pemkab muba pemkab muba pemkab muba pemkab muba
Agri Farming

Seperti Ini Cara Petani Kendalikan Penyakit Tungro

664
×

Seperti Ini Cara Petani Kendalikan Penyakit Tungro

Sebarkan artikel ini
Cara-Efektif-Kendalikan-Penyakit-TUNGRO-pada-Tanaman-Padi-kabartani-640x390
pemkab muba

JAKARTA – Banyak kendala yang sering dihadapi oleh para petani seperti serangan penyakit dan hama yang selalu mengganggu tanaman padi.

Salah satu penyakit yang kerap menyerang tanaman padi adalah penyakit tungro. Serangan hama seolah menjadi hal biasa yang dihadapi para petani.

Sebagai informasi bahwa sejumlah daerah di Indonesia merupakan daerah endemik tungro, mulai dari Sulawesi Selatan (Sidrap, Wajo, Bone, dan Pinrang), Sulawesi Barat (Polewali Mandar), Kalimantan Selatan, NTB, dan Sulawesi Utara.

Bahkan, kini penyakit yang berasal dari wereng hijau ini penyebaran telah merata di 23 provinsi.

Peneliti dan perekayasa genetik tanaman tahan tungro dari Loka Penelitian Penyakit Tungro Balitbang Pertanian, Ahmad Mulyadi, mengungkapkan, virus tungro tidak menetap di tanah, tapi di tanaman rerumputan. Karena itu, bisa berpindah dari lokasi pertanaman yang satu ke lokasi lainnya.

Tanaman yang ada gejala penyakit tungro bisa dilihat saat masa vegetatif setelah 4—6 minggu masa tanam. Hal ini karena penularan penyakit tungro yang dapat terjadi sejak di persemaian. Gejalanya, daun tanaman muda berwarna kuning, kerdil, dan daun melintir, serta anakan berkurang.

“Pada hamparan tampak pertumbuhan padi bergelombang dengan spot-spot gejala menguning,” ucap Mulyadi.

Karena virus tungro terdiri atas virus RNA dan DNA, terkadang dalam deteksi molekuler susah terlihat. Sifat inilah yang menjadikan virus tungro tidak bisa hilang secara sepenuhnya di wilayah yang sudah endemik.

Waktu ledakan virus tungro pun sebenarnya berpola sesuai dengan agroekosistem dan lokasi pertanaman.

Mulyadi mencontohkan, di Sidrap akhir Februari—Maret dan akhir Juli—awal Agustus lalu terjadi populasi wereng hijau yang tinggi. Karena itu, jika petani bertanam saat itu, akan terkena tungro.

“Jadi biasanya saat tanam ketiga yang terkena tungro,” jelasnya.

Untuk mencegah serangan penyakit ini, Mulyadi mengatakan, perlu adanya penyesuaian tanam varietas tahan tungro saat populasi wereng hijau sedang tinggi.

Mulyadi menyarankan, untuk mengatur waktu tanam sehingga saat puncak populasi tungro, tanaman sudah memasuki fase generatif atau 45 hari atau lebih masa tanam. Sebab, serangan yang terjadi setelah masuk fase tersebut tidak menimbulkan kerusakan yang berarti.

“Atur waktu tanam agar saat terjadi puncak kerapatan populasi dan intensitas tungro, tanaman telah berumur lebih dari 45 hari setelah tanam. Semakin muda umur tanaman, maka semakin besar persentase kehilangan hasil yang ditimbulkan,” paparnya.

Perhatikan juga kondisi klimatologis daerah. Pasalnya, puncak populasi wereng hijau terjadi pada 1,5 sampai 2 bulan setelah curah hujan mencapai puncaknya. Saat populasi wereng hijau mencapai puncaknya, tanaman padi yang masih muda atau berumur 21 sampai 35 hari setelah tanam sangat peka terserang tungro. Dengan demikian, waktu tanam yang tepat adalah 30 hingga 45 hari sebelum musim hujan mencapai puncaknya. (Pertanianku.com)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *