Selasa, 31 Oktober 2023 13:49 WIB

Mengenal Manfaat Ganja Medis untuk Mengatasi Nyeri

Responsive image
4791
Dr. Putu Agus Surya Panji, Sp.An, KIC - RSUP Prof. dr. I.G.N.G. Ngoerah

Nyeri adalah gejala umum dari berbagai kondisi kesehatan dan merupakan alasan utama sebagian besar pasien mencari penanganan. Nyeri bisa digolongkan sebagai nyeri akut yang timbul mendadak dan cepat menghilang, tidak lebih dari 6 bulan, dan nyeri kronis yang timbul secara perlahan dan biasanya berlangsung dalam waktu cukup lama, lebih dari 6 bulan. Nyeri tidak hanya dapat menimbulkan ketidaknyamanan sesaat, tapi juga dapat menurunkan kualitas hidup seseorang secara permanen.

Selama beberapa tahun terakhir, ganja medis semakin menjadi topik pembicaraan terkait perannya dalam mengobati nyeri kronis. Istilah ganja medis sendiri membuat orang mengerutkan dahi, karena ganja yang dianggap ilegal dianggap bisa membantu mengatasi beberapa masalah kesehatan. Ganja medis yang dimaksud bukan berarti tanaman ganja (cannabis) yang dikenal pada umumnya, yang dikeringkan, ditumbuk lalu diberi label sebagai obat. Menurut Prof. Zubairi Djoerban yang merupakan Tim Ahli Ikatan Dokter Indonesia, tanaman ganja mengandung lebih dari 450 macam senyawa dan hanya komponen tertentu dari tanaman ganja yang bisa diolah sebagai ganja medis yaitu senyawa Tetrahydrocannabinol (THC) yang bersifat psikoaktif, yang dapat memberikan sensasi “high” dan Cannabidiol (CBD), yang tidak bersifat psikoaktif dan dianggap sebagai senyawa yang mempunyai efek terapeutik. Efek terapeutik ganja medis tergantung pada konsentrasi CBD dan rasio THC dan CBD, dimana ganja medis lebih memiliki konsentrasi CBD yang lebih tinggi, sedangkan sebaliknya ganja rekreasional mengandung THC yang lebih tinggi.

Penggunaan ganja medis dalam penanganan nyeri banyak dipaparkan dalam beberapa penelitian. Henson dkk menyatakan dalam kesimpulan penelitiannya di tahun 2022 bahwa mereka membuktikan efektivitas obat kombinasi THC/CBD untuk penanganan nyeri kronis dan obat yang hanya mengandung CBD untuk penanganan stres dan kecemasan. Sedangkan penelitian oleh Wang dkk (2021) menyatakan penggunaan ganja medis non-inhalasi hanya memberikan efek yang sangat kecil dalam meredakan nyeri, peningkatan fungsi fisik dan kualitas tidur pada pasien dengan nyeri kronis, bersama dengan beberapa efek samping yang merugikan.

Sedangkan faktor legalitas penggunaan ganja medis pun berbeda di tiap negara. Penggunaan ganja medis ini dapat melihat dari obat-obatan golongan morfin yang juga berasal dari tanaman opium tapi telah menjadi obat legal selama penggunaannya dalam pengawasan dokter. Morfin biasanya digunakan sesuai indikasi seperti nyeri pada penderita kanker yang sudah tidak merespons lagi terhadap obat anti nyeri lainnya. Di Indonesia, menurut Undang Undang nomor 35 tahun 2009, semua unsur ganja diklasifikasikan sebagai narkotika golongan I, bersama dengan jenis zat psikoaktif lainnya seperti heroin, kokain dan metamfetamin, karena memiliki potensi penyalahgunaan yang besar, sehingga penggunannya harus dalam pengawasan dokter.

Hingga saat ini, potensi manfaat ganja medis dalam mengobati nyeri kronis masih memiliki berbagai keterbatasan, karena beberapa penelitian hanya menggunakan ukuran sampel yang kecil dan masih belum memberikan hasil yang konsisten. Secara medis, keamanan dan efektivitas penggunaan ganja medis dibandingkan dengan obat anti nyeri lainnya (non-ganja), adanya potensi interaksi obat dan efek samping penggunaan ganja medis, baik jangka pendek maupun jangka panjangnya, serta ketepatan dosis dan sediaan obatnya sesuai kondisi pasien sangat penting dalam pertimbangan penggunaan ganja medis agar kondisi pasien dapat terjaga dan efek obat yang diinginkan dapat diperoleh.

 

Referensi:

Henson, J.D., Vitetta, L. & Hall, S. Tetrahydrocannabinol and cannabidiol medicines for chronic pain and mental health conditions. Inflammopharmacol 30, 1167–1178 (2022). https://doi.org/10.1007/s10787-022-01020-z

Wang L, Hong P J, May C, Rehman Y, Oparin Y, Hong C J et al. Medical cannabis or cannabinoids for chronic non-cancer and cancer related pain: a systematic review and meta-analysis of randomised clinical trials. BMJ (2021); 374 :n1034 doi:10.1136/bmj.n1034

Fisher, Emmaa,b,*; Moore, R. Andrewc; Fogarty, Alexandra E.d; Finn, David P.e; Finnerup, Nanna B.f,g; Gilron, Ianh,i,j; Haroutounian, Simonk; Krane, Elliotl,m; Rice, Andrew S.C.n; Rowbotham, Michaelo,p; Wallace, Markq; Eccleston, Christophera,b,r. Cannabinoids, cannabis, and cannabis-based medicine for pain management: a systematic review of randomised controlled trials. PAIN 162():p S45-S66, July 2021. | DOI: 10.1097/j.pain.0000000000001929