara lain, yaitu: (1) berlapis
(stratification), (2) umumnya mengandung fosil, (3) memiliki struktur sedimen, dan (4) tersusun
dari fragmen butiran hasil transportasi. Ciri-ciri batuan sedimen dapat dilihat seperti gambar di
bawah ini.

Gambar. Contoh ciri-ciri batuan sedimen yang dapat ditemukan di lapangan


(Sumber: Noor, D

(https://dedisasmito.wordpress.com/bahan-ajar-2/litosfer/batuan-sedimen/)
Struktur Perlapisan (Bedding) Batuan Sedimen
agnas setiawan

Batuan sedimen merupakan jenis batuan yang terbentuk akibat proses


pengendapan. Pengendapan tersebut diakibatkan oleh berbagai tenaga pengangkut
seperti air, angin dan es. Pebedaan tenaga dan lingkungan pengendapan
mengakibatkan struktur perlapisan pada batuan sedimen menjadi beranekaragam
bentuk. Bentuk umum yang sering dijumpai pada struktur lapisan sedimen
diantaranya

1. Cross Bedding

2. Graded Bedding

3. Ripple Marks

4. Mud Craks

5. Lamination

Cross bedding disebut juga perlapisan silang. Lapisan batuan sedimen terlihat
memotong lapisan sedimen lain, selain itu perlapisan ini dapat terjadi jika lapisan
sedimen yang lebih muda memotong lapisan sedimen yang lebih tua. 
Cross Bedding

Graded bedding disebut juga perlapisan bersusun.  Perlapisan sedimen jenis ini
memperlihatkan perbedaan ukuran fragmen/butir lapisan batuan sedimen. Sedimen
yang memiliki ukuran besar lebih dahulu mengendap dibandingkan sedimen yang
berbutir lebih kecil. Jadi semakin ke atas lapisan sedimen semakin berbutir halus. 

Graded Bedding

Ripple marks adalah perlapisan sedimen yang membentuk suatu permukaan


seperti gelombang yang disebabkan oleh pengerjaan angin dan air. Pada awalnya
lapisan ini berstruktur datar, akan tetapi terkena erosi angin dan air sehingga
membentuk cekungan-cekungan. 

Ripple Marks

Mud craks adalah perlapisan sedimen yang terbentuk akibat air yang mengandung
banyak lumpur mengering oleh pengaruh udara. Sedimen ini biasanya
menghasilkan bentukan-bentukan poligonal.

Mud Cracks
Lamination atau laminasi adalah struktur lapisan sedimen yang menunjukkan
perlapisan yang sejajar (horizontal). 

Lamination

Itulah sedikit informasi mengenai struktur lapisan sedimen. Semoga bermanfaat.

Sumber dan Gambar:

http://s0.geograph.org.uk/photos/07/14/071404_6ecfe9b0.jpg

http://www.nr.gov.nl.ca/mines&en/geosurvey/education/features/structures/image
s/gradedlg.jpg

http://geologiterapan.blogspot.com/p/geologi.html

http://www.cas.umt.edu/geosciences//faculty/hendrix/g100/mudcracks.jpg

http://clasticdetritus.files.wordpress.com/2009/09/fff92.jpg

(https://geograph88.blogspot.co.id/2013/06/struktur-perlapisan-bedding-batuan.html)

Mineral Feldspar

0 Struktur Sedimen
Struktur sedimen merupakan pengertian yang sangat luas, meliputi penampakan dari perlapisan
normal termasuk kenampakan kofigurasi perlapisan dan/atau juga modifikasi dari perlapisan yang
disebabkan proses baik selama pengendapan berlangsung maupun setelah pengendapan berhenti. Oleh
sebab itu perlu kiranya dijelaskan dulu apakah sebenarnya yang dimaksud dengan perlapisan (bedding)
itu, sehingga selanjutnya akan memperjelas batasan struktur sedimen.

Sebenarnya belum ada difinisi perlapisan yang memuaskan semua fihak, walaupun sebenarnya
istilah perlapisan sudah luas sekali digunakan dalam pemerian runtunan sedimen. Difinisi yang paling
luas digunakan adalah yang diusulkan Otto (1938), suatu perlapisan tunggal adalah satuan sedimentasi
yang diendapkan pada kondisi fisik yang tetap konstan. Sejalan dengan itu mengartikan perlapisan
sendiri sebagai bidang-bidang permukaan pengendapan yang disebabkan oleh suatu perubahan rezim
sedimentasi dari waktu ke waktu. Perubahan ini meliputi:

A. Perubahan Fisik

image: http://3.bp.blogspot.com/_8pePRADghcY/S5Nw7G51-
AI/AAAAAAAAAQ4/6Jq33ICEdB8/s400/perubahan+fisik.PNG
1. perubahan butir, termasuk bentuk, ukuran, orientasi, kemasan dan komposisinya.
2. perubahan ragam batuan, misalnya dari batugamping kemudian napal.
3. Perubahan warna walaupun masih mempunyai komposisi yang sama.

B. Perubahan kimia. Pada cairan yang membawa larutan sedimen perubahan temperatur, tekanan, dan


konsentrasi ion akan menyebabkan perlapisan juga.

C. Proses biologi. Perbedaan populasi organisme dari waktu ke waktu akan menyebabkan perlapisan.
Walaupun organisme yang mati tidak tersisa sebagai fosil
(cacing misalnya) tetapi jejaknya kemungkinan akan ditemukan.

Perlapisan yang tebalnya >1 cm disebut lapisan (layer, bed atau strata), sedangkan yang <1 disebut
laminasi (lamination)

Studi struktur Sedimen paling baik dilakukan di lapangan ( Pettijohn, 1975 ), dapat
dikelompokkan  menjadi  tiga  macam  struktur, yaitu :

1. Struktur Sedimen Primer
Struktur ini merupakan struktur sedimen yang terbentuk karena proses sedimentasi dapat
merefleksikan mekanisasi pengendapannya. Contohnya seperti perlapisan, gelembur gelombang,
perlapisan silang siur, konvolut, perlapisan bersusun, dan lain-lain. (Suhartono, 1996 : 47)
Struktur Primer adalah struktur yang terbentuk ketika proses pengendapan dan ketika batuan beku
mengalir atau mendingin dan tidak ada singkapan yang terlihat. Struktur primer ini penting sebagai
penentu kedudukan atau orientasi asal suatu batuan yang tersingkap, terutama dalam batuan sedimen.
Struktur yang terbentuk sewaktu proses pengendapan sedang berlangsung termasuk lapisan mendatar
(flat bedding), lapisan silang, laminasi, dan laminasi silang yang mikro (micro-crosslamination), yaitu
adanya kesan riak. (Mohamed, 2007).

A. Cross Bedding ( Perlapisan Silang )

Cross bedding merupakan struktur primer yang membentuk srutur penyilangan suatu lapisan batuan
terhadap lapisan batuan yang lainya, atau lapisan batuan yang lebih muda memotong lapisan batuan
yang lebih tua. Cross bedding didefinisikan oleh Pettijohn (1972) sebagao struktur yang membatasi
suatu unit sedimentasi dari jenis yang lain dan dicirikan dengan perlapisan dalam atau laminasi disebut
juga dengan foreset bedding miring ke permukaan bidang akumulasi (deposisi).

B. Graded Bedding ( Perlapisan Bersusun )

Graded bedding merupakan struktur perlapisan sedimen yang menunjukan perbedaan fragmen atau
ukuran butir sedimen yang membentuk suatu lapisan batuan. Perbedaan ini terbentuk karena adanya
gaya gravitasi yang mempengaruhi saat terjadinya pengendapan pada sedimen tersebut. sedimen yang
memiliki ukuran butir lebih besar akan lebih dahulu mengendap dibandingkan dengan sedimen yang
memiliki ukuran lebih kecil sehingga struktur graded bending akan selalu menunjukan sturktur
perlapisan yang semakin keatas lapisan tersebut ukuran butir yang dijumpai akan semakin keci.

C. Parallel Laminasi ( Perlapisan Sejajar )

            Struktur primer lapisan sedimen yang sejajar. Seperti gambar di bawah ini.
image: http://farm6.static.flickr.com/5163/5339073204_dab1080d32.jpg

D. Riple Mark ( Gelembur Gelombang )


      Ripple mark merupakan struktur primer perlapisan sedimen yang menunjukan adanya permukaan
seperti ombak atau begelombang yang disebabkan adanya pengikiran oleh kerja air, dan angin. Pada
awalnya lapisan batuan sedimen tersebut datar dan horizontal karena adanya pengaruh kerja air dan
angin menyebabkan bagian-bagian lemah terbawa air atau angin sehingg menyisahkan cekungan-
cekungan yang membentuk seperti gelombang.

2. Struktur Sedimen Sekunder
Struktur yang terbentuk sesudah proses sedimentasi, sebelum atau pada waktu diagenesa. Juga
merefleksikan keadaan lingkungan pengendapan misalnya keadaan dasar, lereng dan lingkungan
organisnya. Antara lain : beban, rekah kerut, jejak binatang.

3. Struktur Sedimen Organik
Struktur yang terbentuk oleh kegiatan organisme, seperti molusca, cacing atau binatang lainnya. Antara
lain : kerangka, laminasi pertumbuhan.

Read more at http://geologiterapan.blogspot.com/p/geologi.html#cYfsaOqVJdliriPf.99


Macam-macam Batuan Metamorf
03/05/2012 noroadityo Leave a comment Go to comments

Setelah mengetahui jenis-jenis pembentukan metamorfisme dan penamaan batuan metamorf


berdasarkan struktur,tekstur,dan komposisi mineralnya. Kini saatnya kita perlu mengetahui dan
melihat macam-macam batuan metamorf seperti yang telah dijelaskan pada postingan
sebelumnya. Berikut ini adalah gambar dengan klasifikasinya :

1. Slate

Slatycleavage (sabak)

Slate merupakan batuan metamorf terbentuk dari proses metamorfosisme batuan sedimen Shale
atau Mudstone (batulempung) pada temperatur dan suhu yang rendah. Memiliki struktur foliasi
(slaty cleavage) dan tersusun atas butir-butir yang sangat halus (very fine grained).

Asal                               : Metamorfisme Shale dan Mudstone

Warna                            : Abu-abu, hitam, hijau, merah

Ukuran butir                    : Very fine grained

Struktur                          : Foliated (Slaty Cleavage)

Komposisi                       :  Quartz, Muscovite, Illite


Derajat metamorfisme    : rendah

Ciri khas                       : mudah membelah menjadi lembaran tipis.

2. Filit

Filitik ( filit)

Merupakan batuan metamorf yang umumnya tersusun atas kuarsa, sericite mica dan klorit.
Terbentuk dari kelanjutan proses metamorfosisme dari Slate.

Asal                               : Metamorfisme Shale

Warna                            : Merah, kehijauan

Ukuran butir                    : Halus

Struktur                          : Foliated (Slaty-Schistose)

Komposisi                       : Mika, kuarsa

Derajat metamorfisme      : Rendah – Intermediate

Ciri khas                         : Membelah mengikuti permukaan gelombang

3. Gneiss
Gneissa (gneiss)

Merupakan batuan yang terbentuk dari hasil metamorfosisme batuan beku dalam temperatur dan
tekanan yang tinggi. Dalam Gneiss dapat diperoleh rekristalisasi dan foliasi dari kuarsa, feldspar,
mika dan amphibole.

Asal                               : Metamorfisme regional siltstone, shale, granit

Warna                            : Abu-abu

Ukuran butir                    : Medium – Coarse grained

Struktur                          : Foliated (Gneissic)

Komposisi                       : Kuarsa, feldspar, amphibole, mika

Derajat metamorfisme      : Tinggi

Ciri khas                        : Kuarsa dan feldspar nampak berselang-seling dengan lapisan                


tipis kaya amphibole dan mika

4. Sekis
Skistosa (sekis)

Schist (sekis) adalah batuan metamorf yang mengandung lapisan mika, grafit, horndlende.
Mineral pada batuan ini umumnya terpisah menjadi berkas-berkas bergelombang yang
diperlihatkan dengan kristal yang mengkilap.

Asal                               : Metamorfisme siltstone, shale, basalt

Warna                            : Hitam, hijau, ungu

Ukuran butir                    : Fine – Medium Coarse

Struktur                          : Foliated (Schistose)

Komposisi                       : Mika, grafit, hornblende

Derajat metamorfisme      : Intermediate – Tinggi

Ciri khas                         : Foliasi yang kadang bergelombang, terkadang terdapat                          


kristal garnet

5. Marmer

Marble (marmer)

Terbentuk ketika batu gamping mendapat tekanan dan panas sehingga mengalami perubahan dan
rekristalisasi kalsit. Utamanya tersusun dari kalsium karbonat. Marmer bersifat padat, kompak
dan tanpa foliasi.
Asal                            : Metamorfisme batu gamping, dolostone

Warna                         : Bervariasi

Ukuran butir                 : Medium – Coarse Grained

Struktur                       : Non foliasi

Komposisi                    : Kalsit atau Dolomit

Derajat metamorfisme   : Rendah – Tinggi

Ciri khas                 : Tekstur berupa butiran seperti gula,  terkadang                                              


terdapat fosil, bereaksi dengan HCl.

6. Kuarsit

quartzite (kuarsit)

Adalah salah satu batuan metamorf yang keras dan kuat. Terbentuk ketika batupasir (sandstone)
mendapat tekanan dan temperatur yang tinggi. Ketika batupasir bermetamorfosis menjadi
kuarsit, butir-butir kuarsa mengalami rekristalisasi, dan biasanya tekstur dan struktur asal pada
batupasir terhapus oleh proses metamorfosis .

Asal                               : Metamorfisme sandstone (batupasir)

Warna                            : Abu-abu, kekuningan, cokelat, merah

Ukuran butir                    : Medium coarse

Struktur                          : Non foliasi

Komposisi                       : Kuarsa

Derajat metamorfisme      : Intermediate – Tinggi

Ciri khas                         : Lebih keras dibanding glass


7. Milonit

Milonitik (milonit)

Milonit merupakan batuan metamorf kompak. Terbentuk oleh rekristalisasi dinamis mineral-
mineral pokok yang mengakibatkan pengurangan ukuran butir-butir batuan. Butir-butir batuan
ini lebih halus dan dapat dibelah seperti schistose.

Asal                             : Metamorfisme dinamik

Warna                          : Abu-abu, kehitaman, coklat, biru

Ukuran butir                  : Fine grained

Struktur                        : Non foliasi

Komposisi                    : Kemungkinan berbeda untuk setiap batuan

Derajat metamorfisme   : Tinggi

Ciri khas                      : Dapat dibelah-belah

8. Filonit

Filonit
Merupakan batuan metamorf dengan derajat metamorfisme lebih tinggi dari Slate. Umumnya
terbentuk dari proses metamorfisme Shale dan Mudstone. Filonit mirip dengan milonit, namun
memiliki ukuran butiran yang lebih kasar dibanding milonit dan tidak memiliki orientasi. Selain
itu, filonit merupakan milonit yang kaya akan filosilikat (klorit atau mika)

Asal                              : Metamorfisme Shale, Mudstone

Warna                           : Abu-abu, coklat, hijau, biru, kehitaman

Ukuran butir                   : Medium – Coarse grained

Struktur                         : Non foliasi

Komposisi                      : Beragam (kuarsa, mika, dll)

Derajat metamorfisme     : Tinggi

Ciri khas                        : Permukaan terlihat berkilau

9. Serpetinit

Serpentinit

Serpentinit, batuan yang terdiri atas satu atau lebih mineral serpentine dimana mineral ini
dibentuk oleh proses serpentinisasi (serpentinization). Serpentinisasi adalah proses proses
metamorfosis temperatur rendah yang menyertakan tekanan dan air, sedikit silica mafic dan
batuan ultramafic teroksidasi dan ter-hidrolize dengan air menjadi serpentinit.

Asal                 : Batuan beku basa

Warna              : Hijau terang / gelap

Ukuran butir     : Medium grained

Struktur           : Non foliasi

Komposisi        : Serpentine

Ciri khas          : Kilap berminyak dan lebih keras dibanding kuku jari
10. Hornfels

Hornfelsik (hornfels)

Hornfels terbentuk ketika shale dan claystone mengalami metamorfosis oleh temperatur dan
intrusi beku, terbentuk di dekat dengan sumber panas seperti dapur magma, dike, sil. Hornfels
bersifat padat tanpa foliasi.

Asal                            : Metamorfisme kontak shale dan claystone

Warna                         : Abu-abu, biru kehitaman, hitam

Ukuran butir                 : Fine grained

Struktur                       : Non foliasi

Komposisi                    : Kuarsa, mika

Derajat metamorfisme   : Metamorfisme kontak

Ciri khas                      : Lebih keras dari pada glass, tekstur merata

Demikian ulasan tentang macam-macam batuan metamorf, bila ada yang kurang atau perlu
ditambahkan dapat  langsung memberikan komentar dibawah ini.

(https://noroadityo.wordpress.com/2012/05/03/macam-macam-batuan-metamorf/)
Mengenal Geologi dan Bumi
Belajar Ilmu Kebumian Itu Menyenangkan dan Bermanfaat

 Home
 Tentang Penulis
 Geo Photo
 Riset dan Publikasi
o
o
o
o
o
o

Home > Basic Geology, Batuan Metamorf, Petrology > STRUKTUR DAN TEKSTUR BATUAN METAMORF

STRUKTUR DAN TEKSTUR BATUAN METAMORF


11 April 2012 Prihatin Tri Setyobudi Leave a comment Go to comments

STRUKTUR DAN TEKSTUR BATUAN METAMORF

A. Struktur Batuan Metamorf

Adalah kenampakan batuan yang berdasarkan ukuran, bentuk atau orientasi unit poligranular
batuan tersebut. (Jacson, 1997).  Secara umum struktur batuan metamorf dapat dibadakan
menjadi struktur foliasi dan nonfoliasi (Jacson, 1997).

1. Struktur Foliasi

Merupakan kenampakan struktur planar pada suatu massa. Foliasi ini dapat terjadi karena adnya
penjajaran mineral-mineral menjadi lapisan-lapisan (gneissoty), orientasi butiran (schistosity),
permukaan belahan planar (cleavage) atau kombinasi dari ketiga hal tersebut (Jacson, 1970).

Struktur foliasi yang ditemukan adalah :

1a. Slaty Cleavage

Umumnya ditemukan pada batuan metamorf berbutir sangat halus (mikrokristalin) yang
dicirikan oleh adanya bidang-bidang belah planar yang sangat rapat, teratur dan sejajar.
Batuannya disebut slate (batusabak).
Gambar Struktur Slaty Cleavage dan Sketsa Pembentukan Struktur

1b. Phylitic

Srtuktur ini hampir sama dengan struktur slaty cleavage tetapi terlihat rekristalisasi yang lebih
besar dan mulai terlihat pemisahan mineral pipih dengan mineral granular. Batuannya disebut
phyllite (filit)

Gambar Struktur Phylitic

1c. Schistosic

Terbentuk adanya susunan parallel mineral-mineral pipih, prismatic atau lentikular (umumnya
mika atau klorit) yang berukuran butir sedang sampai kasar. Batuannya disebut schist (sekis).
Gambar Struktur Schistosic dan Sketsa Pembentukan Struktur

1d.  Gneissic/Gnissose

Terbentuk oleh adanya perselingan., lapisan penjajaran mineral yang mempunyai bentuk
berbeda, umumnya antara mineral-mineral granuler (feldspar dan kuarsa) dengan mineral-
mineral tabular atau prismatic (mioneral ferromagnesium). Penjajaran mineral ini umumnya
tidak menerus melainkan terputus-putus. Batuannya disebut gneiss.

Gambar Struktur Gneissic dan Sketsa Pembentukan Struktur

2. Struktur Non Foliasi

Terbentuk oleh mineral-mineral equidimensional dan umumnya terdiri dari butiran-butiran


(granular). Struktur non foliasi yang umum dijumpai antara lain:
2.a  Hornfelsic/granulose

Terbentuk oleh mozaic mineral-mineral equidimensional dan equigranular dan umumnya


berbentuk polygonal. Batuannya disebut hornfels (batutanduk)

Gambar Sruktur Granulose

2b. Kataklastik

Berbentuk oleh pecahan/fragmen batuan atau mineral berukuran kasar dan umumnya membentuk
kenampakan breksiasi. Struktur kataklastik ini terjadi akibat metamorfosa kataklastik. Batuannya
disebut cataclasite (kataklasit).

2c.    Milonitic

Dihasilkan oleh adanya penggerusan mekanik pada metamorfosa kataklastik. Cirri struktur ini
adalah mineralnya berbutir halus, menunjukkan kenampakan goresan-goresan searah dan belum
terjadi rekristalisasi mineral-mineral primer. Batiannya disebut mylonite (milonit).

Struktur Milonitic
2d. Phylonitic

Mempunyai kenampakan yang sama dengan struktur milonitik tetapi umumnya telah terjadi
rekristalisasi. Cirri lainnya adlah kenampakan kilap sutera pada batuan yang ,mempunyai
struktur ini. Batuannya disebut phyllonite (filonit).

B. Tekstur Batuan Metamorf

Merupakan kenampakan batuan yang berdasarkan pada ukuran, bentuk dan orientasi butir
mineral dan individual penyusun batuan metamorf. Penamaan tekstur batuan metamorf
umumnya menggunakan awalan blasto atau akhiran blastic tang ditambahkan pada istilah
dasarnya. (Jacson, 1997).

1.   Tekstur Berdasarkan Ketahanan Terhadap Proses Metamorfosa

Berdasarkan ketahanan terhadap prose metamorfosa ini tekstur batuan metamorf dapat dibedakan
menjadi:

a. Relict/Palimset/Sisa

Merupakan tekstur batuan metamorf yang masih menunjukkan sisa tekstur batuan asalnya atau
tekstur batuan asalnya nasih tampak pada batuan metamorf tersebut.

b. Kristaloblastik

Merupakan tekstur batuan metamorf yang terbentuk oleh sebab proses metamorfosa itu sendiri.
Batuan dengan tekstur ini sudah mengalami rekristalisasi sehingga tekstur asalnya tidak tampak.
Penamaannya menggunakan akhiran blastik.

2.   Tekstur Berdasarkan Ukuran Butir

Berdasarkan butirnya tekstur batuan metmorf dapat dibedakan menjadi:

1. Fanerit, bila butiran kristal masih dapat dilihat dengan mata


2. Afanitit, bila ukuran butir kristal tidak dapat dilihat dengan mata.

3.   Tekstur berdasarkan bentuk individu kristal

Bentuk individu kristal pada batuan metamorf dapat dibedakan menjadi:

1. Euhedral, bila kristal dibatasi oleh bidang permukaan bidang kristal itu sendiri.
2. Subhedral, bila kristal dibatasi oleh sebagian bidang permukaannya sendiri dan sebagian oleh
bidang permukaan kristal disekitarnya.
3. Anhedral, bila kristal dibatasi seluruhnya oleh bidang permukaan kristal lain disekitarnya.

Berdasarkan bentuk kristal tersebut maka tekstur batuan metamorf dapat dibedakan menjadi:
1. Idioblastik, apabila mineralnya dibatasi oleh kristal berbentuk euhedral.
2. Xenoblastik/Hypidioblastik, apabila mineralnya dibatasi oleh kristal berbentuk anhedral.

d.   Tekstur Berdasarkan Bentuk Mineral

Berdasarkan bentuk mineralnya tekstur batuan metamorf dapat dibedakan menjadi:

1. Lepidoblastik, apabila mineralnya penyusunnya berbentuk tabular.


2. Nematoblastik, apabila mineral penyusunnya berbentuk prismatic.
3. Granoblastik, apabila mineral penyusunnya berbentuk granular, equidimensional, batas
mineralnya bersifat sutured (tidak teratur) dan umumnya kristalnya berbentuk anhedral.
4. Granoblastik, apabila mineral penyusunnya berbentuk granular, equidimensional, batas
mineralnya bersifat unsutured (lebih teratur) dan umumnya kristalnya berbentuk anhedral.

Selain tekstur yang diatas terdapat beberapa tekstur khusus lainnya diantaranya adlah sebagai
berikut:

 Perfiroblastik, apabila terdapat mineral yang ukurannya lebih besar tersebut sering disebut
porphyroblasts.
 Poikloblastik/Sieve texture, tekstur porfiroblastik dengan porphyroblasts tampak melingkupi
beberapa kristal yang lebih kecil.
 Mortar teksture, apabila fragmen mineral yang lebih besar terdapat padamassadasar material
yang barasal dari kristal yang sama yang terkena pemecahan (crhusing).
 Decussate texture yaitu tekstur kristaloblastik batuan polimeneralik yang tidak menunjukkan
keteraturan orientasi.
 Saccaroidal Texture yaitu tekstur yang kenampakannya seperti gula pasir.
 Batuan mineral yang hanya terdiri dari satu tekstur saja, sering disebut berstektur homeoblastik.

(https://ptbudie.com/2012/04/11/struktur-dan-tekstur-batuan-metamorf/)
Batuan Metamorf : Pengertian, Jenis dan Dampaknya

Kehadiaran batu- batu alam yang ada di sekitar kita memang mempunyai manfaat bagi
kehidupan manusia sendiri. Tanpa kita sadari kita membutuhkan kehadiran batu- batu tersebut.
Kehadiran batu- batu tersebut bisa digunakan untuk membuat bahan bangunan yang pada
nantinya akan sangat berguna bagi kita, ada pula yang digunakan langsung sebagai material
bangunan, dan ada pula yang sekedar menggunakannya untuk menampakkan keindahan. Pada
zaman dahulu malah justru banyak sekali manusia memanfaatkan kebedaraan batu, bahkan pada
zaman dahulu dikenal sebagai zaman batu. karena batu ini saking bermanfaatnya bagi manusia.

Batu yang ada di sekitar kita ternyata juga memberikan nilai estetika atau keindahan. Batu ini
biasanya digunakan sebagai penghias taman. Batu- batu yang halus dan juga bulat biasanya
selalu ada dalam setiap taman- taman rumah. Jenis jenis batuan ini ada pula yang digunakan
sebagai bagian dari desain interior sebuah bangunan. Batu yang memiliki warna berwarna- warni
biasanya dipilih untuk digunakan sebagai penghias taman ataupun ruangan. Batu- batu di alam
ini juga banyak sekali yang digunakan untuk sarana hiburan ataupun yang lainnya. Batu- batu
yang ada di sungai misalnya, sungai yang memepunyai banyak bebatuan akan lebih indah dan
akan sering dijadikan tempat bermain daripada hanya sungai dengan dasar tanah atau pasir tanpa
adanya bebatuan. Selain intu batu- batu juga digunakan untuk berbagai aktivitas tertentu, mulai
dari terapi hingga membersihkan badan.

Bagi orang yang tinggal di pedesaan, batu akan mempunyai fungsi lebih banyak daripada orang-
orang yang tinggal di perkotaan. Bagi orang pedesaan, batu juga digunakan sebagai sarana untuk
membersihkan badan dari kotoran- kotoran yang menempel, serta digunakan sebagai sarana
mencuci pakaian. Batu di pedesaan juga terkadang di gunakan sebagi tempat melakukan ritual
tertentu, hal ini terutama terjadi pada masyarakat pedesaan yang jauh berada di pedalaman.
Banyak masyarakat pedesaan yang masih percaya akan yang namanya hal- hal mistis, salah satu
diantaranya adalah percaya mengenai adanya rohh- roh gaib yang berada di dalam benda
tertentu, dan salah satu benda tersebut adalah batu. namun biasanya batu yang dipercaya ada
rohnya adalah jenis batu yang berukuran besar. Ada lagi fungsi batu lainnya yang sedang nge-
trend dikalanagn orang- orang saat ini. Pada saat ini batu juga digunakan sebagai objek fotografi.
Batu- batu yang berukuran besar dan mempunyai bentuk unik seringkali dipilih untuk menjadi
objek berfoto- foto ria. Hal ini karena keindahan bau akan menampilkan nilai estetika tersendiri,
terutama bagi para penikmat fotografi.

Mengenal Batuan Metamorf


Batuan banyak sekali jenisnya. Salah satu jenis dari batuan adalah batuan Metamorf. Nama
metamorf ini menjadi sebuah nama dari jenis batuan melengkapi batuan beku dan batuan
sedimen. Batuan metamorf ini sering disebut juga sebagai batuan malihan. Batuan metamorf atau
batuan malihan ini merupakan sekelompok batuan yang merupakan hasil dari ubahan atau
transformasi dari suatu tipe batuan yang sudah ada sebelumnya (protolith)oleh suatu proses yang
disebut dengan metamorfosis atau mengalami perubahan bentuk.
Batuan metamorf ini mempunyai kegunaan sangat penting bagi manuasia. Melalui penelitian
yang dilakukan pada batuan metamorf ini dapat diperoleh informasi yang sangat penting
mengenai suhu dan juga tekanan yang terjadi jauh di dalam permukaan bumi. Namun saat ini
batuan metamorf telah banyak yang tersingkap di permukaan bumi dikarenakan adanya erosi
tanah dan juga pengangkatan.

Proses Terjadinya Batuan Metamorf

Batuan metamorf ini bukanlah merupakan jenis batuan yang langsung ada di dunia ini. Untuk
berubah menjadi batuan metamorf, diperlukan beberapa proses. Proses terjadinya batuan
metamor ini berasal dari batuan yang sudah ada sebelumnya, yakni protolith. Protolith atau
batuan asal yang dikenai panas lebih dari 150 derajat celcius dan juga tekanan yang ekstrem akan
mengalami perubahan fisika atau perubahan kimia yang besar. Batuan protolith ini banyak sekali
jenisnya. Yang termasuk ke dalam batuan protolith ini adalah batuan beku, batuan sedimen, atau
bisa juga batuan metamorf lainnya yang usianya lebih tua seperti batu Gneis, batu sabak, batu
marmer, dan juga batu skist.

Jenis- jenis Batuan Metamorf


 Batuan Metamorf ini jenisnya ada bermacam- macam dan tidak hanya satu saja. Batuan metamorf ini
dapat dibedakan menjadi tiga macam, yakni batuan metamorf kontak, bauan metamorf dinamo, dan
batuan metamorf kontak pneumatolistis. Untuk mengenal lebih dekat dengan masing- masing
batuanmetamorf tersebut, kita akan membahasnya satu per satu.

1. Batuan metamorf kontak

Jenis batuan metamorf yang pertama akan kita bahas adalah jenis batuan metamorf kontak.
Batuan metamorf kontak merupakan jenis batuan metamorf yang mengalami metamorfose
sebagai akibat dari adanya suhu yang sangat tinggi atau sebagai akibat dari adanya aktivitas
magma. Ada yang menyatakan pula bahwa batuan metamorf kontak ini adalah batuan yang
terbentuk karena adanya pengaruh intrusi magma pada suhu yang sangat tinggi. Adanya suhu
yang sangat tinggi yang berasal dari aktivitas magma ini menyebabkan terjadinya perubahan
bentuk maupun perubahan warna batuan. Suhu yang tinggi ini juga karena letaknya dekat dengan
magma. Contoh dari batuan metamorf kontak ini adalah batu kapur atau gamping menjadi batu
marmer, kemudian batuan batolit, batuan lakolit, dan juga batuan sill. Satu hal yang perlu kita
ketahui tentang batuan jenis ini, yakni batuan jenis ini dipengaruhi oleh letak instrusinya, dimana
semakin jauh letaknya dari intrusinya maka derajat metamorfosisnya akan semakin berkurang.

2. Batuan metamorf dinamo

Jenis batuan metamorf yang kedua adalah batuan metamorf dinamo. Batuan metamorf dinamo
merupakan jenis batuan yang mengalami metamorfose sebagai akibat adanya tekanan yang
tinggi yang berasal dari tenaga endogen dalam waktu yang lama, serta dihasilkan dalam proses
pembentukan kulit bumi karena adanya tenaga endogen. Batuan metamorf dinamo ini biasanya
terjadi atau ada di bagian atas kerak bumi. Adanya tekanan dengan arah berlawanan
mengekibatkan terjadinya perubahan butiran- butiran mineral ada yang berbentuk pipih dan ada
pula yang kembali menjadi bentuk kristal. Beberapa jenis batuan metamorf ini berubah menjadi
batuan hablur. Contohnya adalah batuan serbuk dan juga serpih. Contoh lain dari batuan
metamorf dinamo ialah batu lumpur atau mud stone menjadi batu tulis atau slate. Batuan jenis ini
banyak dijumpai di daerah- daerah patahan ataupun lipatan. (baca : jenis jenis patahan)

3. Batuan metamorf kontak pneumatolistis

Jenis dari batuan metamorf selanjutnya adalah batuan metamorf kontak pneumatolistis. Jenis
batuan ini merupakan batuan yang mengalami proses metamorfose sebagai akibat dari adanya
pengaruh dari gas- gas yang ada pada magma. Pengaruh dari gas yang panas ini menyebabkan
perubahan komposisi kimiawi mineral dari batuan ini. Contoh dari batuan metamorf kontak
pneumatolistis ialah batu kuarsa dengan gas borium berubah menjadi turmalin atau sejenis batu
permata. Contoh lain dari jenis batu ini yaitu batu kuarsa dengan gas florium dan berumah
menjadi topas.

Itulah macam- macam atau jenis dari batuan metamorf yang berada di sekitar kita atau yang
sering kita temui. Batuan metamorf pada intinya adalah jenis batuan yang mengalami proses
metamorfosa. Metamorfosa yang terjadi pada batuan sendiri merupakan suatu proses dimana
suatu benda berupah bentuk dari bentuk satu ke bentuk yang lainnya. Dalam metamorfosis batu
ini, proses metamorfosis terdari dari bermacam- macam dan tidak hanya satu saja.

Jenis jenis Metamorfosa Batu Metamorf


Batuan metamorf merupakan jenis batuan yang mengalami proses metamormofis atau
metamorfosa. Proses metamorfosis batuan sendiri terdiri dari tiga macam, yakni metamorfosis
termal, metamorfosis dinamo, dan juga metamorfosis, regional. Lalu, apa sebenarnya pegertian
dari masing- masing jenis metamorfosis tersebut?

1. Metamorfosis Termal

Metamorfosis termal ini juga disebut dengan metamorfosis sentuh, dimana metamorfosis jenis
ini merupakan metamorfosis yang terjadi saat batu- batuan mengalami sentuhan oleh magma
panas di sekitar  dapur magma atau tubuh batuan intrusive. Contoh dari metamorfosis termal atau
sentuh ini adalah batu gamping yang berubah menjadi batu marmer.

2. Metamorfosis Dinamo

Jenis dari metamorfosis yang selanjutnya adalah metamorfosis dinamo atau yang juga sering
disebut dengan metamorfosis tekanan. Metamorfosis jenis ini merupakan metamorfosis yang
terjadi dimana ada batuan yang terkena tekanan yang berasal dari peristiwa tetonik (pada kulit
bumi hanya terjadi di bagian atas) sehingga akan mengalami metamorfosis. Contoh dari
metamorfosis jenis ini adalah pada bidang patahan akan terbentuk sebuah cermin gesekan atau
tepung milonit.

3. Metamorfosis Regional
Jenis metamorfosis selanjutnya adalah metamorfosis regional. Metamorfisi regional juga dikenal
dengan nama metamorfosis dinamik. Metamorfosis regional merupakan metamorfosis yang
mengenai daerah sangat luas yang terjadi di bagian bawah kerak bumi akibat dari tekanan
seluruh terbentuk yakni skis, mika, filit, dan gneiss. Batuan dapat mengalami metamorfosis
hanya dengan atau apabila berada di kedalaman besar di bawah permukaan bumi, mengalami
suhu yang tinggi, dan juga mengalami tekanan yang besar yang disebabkan oleh berat yang
sangat besar dari lapisan- lapisan batuan yang berada di atasnya dan akan mengganggu struktur
bumi. Metamorfosis regional ini cenderung membuat batuan menjadi lebih keras, dan pada saat
yang bersamaan menyebabkan terbentuknya tekstur foliasi, skistos, atau gneiss yang etrdiri dari
susunan palanar mineral. Sehingga memnyebakan mineral- mineral lempeng atau prismatik
seperti halnya mika dan hornblende memiliki sumbu- sumbu terpanjang yang bentuknya sejajar
satu sama lain. Ciri utaman dari batuan metamorf yang mengalami metamorfosis jenis ini adalah
adanya warna yang mengkilat dan juga tidak berfosil.

4. Metamorfosis Kataklastik

Selanjutnya ada jenis metamorfosis kataklastik. Metamorfosis kataklastik ini terjadi sebagai
akibat drai deformasi mekanis, seperti contoh ketika dua tubuh batuan bergeser melewati satu
dengan lainnya sepanjang zona sesar. Gesekan yang terjadi di sepanjang zona geser akan
menghasilkan panas, dan batuan terdeformasi secara mekanik. Batuan tersebut kemudian hancur
dan tertumbuk akibat pergeseran tersebut. Metamorfosis jenis ini tidak umum terjadi terbatas
zona sempit dimana sesar mendatar akan terjadi.

5. Metamorfosis Hidrotermal

Selanjutnya ada metamorfosis hidrotermal. Metamorfosis hidrotermal  terjadi ketika ada batuan
yang terubah pada suhu tinggi dan tekanan sedang akibat cairan hidrotermal. Hal tesebut berarti
bahwa batuan tersebut sedang mengalami metamorfosis hidritermal. Hal ini biasa terjadi dalam
tbatuan basaltik yang pada umumnya kekurangan mineral- mineral hidrat. Metamorfosis
hidrotermal ini menyebabkan alterasi menjadi mineral- mineral hidray yang kaya akan Mg – Fe
seperti talk, klorit, serpenting, aktinolit, tremolit, zeolit, dan juga mineral lempung endapan kaya
bijih juga seringkali terbentuk sebagai akibat dari metamorfosis hidrotermal.

6. Metamorfosis Tindihan

Selanjutnya ada jenis metamorfosis lagi yakni metamorfosis tindihan.metamorfosis tindihan akan
terjadi ketika batuan sedimen terkubur hingga kedalaman beberapa ratus meter, dan suhu yang
lebih besar dari 300 derajat celcius dapat berkembang dengan tanpa adanya stres diferensial.
Mineral baru tumbuh, namun batuan tidak tampak sedag bermetamorfosis, mineral utama yang
biasanya dihasilkan dari proses ini adalah zeolit. Metamorfosis tindihan ini merupakan
metamorfosis tindihan tumpang tindih dengan diagnesis sampai denganbatas tertentu. dan
metamorfosis inilah yang dapat berubah menjadi metamorfosis regional seiring dengan
meningkatnya suhu dan juga tekanan.
Itulah beberapa jenis dari proses metamorfosis yang dapat terjadi pada batuan metamorf. Proses
metamorfosis yang terjadi pada batu ini terjadi karena alami dan tejadi karena proses alam.
Proses metamorfosis yang terjadi pada batuan ini tejadi karena proses alam yang melibatkan
elemen- elemen tertentu seperti air, angin, suhu udara, cahaya matahari, dan lain sebagainya.
Semua yang terlibat di dalam proses metamorfosin batu ini merupakan bahan- bahan alami atau
yang dapat ditemukan dalam alam dan tidak dapat dibuat oleh manusia.

Proses metamorfosis sendiri membutuhkan waktu yang tidak sebenta. Untuk dapat berubah
menjadi batu yang bagus dan batu yang sempurna, proses metamorfosis sendiri memerlukan
keadaan yang mendukung, termasuk juga keadaan lingkungan sekitar dan juga waktu yang
menunjang. Waktu yang dibutuhkan pun ada yang tergolong lama dan bahkan tergolong sangat
lama. Tanpa sepengetahuan manusia, batu- batu tersebut sudah ada dan kita senidiri tidak
menyadarinya. Inilah yang dinamakan oleh proses alam.

Dampak dari Metamorfosis

Proses metamorfosis yang dialami oleh bebatuan ini bukan saja hanya menghasilkan batu- batu
tertentu, namun juga kita akan mendapatkan dampak- dampak tertentu dari adanya proses
metamorfosis ini.

1. Ketika material dari luar bumi, seperti jenis jenis sistem tata surya seperti meteorit atau komet
yang jatuh ke bumi, atau apabilah terjadi ledakan gunung berapi yang sangat besar, tekanan
yang sangat tinggi dapat terjadi pada batuan- batuan yang terkena dampaknya.
2. Tekanan- tekanan yang sangat tinggi tersebut menghasilkan mineral yang hanya bisa stabil pada
tekanan yang sangat tinggi, seperti halnya polimorf SiO2 seperti koesit dan juga stishofit.
3. Selain itu mereka ini juga dapat menghasilkan terkstur yang dikenal sebagai shock lamellae di
buturan- butiran mineral dan juga tekstur seperti atau menyerupai kerucut pecah dai batuan
yang berdampak.

Itulah dampak yang ditimbulkan dari adanya proses metamorfosis. Itulah sedirkit informai
mengenai batuan metamorf. Meskipun tidak terlalu lengkap namun semoga bisa memberikan
ilmu- ilmu yang bermanfaat.

(https://ilmugeografi.com/geologi/batuan-metamorf)
Batuan metamorf
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Kuarsit, salah satu jenis batuan metamorf

Batuan metamorf (atau batuan malihan) adalah salah satu kelompok utama batuan yang
merupakan hasil transformasi atau ubahan dari suatu tipe batuan yang telah ada sebelumnya,
protolith, oleh suatu proses yang disebut metamorfisme, yang berarti "perubahan bentuk".[1]
Batuan asal atau protolith yang dikenai panas (lebih besar dari 150 °Celsius) dan tekanan
ekstrem (1500 bar), [2] akan mengalami perubahan fisika dan/atau kimia yang besar. Protolith
dapat berupa batuan sedimen, batuan beku, atau batuan metamorf lain yang lebih tua.

Batuan metamorf membentuk bagian yang cukup besar dari kerak bumi dan diklasifikasikan
berdasarkan tekstur, selain juga oleh susunan mineral dan susunan kimianya (fasies metamorfik).
Batuan jenis ini dapat terbentuk secara mudah akibat berada dalam kedalaman tinggi, mengalami
suhu tinggi dan tekanan besar dari lapisan batuan di atasnya. Mereka dapat terbentuk dari proses
tektonik seperti tabrakan benua, yang menyebabkan tekanan horisontal, gesekan dan distorsi.
Mereka juga terbentuk ketika batuan terpanaskan oleh intrusi dari batuan cair dan panas yang
disebut magma dari interior bumi. Studi tentang batuan metamorf ( yang sekarang tersingkap di
permukaan bumi akibat erosi dan pengangkatan) memberikan informasi tentang suhu dan
tekanan yang terjadi pada kedalaman yang besar dalam kerak bumi. Beberapa contoh batuan
metamorf adalah slate, filit, sekis, gneis, dan lain-lain.

Mineral - mineral metamorfik


Mineral metamorfik adalah mineral yang terbentuk hanya pada suhu dan tekanan tinggi terkait
dengan proses metamorfosis. Mineral ini, yang dikenal sebagai mineral - mineral indeks,
termasuk silimanit, kyanit, staurolit, andalusit, dan beberapa garnet.

Mineral lainnya, seperti olivin, piroksen, ampibol, mika, feldspar, dan kuarsa dapat ditemukan
dalam batuan metamorf, tetapi belum tentu merupakan hasil dari proses metamorfisme. Mineral
ini terbentuk selama kristalisasi batuan beku. Mereka stabil pada suhu dan tekanan tinggi yang
secara kimia tidak berubah ketika selama terjadinya proses metamorfisme. Namun, semua
mineral stabil hanya dalam batas-batas tertentu, dan adanya beberapa mineral dalam batuan
metamorf menunjukkan perkiraan suhu dan tekanan di mana mereka terbentuk.

Perubahan ukuran partikel batuan selama proses metamorfisme disebut rekristalisasi. Misalnya,
kristal kalsit kecil pada batugamping berubah menjadi kristal yang lebih besar di marmer pada
batuan metamorf, atau dalam batupasir yang termetamorfosis, rekristalisasi dari kuarsa asal
butir-butir pasir menghasilkan kuarsit yang sangat kompak, atau biasa disebut dengan
metakuarsit, di mana kristal kuarsa yang lebih besar biasanya saling bertautan. Baik suhu
maupun tekanan yang tinggi berkontribusi terhadap rekristalisasi. Temperatur yang tinggi
memungkinkan atom dan ion dalam kristal padat untuk bermigrasi, sehingga membentuk suatu
susunan pada kristal, sementara tekanan tinggi menyebabkan pelarutan kristal dalam batuan di
titik kontak mereka.

Foliasi

Batuan metamorf ber-foliasi di Norwegia.

Perlapisan dalam batuan metamorf disebut foliasi (berasal dari kata Latin folia, yang berarti
"daun"). Foliasi terbentuk ketika batuan memendek di salah satu sumbu pada rekristalisasi. Hal
ini menyebabkan platy atau kristal yang memanjang dari mineral, seperti mika dan klorit,
memutar agar sumbu panjang mereka tegak lurus terhadap orientasi sumbu yang memendek. Hal
ini menghasilkan batuan yang berpita-pita, atau berfoliasi, dengan pita-pita yang menunjukkan
warna mineral yang membentuk mereka.

Tekstur dipisahkan ke dalam kategori foliasi dan non foliasi. batuan ber-foliasi adalah produk
stress diferential yang men-deformasi batuan dalam satu bidang, kadang-kadang menciptakan
sebuah bidang belahan. Misalnya, batusabak adalah batuan metamorf ber-foliasi, yang berasal
dari serpih. Batuan non-foliasi tidak memiliki pola strain planar .

Batuan yang mengalami tekanan seragam dari semua sisi, atau mereka yang kekurangan mineral
dengan kebiasaan pertumbuhan yang khas, tidak akan ber-foliasi. Di mana batuan telah
dikenakan diferensial stress, jenis foliasi yang berkembang tergantung pada tingkatan
metamorfisme (grade). Misalnya, dimulai dengan sebuah batulumpur, urutan berikut
berkembang dengan meningkatnya suhu: batusabak adalah batuan metamorf yang sangat halus
dan berfoliasi, yang merupakan karakteristik tingkat metamorfisme yang sangat rendah,
sementara filit berbutir halus dan berada pada tingkatan metamorfisme rendah , sekis berbutir
sedang hingga kasar dan ditemukan di daerah dengan tingkat metamorfisme sedang dan terakhir
gneis berbutir kasar hingga sangat kasar, ditemukan di daerah dengan tingkat metamorfisme
yang tinggi.[3] Marmer umumnya tidak berfoliasi,, yang memungkinkan penggunaannya sebagai
bahan untuk patung dan arsitektur.

Mekanisme lain yang penting dari metamorfisme adalah bahwa reaksi kimia yang terjadi antara
mineral terjadi tanpa mencairnya mereka. Dalam proses ini, atom dipertukarkan antara mineral,
dan dengan demikian mineral baru terbentuk. Banyak reaksi suhu tinggi kompleks mungkin
terjadi, dan masing-masing kumpulan mineral yang diproduksi memberikan kita petunjuk
mengenai suhu dan tekanan pada saat terjadinya metamorfisme.

Metasomatisme adalah perubahan drastis komposisi kimia batuan yang sering terjadi selama
proses metamorfisme. Hal ini terjadi karena pengenalan bahan kimia pada batuan dari batuan
sekitarnya. Air dapat mengangkut bahan kimia ini dengan cepat melalui jarak yang jauh. Karena
peran yang dimainkan oleh air, batuan metamorf umumnya mengandung banyak unsur yang
awalnya tidak ada pada batuan asal, dan kekurangan beberapa unsur yang awalnya hadir.
Namun, pengenalan bahan kimia baru tidak diperlukan pada rekristalisasi

Tipe-tipe metamorfisme
Batuan metamorf dapat dibedakan menjadi berikut ini.

Metamorfisme Kontak

Batuan metamorf tipe metamorfisme kontak yang terdiri dari lapisan-lapisan kalsit dan serpentinit,
berumur pra-kambrian, Kanada.

Metamorfisme kontak adalah nama yang diberikan untuk perubahan yang terjadi ketika magma
disuntikkan ke batuan padat di sekelilingnya (country rock). Perubahan ini merupakan perubahan
terbesar di mana pun magma kontak dengan batuan karena suhu tertinggi terjadi pada batas ini
dan menurun bila semakin jauh dengan kontak. Zona yang bermetamorfisme di sekitar batuan
beku yang terbentuk dari pendinginan magma disebut aureole kontak metamorfisme. Aureole
menunjukkan semua derajat metamorfisme dari area kontak hingga area non-metamorfisme
(tidak berubah) pada country rock yang jauh dari area kontak. Pembentukan mineral bijih yang
penting dapat terjadi oleh proses metasomatisme pada atau di dekat zona kontak.
Ketika batuan kontak terubah oleh intrusi beku, batuan terubah ini umumnya menjadi lebih keras
dan memiliki kristalin kasar. Banyak batuan terubah dari metamorfisme kontak biasa disebut
batutanduk (hornfels atau hornstone). Istilah ini sering digunakan oleh ahli geologi untuk
menandakan mereka berbutir halus, kompak, dan merupakan produk non-foliasi dari
metamorfisme kontak. Sebuah serpih bisa menjadi batutanduk berlempung gelap
(argillaceous  hornfels), penuh dengan lempeng - lempeng biotit kecoklatan; sebuah napal atau
batugamping tidak murni dapat berubah menjadi batutanduk-silikat-gampingan atau marmer
silikaan berwarna abu-abu, kuning atau kehijauan. Sebuah diabas atau andesit dapat berubah
menjadi batutanduk diabas atau batutanduk andesit dengan pengembangan hornblende dan biotit
baru dan rekristalisasi parsial dari feldspar asal. Rijang atau batuapi mungkin dapat berubah
menjadi batuan kristalin kuarsa yang halus; Batupasir yang kehilangan struktur klastik dan
diubah menjadi mosaik butiran kecil kuarsa yang saling berdekatan dalam batuan metamorf
disebut kuarsit.

Jika batuan pada awalnya ber-foliasi atau ber-pita - pita(seperti misalnya batupasir dengan
tekstur laminasi ) karakter ini tidak dapat dilenyapkan, dan batutanduk ber-foliasi dihasilkan;
fosil bahkan mungkin akan terawetkan dalam batuan metamorf, meskipun sepenuhnya
direkristalisasi, dan dalam banyak lava kontak-terubah, vesikula masih dapat terlihat, meskipun
kandungannya biasanya merupakan kombinasi baru dan membentuk mineral yang awalnya tidak
hadir.

Akibat rekristalisasi dengan cara ini batuan aneh dengan jenis yang sangat berbeda sering
diproduksi. Jadi serpih mungkin bisa berubah menjadi batuan - batuan kordierit, atau mungkin
menunjukkan kristal - kristal besar andalusit (dan chiastolit), staurolit, garnet, kyanit dan
sillimanit, semua berasal dari isi alumina dari serpih asal. Sejumlah besar mika (baik muskovit
dan biotit) sering bersamaan terbentuk, dan produk yang dihasilkan memiliki kemiripan dekat
dengan banyak jenis sekis. Batugamping, jika murni, sering berubah menjadi marmer - marmer
kristalin kasar; tetapi jika ada campuran dari lempung atau pasir di batuan asal maka mineral -
mineral seperti garnet, epidot, idokras,dan wollastonit akan hadir. Batupasir ketika dipanaskan
sangat mungkin berubah menjadi kuarsit yang terdiri dari butir - butir kasar kuarsa yang jelas.
Tahap - tahap pengubahan intens ini tidak begitu sering terlihat di batuan beku, karena mineral
mereka, yang terbentuk pada suhu tinggi, tidak begitu mudah berubah atau direkristalisasi.

Dalam beberapa kasus, batuan-batuan menyatu dan spinel, sillimanit dan kordierit dapat
terpisahkan. Serpih kadang-kadang terubah oleh dike basalt, dan batupasir feldspatik dapat
sepenuhnya mengalami vitrifikasi. Perubahan serupa dapat dirangsang di serpih dengan
pembakaran seam batubara atau bahkan oleh tungku biasa.
Ada juga kecenderungan untuk metasomatisme antara magma beku dan batuan sedimen, dimana
bahan kimia di setiap batuan dipertukarkan atau diperkenalkan ke yang lain. Granit dapat
menyerap fragmen serpih atau potongan basal. Dalam hal ini, batuan hybrid yang disebut skarn
muncul, yang tidak memiliki karakteristik normal batuan beku atau sedimen. Kadang-kadang
intrusi magma menembus bebatuan sekitar, mengisi kekar - kekar dan bidang perlapisan, dengan
sejumlah kuarsa dan feldspar. Hal ini sangat jarang terjadi namun kemungkinan keterjadiannya
ada dan dalam skala besar.[4]

Metamorfisme Regional

Singkapan marmer di Amerika Serikat

Metamorfisme regional, juga dikenal sebagai metamorfisme dinamik, adalah nama yang
diberikan untuk perubahan yang terjadi pada massa besar batuan di wilayah yang luas. Batuan
dapat bermetamorfosis hanya dengan berada di kedalaman besar di bawah permukaan bumi,
mengalami suhu tinggi dan mengalami tekanan yang besar disebabkan oleh berat yang sangat
besar dari lapisan batuan di atasnya. Sebagian besar kerak benua bagian bawah adalah batuan
metamorf, selain juga ada intrusi batuan beku yang baru terbentuk. Pergerakan tektonik
horizontal seperti tumbukan benua menghasilkan sabuk orogenik, menyebabkan tingginya suhu,
tekanan, dan deformasi di batuan sepanjang sabuk tersebut. Jika batuan metamorf yang terbentuk
kemudian terangkat dan tersingkap akibat erosi, mereka dapat tersingkap di dalam sabuk panjang
tersebut atau daerah besar lainnya di permukaan. Proses metamorfosis mungkin telah
menghancurkan fitur asli yang bisa mengungkapkan sejarah batuan sebelumnya. Rekristalisasi
batuan akan menghancurkan tekstur dan fosil yang hadir dalam batuan sedimen. Metasomatisme
akan mengubah komposisi asli.

Metamorfisme regional atau metamorfisme dinamik

Metamorfisme regional cenderung membuat batuan lebih keras dan pada saat yang sama
menyebabkan terbentuknya tekstur foliasi, skistos, atau gneis, yang terdiri dari susunan planar
mineral, sehingga menyebkan mineral - mineral lempeng atau prismatik seperti mika dan
hornblende memiliki sumbu - sumbu terpanjang yang sejajar satu sama lain. Itulah sebabnya
banyak dari batuan ini berlapis - lapis dalam satu arah sepanjang sepanjang zona-zona bantalan
mika (mica-bearing zone pada sekis). Dalam gneis, mineral juga cenderung dipisahkan dalam
bentuk pita - pita; sehingga ada perselingan kuarsa dan mika pada sekis mika, sangat tipis, tetapi
pada dasarnya tiap lapisan atau pita terdiri dari satu mineral. Sepanjang lapisan mineral yang
terdiri dari serpih-serpih, batuan akan mudah terpecah. Selain itu, gneis juga mengandung lebih
banyak feldspar daripada sekis , dan lebih keras serta kurang menyerpih. Pita - pita skistos dan
gneis (dua jenis utama foliasi) terbentuk oleh tekanan terarah pada suhu tinggi, dan gerakan
interstitial atau aliran internal menyusun partikel - partikel mineral ketika mereka mengkristal
dalam bidang tekanan terarah tersebut.

Batuan asal batuan sedimen dan batuan beku dapat bermetamorfosis menjadi sekis dan gneis.
Komposisi batuan asal semakin sulit dibedakan apabila derajat metamorfisme semakin tinggi.
Sebuah kuarsa-porfiri dan batupasir feldspatik dapat bermetamorfosis menjadi mika-sekis abu-
abu atau merah muda.[5]

Metamorfisme Kataklastik

Metamorfisme kataklastik terjadi sebagai akibat dari deformasi mekanis, seperti ketika dua
tubuh batuan bergeser melewati satu sama lain sepanjang zona sesar. Gesekan di sepanjang zona
geser menghasilkan panas, dan batuan terdeformasi secara mekanik. Batuan tersebut hancur dan
tertumbuk akibat pergeseran tersebut. Metamorfisme kataklastik tidak umum terjadi terbatas di
zona sempit dimana sesar mendatar terjadi.

Metamorfisme Hidrotermal

Batuan yang terubah pada suhu tinggi dan tekanan sedang akibat cairan hidrotermal disebut
mengalami metamorfisme hidrotermal. Hal ini biasa terjadi dalam batuan basaltik yang
umumnya kekurangan mineral - mineral hidrat. Metamorfisme hidrotermal menyebabkan alterasi
menjadi mineral - mineral hidrat kaya Mg - Fe seperti talk, klorit, serpentin, aktinolit, tremolit,
zeolit, dan mineral lempung. Endapan kaya bijih sering terbentuk akibat metamorfisme
hidrotermal.

Metamorfisme Tindihan

Ketika batuan sedimen terkubur sampai kedalaman beberapa ratus meter, suhu yang lebih besar
dari 300oC dapat berkembang tanpa adanya stres diferensial. Mineral baru tumbuh, tetapi batuan
tidak tampak bermetamorfosis. Mineral utama yang dihasilkan biasanya adalah Zeolit.
Metamorfosis tindihan tumpang tindih dengan diagenesis sampai batas tertentu , dan
metamorfisme ini dapat berubah menjadi metamorfisme regional seiring meningkatnya suhu dan
tekanan.
Metamorfisme dampak (impact metamorphism / shock metamorphism)
Wikimedia Commons memiliki galeri mengenai:

Batuan metamorf

Ketika material luar bumi, seperti meteorit atau komet jatuh ke bumi Bumi atau jika ada ledakan
gunung berapi yang sangat besar, tekanan sangat tinggi dapat terjadi pada batuan - batuan yang
terkena dampak. Tekanan-tekanan yang sangat tinggi dapat menghasilkan mineral yang hanya
stabil pada tekanan yang sangat tinggi, seperti polimorf SiO2 seperti koesit dan stishofit. Selain
itu mereka dapat menghasilkan tekstur yang dikenal sebagai shock lamellae di butiran mineral,
dan tekstur seperti kerucut pecah di batuan yang berdampak.

(https://id.wikipedia.org/wiki/Batuan_metamorf)

Batuan sedimen
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Perlapisan batuan sedimen di Sukabumi, Jawa Barat, Indonesia.

Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk di permukaan bumi pada kondisi temperatur dan
tekanan yang rendah. Batuan ini berasal dari batuan yang lebih dahulu terbentuk, yang
mengalami pelapukan, erosi, dan kemudian lapukannya diangkut oleh air, udara, atau es, yang
selanjutnya diendapkan dan berakumulasi di dalam cekungan pengendapan, membentuk
sedimen. Material-material sedimen itu kemudian terkompaksi, mengeras, mengalami litifikasi,
dan terbentuklah batuan sedimen.[1]
Batuan sedimen meliputi 75% dari permukaan bumi. Diperkirakan batuan sedimen mencakup
8% dari total volume kerak bumi.[2]

Studi tentang urutan strata batuan sedimen adalah sumber utama untuk pengetahuan ilmiah
tentang sejarah bumi, termasuk Paleogeografi, paleoklimatologi dan sejarah kehidupan. Disiplin
ilmu yang mempelajari sifat-sifat dan asal batuan sedimen disebut sedimentologi. Sedimentologi
adalah bagian dari baik geologi maupun geografi fisik dan tumpang tindih sebagian dengan
disiplin lain dalam ilmu bumi, seperti pedologi, geomorfologi, geokimia dan geologi struktur.

Batuan sedimen terjadi akibat pengendapan materi hasil erosi. Materi hasil erosi terdiri atas
berbagai jenis partikel yaitu ada yang halus, kasar, berat dan ada juga yang ringan. Cara
pengangkutannya pun bermacam-macam seperti terdorong (traction), terbawa secara melompat-
lompat (saltation), terbawa dalam bentuk suspensi, dan ada pula yang larut (solution).

Klasifikasi batuan sedimen berdasarkan genesannya


Berdasarkan proses yang bertanggung jawab untuk pembentukan mereka, batuan sedimen dapat
dibagi menjadi empat kelompok: batuan sedimen klastik , batuan sedimen biokimia (atau
biogenik) , batuan sedimen kimia dan kategori keempat untuk "kategori lainnya" adalah untuk
batuan sedimen yang dibentuk oleh dampak vulkanisme, dan proses-proses minor lainnya.

Batuan sedimen klastik

Batuan sedimen klastik terdiri dari mineral silikat dan fragmen batuan yang diangkut
menggunakan fluida yang bergerak (sebagai bed load, suspended load, atau sebagai sedimen
aliran gravitasi) dan terendapkan ketika fluida ini berhenti. Batuan sedimen klastik sebagian
besar terdiri dari kuarsa, feldspar, fragmen batuan (litik), mineral lempung, dan mika; banyak
mineral lainnya dapat hadir sebagai mineral aksesoris dan mungkin penting secara lokal.

Sedimen klastik, dan akhirnya menjadi batuan sedimen klastik , dibagi sesuai dengan ukuran
partikel yang dominan (diameter). Kebanyakan ahli geologi menggunakan skala ukuran butir
Udden-Wentworth dan membagi sedimen terkonsolidasi menjadi tiga fraksi: kerikil (diameter>
2 mm ), pasir (diameter 1/16 hingga 2 mm ), dan lumpur (lempung berdiameter <1/256 mm
sedang lanau berdiameter antara 1/16 dan 1/256 mm). Klasifikasi batuan sedimen klastik sejajar
skema ini; konglomerat dan breksi sebagian besar terbuat dari kerikil, batupasir sebagian besar
terbuat dari pasir, dan batulumpur sebagian besar terbuat dari lumpur. Subdivisi tripartit ini mirip
dengan pembagian kategori pada literatur yang lebih tua yakni rudit, arenit, dan lutit.

Subbagian tiga kategori luas ini didasarkan pada perbedaan dalam bentuk klas (konglomerat dan
breksi), komposisi (batupasir), ukuran butir dan / atau tekstur (batulumpur).

Batuan sedimen biokimia

Batuan sedimen biokimia dibuat ketika biota menggunakan bahan terlarut di udara atau air untuk
membangun jaringan mereka. Contohnya termasuk :
 Sebagian besar batugamping yang terbentuk dari kerangka biota berkapur seperti karang,
moluska, dan foraminifera.
 Batubara, terbentuk dari tanaman yang menghilangkan karbon dari atmosfer dan
mengkombinasikannya dengan unsur-unsur lain untuk membentuk jaringannya.
 Endapan rijang terbentuk dari akumulasi kerangka mengandung silika dari biota mikroskopis
seperti radiolaria Dan diatom.

Batuan sedimen kimia

Batuan sedimen kimia terbentuk ketika konstituen mineral dalam larutan menjadi jenuh dan
terpresipitasi secara anorganik . Batuan sedimen kimia yang umum meliputi batugamping oolitik
dan batuan-batuan yang terdiri dari mineral evaporit, seperti halit (batuan garam), silvit, barit dan
gypsum.

Lain-lain

Kategori keempat ini termasuk batuan yang terbentuk oleh arus piroklastik, breksi impact ,
breksi vulkanik, dan proses relatif jarang lainnya.

Skema klasifikasi batuan sedimen berdasarkan komposisi


Alternatif klasifikasi batuan sedimen dapat dibagi menjadi grup-grup komposisional berdasarkan
mineraloginya :

 Batuan sedimen silisiklastik


 Batuan sedimen karbonatan
 Batuan sedimen evaporit
 Batuan sedimen karya organik
 Batuan sedimen silikaan
 Batuan sedimen kaya besi
 Batuan sedimen fosfat

Deposisi dan diagenesis


cross bedding dan scour di batupasir pada formasi logan, Ohio, Amerika Serikat

Transportasi sedimen dan deposisi (pengendapan)

Batuan sedimen terbentuk ketika sedimen diendapkan dari udara, es, angin, gravitasi, atau air
mengalir yang membawa partikel dalam bentuk suspensi. Sedimen ini sering terbentuk ketika
pelapukan dan erosi memecah batuan di daerah sumber (provenans) menjadi material . Material
kemudian diangkut dari daerah sumber ke daerah pengendapan. Jenis sedimen yang diangkut
tergantung pada keadaan geologi dari hinterland (daerah sumber sedimen). Namun, beberapa
batuan sedimen, seperti evaporit, terdiri dari material yang terbentuk di tempat pengendapan.
oleh karena itu, sifat batuan sedimen, tidak hanya tergantung pada pasokan sedimen, tetapi juga
pada lingkungan pengendapan sedimen di mana ia terbentuk.

Diagenesis

tekanan larutan bekerja pada batuan sedimen klastik

Istilah diagenesis digunakan untuk menggambarkan semua perubahan kimia, fisik, dan biologis,
termasuk sementasi, yang dialami oleh sedimen setelah deposisi awal, eksklusif pada pelapukan
permukaan. Beberapa dari proses ini menyebabkan sedimen terkonsolidasi: membentuk
substansi solid dan kompak dari material lepas. Batuan sedimen muda, terutama mereka yang
berusia Kuarter (periode terbaru dari skala waktu geologi) sering masih belum terkonsolidasi.
Ketika deposisi sedimen terjadi, pembebanan (overburden) menyebabkan tekanan meningkat,
dan proses yang dikenal sebagai litifikasi berlangsung.
Batuan sedimen sering terjenuhkan dengan air laut atau air tanah, di mana mineral dapat terlarut
atau terendapkan. Mengendapnya mineral mengurangi ruang pori dalam batuan, proses yang
biasa disebut sementasi. Karena penurunan ruang pori, cairan bawaan asli terusir atau
dikeluarkan. Mineral yang diendapkan membentuk semen dan membuat batuan lebih kompak
dan kompeten. Dengan cara ini, klas-klas yang semula longgar dalam batuan sedimen dapat
menjadi "terpaku" bersama-sama.

Seiring sedimentasi berlangsung, lapisan batuan yang lebih tua menjadi terkubur lebih dari
sebelumnya. Tekanan litostatik dalam batuan meningkat seiring meningkatnya beban dari
sedimen di atasnya. Hal ini menyebabkan Kompaksi (pemadatan), sebuah proses di mana butir-
butir klas ter-reorganisasi. Kompaksi adalah proses diagenesa yang penting dalam pembentukan
- misalnya- batulempung, yang awalnya dapat terdiri dari 60% air. Selama pemadatan, air
interstitial ini ditekan keluar dari ruang pori. Kompaksi juga dapat terjadi sebagai hasil dari
pelarutan butiran akibat larutan tekanan. Material terlarut akan terendapkan lagi di ruang pori
terbuka, yang berarti akan ada aliran material ke dalam pori-pori. Namun, dalam beberapa kasus,
mineral tertentu larut dan tidak mengendap lagi. Proses ini, disebut pencucian (leaching),
meningkatkan ruang pori di batuan.

Beberapa proses biokimia, seperti aktivitas bakteri, dapat mempengaruhi mineral dalam batuan
dan oleh karena itu dianggap sebagai bagian dari diagenesis. Jamur dan tanaman (oleh akarnya)
dan berbagai organisme lain yang hidup di bawah permukaan juga dapat mempengaruhi
diagenesis.

Penguburan (overburden) batuan akibat sedimentasi yang sedang berlangsung menyebabkan


peningkatan tekanan dan temperatur, yang merangsang reaksi kimia tertentu. Contohnya adalah
reaksi di mana bahan organik menjadi lignit atau batubara. Ketika suhu dan peningkatan tekanan
lebih jauh, ranah diagenesis membuat jalan bagi metamorfosis, proses yang membentuk batuan
metamorf.

Sifat-sifat batuan sedimen


Sifat-sifat yang dapat diidentifikasi dari batuan sedimen adalah sebagai berikut:

Warna
Sepotong banded iron fomation.Sejenis batuan yang terdiri dari perselingan lapisan besi (III) oksida
(merah) dan lapisan besi (II) oksida (abu-abu). Batuan ini biasa terbentuk pada zaman prekambrian,
ketika atmosfer masih memiliki sedikit oksigen. Afrika Selatan

Warna dari batuan sedimen sebagian besar ditentukan oleh besi yang terkandung didalamnya,
yang merupakan unsur dengan dua oksida utama: besi (II) oksida dan besi (III) oksida. Besi (II)
oksida hanya terbentuk dalam keadaan anoxic dan menyebabkan batuan berwarna abu-abu atau
kehijauan. Besi (III) oksida sering muncul dalam bentuk mineral hematit dan menyebabkan
batuan berwarna kemerahan hingga kecoklatan. Dalam iklim kering benua, batuan berada dalam
kontak langsung dengan atmosfer di mana oksidasi adalah proses penting, sehingga
menyebabkan batuan berwarna merah atau oranye. Sekuen tebal batuan sedimen berwarna merah
yang terbentuk di iklim arid sering disebut red bed. Namun, warna merah tidak selalu berarti
bahwa batuan tersebut terbentuk di lingkungan benua atau di iklim kering.[3]

Kehadiran bahan organik dapat mewarnai batuan menjadi hitam atau abu-abu. Bahan organik di
alam terbentuk dari organisme mati yang sebagian besar tanaman. Biasanya, bahan tersebut
akhirnya meluruh oleh oksidasi atau aktivitas bakteri. Meskipun begitu, dalam keadaan anoxic,
bahan organik tidak dapat membusuk, dan menjadi sedimen gelap yang kaya bahan organik
tersebut. Hal ini dapat terjadi misalnya di bagian bawah laut dalam dan danau. Hanya terdapat
sedikit aliran air di lingkungan tersebut, sehingga oksigen dari air permukaan tidak dibawa turun,
dan sedimen yang terendapkan disana biasanya adalah batulempung. Oleh karena itu batuan
gelap kaya bahan organik yang sering terbentuk adalah serpih.[3][4]

Tekstur

Diagram di atas menggambarkan butiran dengan sortasi baik (kiri) dan butiran dengan sortasi buruk
(kanan)

Ukuran, bentuk dan orientasi klas atau mineral dalam batuan disebut tekstur. Tekstur adalah
sifat-sfiat skala kecil dari batuan, namun tekstur juga cukup banyak ditentukan oleh sifat-sifat
batuan skala besar, seperti kepadatan, porositas atau permeabilitas.[5]

Batuan sedimen klastik memiliki 'tekstur klastik', yang berarti mereka terdiri dari klas-klas.
Orientasi tiga dimensi dari klas-klas disebut fabrik batuan. Antara setiap klas-klas, batuan dapat
terdiri dari matriks atau semen (yang terakhir dapat terdiri dari kristal yang berasal dari satu atau
lebih mineral presipitasi). Ukuran dan bentuk klas-klas dapat digunakan untuk menentukan
kecepatan dan arah arus di lingkungan pengendapan di mana batuan itu terbentuk; batulempung
gampingan berbutir halus hanya terendapkan di air tenang sementara kerikil dan klas-klas yang
lebih besar hanya terendapkan oleh air yang bergerak cepat.[6][7] Ukuran butir batuan biasanya
dinyatakan dengan skala Wentworth, namun skala alternatif kadang-kadang digunakan. Ukuran
butir dapat dinyatakan sebagai diameter atau volume, dan selalu nilai rata-rata karena batuan
terdiri dari klas-klas dengan ukuran yang berbeda. Distribusi statistik dari ukuran butir yang
berbeda untuk jenis batuan yang berbeda dijelaskan dalam sifat yang disebut pemilahan batuan
(sortasi). Ketika semua klas kurang lebih berukuran sama, batuan disebut 'sortasi baik', dan
ketika ada variasi yang cukup besar dari ukuran klas/butir, batuan disebut 'sortasi buruk'.[8][9]

Kebundaran (rounding) dan kebulatan (sphericity)

Bentuk butiran dapat mencerminkan asal batuan.

 Coquina, batuan yang terdiri dari klas kerang yang rusak, hanya dapat terbentuk dalam air
energetik. Bentuk klas dapat dijelaskan dengan menggunakan empat parameter:[10][11]

  Tekstur permukaan menggambarkan relief skala kecil permukaan butiran yang terlalu kecil
untuk dapat mempengaruhi bentuk umumnya.
  Kebundaran atau roundness menggambarkan kehalusan bentuk butir
  Kebulatan atau sphericity menggambarkan sejauh mana bentuk butir atau klas mendekati bola.
  Bentuk butir menggambarkan bentuk tiga dimensi dari butir.

 Batuan sedimen kimia memiliki tekstur non-klastik, yang terdiri sepenuhnya dari kristal. Untuk
menggambarkan tekstur batuan tersebut, hanya ukuran rata-rata kristal dan fabrik yang
diperlukan.

Mineralogi

Kebanyakan batuan sedimen mengandung baik kuarsa (terutama batuan silisiklastik) maupun
kalsit ( terutama batuan karbonat). Berbeda dengan batuan beku dan batuan metamorf, batuan
sedimen biasanya mengandung sangat sedikit mineral utama yang berbeda. Namun, asal-usul
mineral dalam batuan sedimen sering lebih kompleks daripada dalam batuan beku. Mineral
dalam batuan sedimen dapat (telah) dibentuk oleh presipitasi selama sedimentasi maupun ketika
terjadi diagenesis. Dalam kasus diagenesis, mineral presipitasi dapat tumbuh di atas semen yang
lebih tua satu generasi .[12] Sejarah diagenesis kompleks dapat dipelajari di mineralogi optik,
menggunakan mikroskop petrografi.

Batuan sedimen karbonat dominan terdiri dari mineral karbonat seperti kalsit, aragonit atau
dolomit. Baik semen maupun klas/butir (termasuk fosil dan ooid) dari batuan karbonat dapat
terdiri dari mineral karbonat. Mineralogi dari batuan sedimen klastik ditentukan oleh material
yang dipasok dari daerah sumber, cara transportasi ke tempat pengendapan dan stabilitas mineral
tertentu. Stabilitas mineral pembentuk utama batuan (ketahanan terhadap pelapukan) dinyatakan
oleh seri reaksi Bowen. Dalam seri ini, kuarsa adalah yang paling stabil, diikuti oleh feldspar,
mika, dan mineral kurang stabil lainnya yang hanya hadir ketika telah terjadi sedikit pelapukan .
[13]
Jumlah pelapukan terutama bergantung pada jarak ke daerah sumber, iklim lokal dan waktu
yang dibutuhkan untuk sedimen yang akan diangkut sana. Di sebagian besar batuan sedimen,
mika, mineral feldspar dan mineral kurang stabil lainnya telah bereaksi dengan mineral lempung
seperti kaolinit, illite atau smektit.

Fosil

Lapisan kaya fosil di batuan sedimen, California, Amerika Serikat

Di antara tiga jenis utama dari batuan, fosil paling sering ditemukan di batuan sedimen. Tidak
seperti kebanyakan batuan beku dan batuan metamorf, batuan sedimen terbentuk pada suhu dan
tekanan yang tidak merusak sisa-sisa fosil. Seringkali fosil ini mungkin hanya terlihat ketika
belajar di bawah mikroskop (mikrofosil) atau dengan kaca pembesar atau lup.

Organisme mati di alam biasanya cepat dihapus oleh binatang pemakan bangkai dan bakteri,
maupun akibat pembusukan dan erosi. Namun, sedimentasi dapat berkontribusi untuk keadaan
tertentu di mana proses alami yang tadi disebutkan tidak mampu bekerja, sehingga menyebabkan
fosilisasi. Kesempatan fosilisasi jauh lebih tinggi ketika: tingkat sedimentasi sangat tinggi
(menyebabkan bangkai cepat terkubur), di lingkungan anoxic (di mana hanya terjadi sedikit
aktivitas bakteri), maupun jika organisme memiliki kerangka yang keras. fosil terawat berukuran
besar relatif jarang.
Galian (burrow) di turbidit, dibuat oleh krustacea, Pyrenees

Fosil dapat berbentuk sisa-sisa langsung atau jejak organisme dan kerangka mereka. Paling
umum diawetkan adalah bagian keras dari organisme seperti tulang, tempurung, dan jaringan
kayu dari tanaman. Jaringan lunak memiliki kesempatan yang jauh lebih kecil untuk diawetkan
dan terfosilisasi, dan jaringan lunak dari hewan yang lebih tua dari 40 juta tahun sangat jarang.[14]
Jejak dari organisme yang dibuat saat masih hidup disebut fosil jejak. Contohnya adalah liang,
jejak kaki, dll

Menjadi bagian dari batuan sedimen atau metamorf, fosil menjalani proses diagenesa yang sama
seperti batuan. Misalnya, sebuah tempurung terdiri dari kalsit dapat melarutkan sementara semen
silika kemudian mengisi rongga. Dengan cara yang sama, mineral-mineral presipitasi dapat
mengisi rongga-rongga yang sebelumnya ditempati oleh pembuluh darah, jaringan pembuluh
darah atau jaringan lunak lainnya. Hal ini dapat mempertahankan bentuk organisme tetapi
mengubah komposisi kimia, proses yang disebut permineralization.[15][16] Mineral yang paling
umum di semen permineralisasi adalah karbonat (terutama kalsit), berbagai bentuk silika amorf
(kalsedon, flint, rijang) dan pirit. Dalam kasus semen silika, proses ini disebut litifikasi.

Pada suhu dan tekanan yang tinggi, bahan organik dari organisme mati mengalami reaksi kimia
di mana zat-zat mudah menguap (volatil) seperti air dan karbon dioksida akan dikeluarkan. Fosil
tersebut, pada akhirnya, terdiri dari lapisan tipis karbon murni atau bentuk mineralisasinya,
grafit. Jenis fosilisisasi ini disebut karbonisasi. Hal ini sangat penting untuk fosil tanaman. [17]
Proses yang sama bertanggung jawab untuk pembentukan bahan bakar fosil seperti lignit atau
batubara lainnya.
Struktur sedimen primer

Perlapisan - Silang siur batupasir fluviatil, Kepulauan Shetland

Struktur di batuan sedimen dapat dibagi ke dalam struktur 'primer' (terbentuk selama
pengendapan) dan struktur 'sekunder' (terbentuk setelah pengendapan). Tidak seperti tekstur,
struktur selalu berbentuk fitur skala besar pada batuan yang dapat dengan mudah dipelajari di
lapangan. Struktur sedimen dapat menunjukkan sesuatu tentang lingkungan pengendapan
sedimen atau dapat berfungsi untuk mengindikasi di bagian mana batuan tersebut berada ketika
sebelum terjadi pembalikan maupun gaya tektonik lainnya.

Flute cast, salah satu tipe sole mark, Utah, Amerika Serikat

Batuan sedimen yang tersusun berlapis-lapis disebut lapisan atau strata. Sebuah lapisan
didefinisikan sebagai lapisan batuan yang memiliki litologi dan tekstur yang seragam . Lapisan
terbentuk oleh pengendapan lapisan sedimen di atas satu sama lain. Urutan lapisan yang
mencirikan batuan sedimen disebut perlapisan.[18][19] Lapisan tunggal dapat memiliki ketebalan
dari beberapa sentimeter hingga beberapa meter. Lapisan yang lebih halus dan kurang terlihat
disebut laminae, dan struktur yang terbentuk di batuan disebut laminasi. Ketebalan laminae
biasanya kurang dari beberapa sentimeter.[20] Meskipun perlapisan dan laminasi umumnya
dimulai dalam keadaan horizontal di alam, hal ini tidak selalu terjadi. Pada beberapa lingkungan
tertentu, lapisan-lapisan diendapkan pada sudut tertentu . Kadang-kadang beberapa set lapisan
dengan orientasi yang berbeda berada di batuan yang sama, struktur yang disebut perlapisan-
silang siur ( cross bedding). [21] Perlapisan - silang siur terjadi ketika erosi skala kecil terjadi
selama deposisi, memotong bagian perlapisan. Perlapisan yang baru lalu terjadi membentuk
sudut terhadap perlapisan yang lebih tua.

Kebalikan dari perlapisan - silang siur adalah paralel laminasi , di mana setiap lapisan sedimen
saling sejajar satu sama lain.[22] Pada laminasi, perbedaan umumnya disebabkan oleh perubahan
siklus dalam pasokan sedimen yang disebabkan, misalnya, oleh perubahan musiman dalam curah
hujan, suhu atau kegiatan biokimia . Lamina yang mewakili perubahan musim (mirip dengan
lingkaran pohon) disebut varve. Setiap batuan sedimen terdiri dari lapisan dengan skala
milimeter bahkan lebih halus lagi yang diberi nama dengan istilah umu laminit. Beberapa batuan
tidak memiliki laminasi sama sekali; karakter struktural mereka disebut struktur masif.

Perlapisan berusun (graded bedding) adalah struktur dimana lapisan dengan ukuran butir yang
lebih kecil terjadi di atas lapisan dengan butiran lebih besar. Struktur ini terbentuk ketika air
yang mengalir cepat berhenti mengalir. Klas - klas yang lebih besar dan berat mengendap lebih
dulu baru kemudian klas - klas yang lebih kecil. Meskipun perlapisan bersusun dapat terbentuk
dalam berbagai lingkungan yang berbeda, struktur ini adalah karakteristik utama pada arus
turbidit.[23]

Tanda riak (ripple mark) ditemukan di Bavaria, Jerman


Bentuk lapisan (bedform atau bentuk permukaan perlapisan tertentu) dapat menjadi indikasi
untuk lingkungan sedimen tertentu juga. Contoh - contoh bentuk lapisan termasuk bukit (dune)
dan tanda riak (ripple mark). Tapak riak (sole mark) , seperti tanda alat (tool mark) dan cetakan
suling (flute cast), merupakan hasil galian pada lapisan sedimen yang diawetkan. Bentuknya
memanjang dan sering digunakan sebagai indikasi arah aliran pada saat proses pengendapan
berlangsung.[24][25]

Tanda riak juga terbentuk dalam air yang mengalir. Ada dua jenis: gelombang riak asimetris
(asymmetric wave ripples) dan arus riak simetris (symmetric current ripples). Lingkungan di
mana saat ini berada dalam satu arah, seperti sungai, menghasilkan riak asimetris. Semakin lama
sayap riak tersebut berorientasi berlawanan dengan arah arus.[26][27][28] Gelombang riak terjadi
dalam lingkungan di mana arus terjadi pada semua arah, seperti permukaan pasang surut.

Lumpur retak atau mudcrack terbentuk akibat dehidrasi sedimen yang kadang-kadang terjadi di
atas permukaan air. Struktur seperti ini umumnya ditemukan di permukaan pasang surut atau
titik bar (point bar) di sepanjang sungai.

Struktur sedimen sekunder

Struktur sedimen sekunder adalah struktur pada batuan sedimen yang terbentuk setelah
pengendapan. Struktur tersebut terbentuk oleh proses kimia, fisika dan biologi di dalam sedimen.
Mereka bisa menjadi indikator untuk keadaan lingkungan setelah deposisi. Beberapa dapat
digunakan sebagai kriteria umur relatif batuan.

Konkresi rijang di cyprus

Kehadiran material organik dalam sedimen dapat meninggalkan jejak lebih dari sekadar fosil.
Jejak- jejak terawetkan dan liang (burrow) adalah contoh jejak fosil (juga disebut ichnofossil).[29]
Beberapa jejak fosil seperti cetakan kaki dinosaurus atau manusia purba dapat menangkap
imajinasi manusia, tetapi jejak tersebut relatif jarang. Kebanyakan fosil jejak adalah liang
moluska atau arthropoda. Burrowing ini disebut bioturbasi oleh ahli sedimentologi. Bioturbasi
dapat menjadi indikator yang berharga dari lingkungan biologi dan ekologi setelah sedimen
diendapkan. Di sisi lain, aktivitas burrowing organisme dapat menghancurkan struktur-struktur
sedimen primer lain, yang membuat rekonstruksi menjadi lebih sulit.

Struktur sekunder juga dapat terbentuk oleh diagenesis atau pembentukan tanah (pedogenesis)
ketika sedimen tersingkap di atas permukaan air. Contoh struktur diagenesa umum dalam batuan
karbonat adalah stylolit.[30] Stylolit adalah bidang yang tidak teratur di mana material terlarutkan
menjadi pori-pori fluida di dalam batuan. Hasil presipitasi dari spesies kimia tertentu dapat
mewarnai batuan, atau disebut juga pembentukan konkresi (concretion). Konkresi merupakan
kurang lebih tubuh konsentris dengan komposisi yang berbeda dari batuan induk. Pembentukan
mereka dapat terjadi akibat presipitasi lokal akibat perbedaan kecil dalam komposisi atau
porositas batuan induk, seperti di sekitar fosil, di dalam liang atau di sekitar akar tanaman.[31]
Pada batuan karbonat seperti batugamping dan rijang, konkresi mudah ditemukan. Sedangkan
batupasir terestrial dapat memiliki konkresi besi. Konkresi kalsit di batulempung disebut
konkresi septarian.

Setelah pengendapan, proses fisik dapat merusak sedimen, membentuk struktur-struktur


sekunder kelas tiga. Kontras densitas antar setiap lapisan sedimen yang berbeda, seperti antara
pasir dan lempung, bisa mengakibatkan struktur api (flame structure) atau cetakan beban (load
cast), yang dibentuk oleh diapirisme terbalik.[32] Diapirisme menyebabkan lapisan atas yang lebih
padat tenggelam ke dalam lapisan lainnya. Kadang-kadang, kontras densitas dapat terjadi ketika
salah satu satuan batuan mengalami dehidrasi. Lempung dapat dengan mudah dikompresi
sebagai akibat dari dehidrasi, sedangkan pasir mempertahankan volume yang sama namun
menjadi relatif kurang padat akibat dehidrasi. Di sisi lain, ketika tekanan fluida pori di dalam
lapisan pasir melampaui titik kritis, pasir dapat mengalir melalui lapisan lempung di atasnya,
membentuk tubuh diskordan dari batuan sedimen yang disebut dike sedimen (proses yang sama
dapat membentuk gunung berapi lumpur di permukaan).

Sebuah dike sedimen juga dapat terbentuk di iklim dingin di mana tanah secara permanen beku
selama hampir sepanjang tahun. Pelapukan frost dapat membentuk retakan di tanah yang dapat
terisi dengan puing-puing dari atas. Struktur tersebut dapat digunakan sebagai indikator iklim
urutan pembentukan.[33]

Kontras padatan juga dapat menyebabkan patahan skala kecil , bahkan saat sedimentasi
berlangsung (syn-sedimentaru fault).[34] faulting tersebut juga dapat terjadi ketika massa besar
sedimen tak terlitifikasi tersimpan di lereng, seperti di sisi depan dari delta atau lereng benua.
Ketidakstabilan dalam sedimen tersebut dapat mengakibatkan longsor (slumping). Struktur yang
dihasilkan pada batuan akibat proses tersebut yakni lipatan dan patahan sinsedimentasi, yang
sulit sekali dibedakan dengan patahan dan lipatan yang diakibatkan oleh gaya tektonik.

Lingkungan Pengendapan Batuan Sedimen


Situasi  di mana batuan sedimen terbentuk disebut lingkungan pengendapan. Setiap lingkungan
pengendapan memiliki kombinasi karakteristik proses geologi dan situasi yang berbeda. Jenis
sedimen yang diendapkan tidak hanya bergantung pada sedimen yang diangkut ke suatu tempat,
tetapi juga bergantung pada lingkungan pengendapan itu sendiri.[35]
Lingkungan pengendapan laut atau marin bermakna bahwa batuan tersebut terbentuk di laut atau
samudra.  Seringkali, Lingkungan pengendapan laut dangkal dan laut dalam dibedakan.  Laut
dalam  biasanya mengacu pada lingkungan pengendapan dengan kedalaman lebih dari 200 m di
bawah permukaan air. Lingkungan laut dangkal ada yang berdekatan dengan garis pantai dan
dapat meluas  keluar batas landas kontinen (continental shelf / paparan benua).  Air di
lingkungan tersebut memiliki energi yang umumnya lebih tinggi daripada di lingkungan laut
dalam karena aktivitas gelombang. Ini berarti bahwa partikel sedimen kasar dapat diangkut dan
sedimen yang diendapkan bisa lebih kasar daripada di lingkungan laut dalam. Ketika sedimen
yang tersedia diangkut dari benua, secara bergantian pasir, lempung, dan lanau diendapkan.
Ketika benua terletak sangat jauh, jumlah sedimen yang dibawa tersebut mungkinlebih sedikit,
dan proses biokimia mendominasi jenis batuan yang terbentuk. Terutama di iklim hangat,
lingkungan laut dangkal yang jauh dari lepas pantai biasanya terdiri dari endapan karbonat. Air
dangkal dan hangat  merupakan habitat yang ideal bagi banyak organisme kecil yang
membangun kerangka karbonat. Ketika organisme ini mati, kerangka mereka tenggelam ke
dasar, membentuk lapisan tebal lumpur gampingan yang dapat membatu menjadi batugamping.
Lingkungan laut dangkal yang hangat juga merupakan lingkungan yang ideal untuk terumbu
karang, yang merupakan sedimen yang terdiri dari kerangka karbonat dari organisme yang lebih
besar.[36]

Di lingkungan pengendapan laut dalam, arus air di dasar laut kecil. Hanya partikel halus dapat
diangkut ke tempat-tempat ini. Biasanya sedimen yang terendapkan di dasar laut dalam adalah
lempung halus atau kerangka-kerangka kecil mikroorganisme. Pada kedalaman 4 km, kelarutan
karbonat meningkat secara dramatis (zona kedalaman di mana hal ini terjadi disebut isoklin).
Sedimen karbonatan  yang tenggelam di bawah lysoklin kemudian larut, sehingga tidak ada
batugamping  yang dapat dibentuk di bawah kedalaman ini. Namun Kerangka mikro-organisme
yang terbentuk dari silika (seperti radiolaria) masih dapat bertahan. Contoh dari batuan yang
terbentuk dari kerangka silika adalah radiolarit. Ketika dasar laut memiliki kemiringan kecil,
misalnya di lereng benua, endapan sedimen yang ada dapat menjadi tidak stabil, menyebabkan
terjadinya arus turbidit. Arus turbidit adalah gangguan mendadak pada lingkungan laut yang
cukup dalam  dan dapat menyebabkan pengendapan spontan sedimen dalam jumlah besar,
seperti pasir dan lanau. Urutan batuan yang terbentuk oleh arus turbidit disebut turbidit.[37]

Lingkungan pengendapan transisi (terminologi amerika serikat = lingkungan pengendapan


pantai ) didominasi oleh aksi gelombang. Di pantai, sedimen dominan kasar seperti pasir atau
kerikil terendapkan, sering berbaur dengan fragmen tempurung.  Dataran pasang surut (tidal flat)
dan shoal  merupakan  tempat-tempat yang kadang-kadang kering karena air pasang. Mereka
sering dipotong oleh gully, di mana aliran gully tersebut lebih besar dan juga ukuran butir
material yang terbawa dan terendapkan lebih besar.  Dimanapun di sepanjang pesisir (baik
pesisir dari laut atau danau) badan air yang dimasuki sungai, delta dapat terbentuk. Delta adalah
akumulasi besar sedimen yang diangkut dari benua ke tempat-tempat di depan mulut sungai.
Delta umumnya terdiri dari sedimen klastik.

Sebuah batuan sedimen yang terbentuk di benua disebut memiliki lingkungan pengendapan
benua. Contoh lingkungan pengendapan benua yaitu laguna, danau, rawa, dataran banjir dan
kipas aluvial. Dalam air tenang  seperti rawa, danau dan laguna, sedimen halus terendapkan,
bercampur dengan bahan organik dari tanaman dan hewan yang mati. Di sungai, energi air  jauh
lebih tinggi dan bahan yang diangkut terdiri dari sedimen klastik. Selain transportasi air, sedimen
di lingkungan benua juga bisa  diangkut oleh angin atau gletser. Sedimen yang  diangkut oleh
angin disebut  Aeolian dan batuannya selalu memiliki sortasi yang baik, sedangkan sedimen
yang diangkut oleh gletser disebut glasial (glacial till) dan ditandai dengan penyortiran batuan
yang sangat buruk.[38]

Fasies sedimentasi

Pergeseran fasies sedimentasi, dalam kasus ini transgresi (atas) dan regresi (bawah)

Lingkungan pengendapan sedimen biasanya berada berdampingan satu sama lain dalam sebuah
suksesi alam tertentu. Sebuah pantai, di mana pasir dan kerikil terendapkan, biasanya dibatasi
oleh lingkungan laut yang lebih dalam di lepas pantai, di mana sedimen-sedimen yang lebih
halus terendapkan pada waktu yang sama. Di belakang pantai, bisa terdapat bukit atau dune
(dimana endapan dominannya adalah pasir dengan sortasi baik) atau laguna (di mana lempung
halus dan material organik terendapkan). Setiap lingkungan pengendapan memiliki karakteristik
endapan sendiri. Batuan khas yang dibentuk dalam lingkungan tertentu disebut fasies sedimen.
Ketika lapisan sedimen terakumulasi sepanjang waktu, lingkungan dapat bergeser, membentuk
perubahan fasies di bawah permukaan pada satu lokasi. Di sisi lain, ketika lapisan batuan dengan
usia tertentu diikuti secara lateral, litologi (jenis batuan) dan fasies akan berubah di titik tertentu.
[39]

Fasies dapat dibedakan dengan berbagai cara: yang paling umum adalah dengan litologi
(misalnya: batugamping, batulanau atau batupasir) atau dengan konten fosil. Karang misalnya
hanya hidup di lingkungan laut hangat dan dangkal dan fosil karang karenanya hanya khas pada
fasies laut dangkal. Fasies yang ditentukan oleh litologi disebut lithofasies; facies yang
ditentukan oleh fosil disebut biofacies.[40]

Lingkungan pengendapan sedimen dapat menggeser posisi geografis mereka sepanjang waktu.
Garis pantai dapat menggeser ke arah laut ketika permukaan laut turun, yakni ketika permukaan
naik karena kekuatan tektonik di kerak bumi atau ketika sungai membentuk delta besar. Di
bawah permukaan, pergeseran geografis lingkungan pengendapan sedimen dari masa lalu ini
terekam dengan baik dalam pergeseran fasies sedimentasi. Ini berarti bahwa fasies sedimen dapat
berubah baik sejajar ataupun tegak lurus terhadap lapisan imajiner batuan dengan usia tetap,
fenomena yang dijelaskan oleh Hukum Walther.[41]
Situasi di mana garis pantai bergerak ke arah benua disebut transgresi. Dalam kasus transgresi,
fasies laut dalam terendapkan di atas facies laut dangkal, sebuah suksesi yang disebut onlap.
Regresi adalah situasi di mana garis pantai bergerak ke arah laut. Pada regresi, fasies laut yang
lebih dangkal akan terendapkan di atas facies laut yang lebih dalam, situasi yang disebut offlap.
[42]

Fasies dari semua batuan dari usia tertentu dapat diplot pada peta untuk memberikan gambaran
mengenai paleogeografi. Sebuah urutan peta untuk usia yang berbeda dapat memberikan
wawasan dalam pengembangan geografi regional.

Cekungan Sedimentasi
Tempat dimana sedimentasi skala besar berlangsung disebut cekungan sedimen. Jumlah sedimen
yang dapat disimpan di cekungan tergantung pada kedalaman cekungan, yang disebut ruang
akomodasi. Kedalaman, bentuk dan ukuran cekungan bergantung pada pergerakan tektonik di
litosfer Bumi. Ketika litosfer bergerak ke atas (tectonic uplift), menyebabkan daratan naik ke atas
permukaan laut, sehingga erosi menghapus material-material atas permukaan tadi, dan daerah
tadi menjadi sumber baru untuk sedimen . Ketika litosfer bergerak ke bawah (tectonic
subsidence), sebuah bentuk cekungan dan sedimentasi dapat terbentuk. Ketika litosfer terus
bergerak ke bawah, ruang akomodasi baru terus diciptakan.

Suatu jenis cekungan yang dibentuk oleh dua potong benua yang saling bergerak terpisah disebut
cekungan keretakan (rift basin). rift basin berbentuk memanjang, sempit dan dalam. Karena
gerakan divergen tersebut, litosfer tertarik dan menipis, sehingga astenosfer panas naik dan
memanaskan rift basin diatasnya. Karena keadaannya yang terpisah dari sedimen benua, pada
rift basin biasanya juga terdapat endapan vulkanik yang merupakan infill. Ketika cekungan
tumbuh karena peregangan litosfer terus berlanjut, rift tumbuh dan laut dapat masuk, membentuk
endapan laut.

Ketika sepotong litosfer yang dipanaskan dan tertarik tadi mendingin lagi, densitasnya naik,
menyebabkan penurunan keseimbangan isostatik. Jika penurunan ini berlanjut cukup lama,
terebntuk cekungan yang disebut cekungan sag (sag basin). Contoh cekungan sag adalah daerah
di sepanjang tepi benua pasif, tetapi cekungan sag juga dapat ditemukan di pedalaman benua.
Dalam cekungan sag berat tambahan dari sedimen yang baru terendapkan sudah cukup untuk
menjaga penurunan terjadi dalam lingkaran setan. Sehingga, total ketebalan infill sedimen di
cekungan sag bisa melebihi 10 km.

Jenis ketiga dari cekungan sedimentasi ada di sepanjang batas lempeng konvergen - tempat di
mana satu lempeng tektonik bergerak menujam ke bawah lempeng yang lain ke dalam
astenosfer. Lempeng yang menujam tadi menekuk dan membentuk cekungan fore-arc di depan
lempeng yang meniban (overriding plate) - Cekungan yang dalam, asimetris, dan panjang.
Cekungan - cekungan fore-arc diisi oleh endapan laut dalam dan sekuen tebal turbidit. Infill
tersebut disebut Flysch. Ketika gerakan konvergen dari kedua lempeng menyebabkan kolisi
benua, cekungan menjadi dangkal dan berkembang menjadi cekungan tanjung (foreland basin).
Pada saat yang sama, pengangkatan tektonik membentuk sabuk pegunungan di lempeng yang
meniban (overriding plate), dimana sejumlah besar material dari sabuk pegunungan tersebut
tererosi dan terbawa ke cekungan. Material erosi tersebut disebut molase dan terdapat baik di
fasies benua maupun fasies samudera. Proses-proses tadi disebut siklus wilson.

Pada saat yang sama, berat yang terus tumbuh dari sabuk pegunungan dapat menyebabkan
penurunan litostatik di daerah overriding plate di sisi lain sabuk pegunungan. Jenis cekungan
yang dihasilkan dari penurunan ini disebut cekungan busur belakang ( back arc basin) - dan
biasanya diisi oleh endapan laut dangkal dan molase.[43]

Tingkat sedimentasi
Tingkat pengendapan sedimen berbeda tergantung pada lokasi. Sebuah saluran di flat tidal dapat
mengalami pengendapan beberapa meter sedimen dalam satu hari, sementara di dasar laut dalam,
setiap tahun hanya beberapa milimeter dari sedimen terendapkan. Dapat dibedakan pengendapan
akibat sedimentasi normal dan sedimentasi akibat proses katastropisme. Kategori yang terakhir
mencakup semua jenis proses yang luar biasa tiba-tiba seperti gerakan massa, longsoran batuan
atau banjir. Proses bencana dapat menyebabkan proses pengendapan secara tiba-tiba dari
sejumlah besar sedimen. Dalam beberapa lingkungan sedimen, sebagian dari total kolom batuan
sedimen dibentuk oleh proses bencana, meskipun lingkungan tersebut secara umum stabil.
Lingkungan sedimen lainnya didominasi oleh sedimentasi normal yang sedang berlangsung.[44]

Dalam banyak kasus, sedimentasi terjadi secara perlahan. Di padang pasir, misalnya, angin
mengendapkan material silisiklastik (pasir atau lanau) di beberapa tempat, atau banjir katastropik
di lembah mungkin menyebabkan pengendapan mendadak sejumlah besar material detrital,
tetapi di sebagian besar tempat ,erosi eolian yang mendominasi. Jumlah batuan sedimen yang
terbentuk tidak hanya bergantung pada jumlah material yang tersedia, tetapi juga pada seberapa
baik materi terkonsolidasi. Erosi menghilangkan sedimen yang terendapkan segera setelah
pengendapan.[44]

Stratigrafi
Lapisan batuan muda pada prinsipnya selalu berada di atas lapisan batuan yang lebih tua, hal itu
dinyatakan dalam prinsip superposisi. Biasanya ada beberapa gap dalam urutan batuan yang
disebut ketidakselarasan. Ketidakselarasan mewakili periode di mana tidak ada sedimen baru
yang hadir, atau ketika lapisan sedimen sebelumnya naik ke atas muka air dan tererosi
karenanya.

Batuan sedimen berisi mengenai informasi penting tentang sejarah Bumi. Mereka mengandung
fosil, sisa-sisa terawetkan dari tanaman purba dan hewan. Batubara dianggap sebagai jenis
batuan sedimen. Komposisi sedimen memberikan kita petunjuk ke batuan asal. Perbedaan antara
urutan perlapisan menunjukkan perubahan lingkungan dari waktu ke waktu. Batuan sedimen
dapat berisi fosil karena, tidak seperti kebanyakan natuan beku dan batuan metamorf, batuan
sedimen terbentuk pada suhu dan tekanan yang tidak merusak sisa-sisa fosil.

(https://id.wikipedia.org/wiki/Batuan_sedimen)

Anda mungkin juga menyukai