Permasalahan Ekspresi Emosi fadjar April 13, 2015

Permasalahan Ekspresi Emosi

Listyo Yuwanto

Fakultas Psikologi Universitas Surabaya

Banyak dari kita akan menilai bentuk ekspresi emosi dari yang terlihat di wajah, namun sebenarnya terdapat banyak bentuk ekspresi emosi. Ekspresi adalah representasi atau tampilan dari perasaan atau kondisi internal dalam diri seseorang, ekspresi dapat berupa visual (simbol, gambar), facial (senyuman, mengernyit, mata melebar, dsb), gesture (posisi tubuh, gerakan), dan verbal (suara, dehem, dsb). Dengan berbagai bentuk ekspresi tersebut kita dapat mengenali emosi yang dialami seseorang. Dalam kehidupan sehari-hari ekspresi emosi sangat penting untuk fungsi kesehatan diri secara fisik, psikologis, sosial, dan pekerjaan. Melalui pengaturan dan pengenalan emosi kita dapat mengekspresikan secara sehat sehingga dapat mencegah terjadinya gangguan fisik dan psikologis akibat emosi yang tidak terekspresikan. Ekspresi emosi juga penting untuk memperkuat perilaku, ide-ide yang disampaikan, ataupun bahasa verbal saat berinteraksi dengan orang lain dalam konteks relasi ataupun pekerjaan. Berkaitan dengan ekspresi emosi, terdapat beberapa permasalahan yang seringkali terjadi.

Pertama, dari sisi norma atau kondisi suatu lingkungan sosial (komunitas) berbeda dengan cara mengekspresikan emosi di komunitas yang lainnya. Kondisi ini seringkali disebut dengan relativisme dalam pengekspresian perasaan. Kedua, adanya aturan tertentu biasanya berkaitan dengan gender, bahwa laki-laki dan perempuan memiliki bentuk ekspresi diri yang berbeda. Misalnya laki-laki diidentikkan kuat sehingga tidak boleh menangis, apabila ada laki-laki kemudian mengekspresikan dengan bentuk menangis akan dianggap tidak tepat atau aneh (liyan). Sedangkan perempuan untuk mengekpsresikan kesedihan harus menangis, sedangkan kalau tidak menangis akan dianggap aneh. Sebagai contoh ketika pasangan suami istri yang kehilangan anaknya karena kecelakaan kemudian suami menangis dan istri tetap tegar bisa menahan tangisnya banyak orang merasa heran dengan kondisi tersebut.

Ketiga, adanya perbedaan cara mengekspresikan emosi lingkungan sosial dengan kebiasaan individu. Misalnya ingin tertawa sekeras-kerasnya karena perasaannya senang, namun tidak dapat ditampilkan karena norma yang mengatur dilarang tertawa sekeras-kerasnya tetapi cara tertawa harus secara santun. Keempat, apabila terjadi ketidaksesuaian antara kondisi lingkungan dan emosi yang diekspresikan karena adanya permasalahan individual yang tidak dapat mengekspresikan emosi yang sesuai. Biasanya permasalahan ini terkait dengan gangguan psikologis seperti masalah emosi atau afeksi dan juga permasalahan terkait dengan social sensitivity. Contoh yang terkait dengan permasalahan psikologis emosi adalah ketika ada kondisi yang lucu ternyata tidak memberikan ekspresi emosi apa-apa dan situasi tersebut bersifat konsisten pada situasi yang lain misalnya pada situasi yang bernuansa sedih sehingga seringkali individu yang menampilkan kondisi ini disebut dengan emotional flattening. Sedangkan ketidaksesuaian ekspresi emosi terkait dengan social sensitivityseperti kasus terjadi kecelakaan malah memberikan ekspresi emosi yang menyenangkan dengan tujuan membuat orang tidak stress, pada saat kondisi eksternal merasa tidak nyaman sehingga ditangkap orang lain sebagai perilaku mengolok-olok.

Berikut beberapa cara yang dapat diperhatikan untuk memiliki ekspresi emosi yang tepat. Pertama perlu adanya pengenalan emosi, caranya dengan merasakan dan kemudian memberikan nama emosi yang terjadi. Sebagai contoh ketika jantung berdebar-debar tetapi disertai dengan perasaan negatif bisa dikenali sebagai marah, jengkel, kecewa, atau takut. Sedangkan ketika jantung berdebar-debar tetapi nuansi emosi positif bisa gembira, bahagia, atau puas dan sejenisnya. Kedua, menerima emosi yang terjadi, harus ada kesadaran bahwa manusia pada dasarnya memiliki emosi baik negatif ataupun positif. Tidak bisa seseorang selalu memiliki emosi positif. Ketiga mempelajari bagaimana bentuk mengekspresikan emosi yang sesuai, dengan demikian diperlukan pengetahuan tentang norma, kebiasaan komunitas, ataupun diri. Sehingga terjadi kesesuaian bentuk atau cara mengekspresikan antara diri dan norma. Mengenali bentuk ekspresi emosi yang sesuai dapat melalui menjalin relasi dengan orang lain, dalam berinteraksi dengan orang dapat memberikan kesempatan bagi individu mempelajari cara berekspresi secara tepat, melihat berbagai variasi ekspresi untuk emosi yang sama, dan kesempatan mendapatkan feedback dari pengekspresian emosi. Untuk anak-anak memerlukan pembiasaan sejak kecil dengan menstimulasi dan mengapresiasi terkait dengan eksperesi emosi yang ditampilkan sehingga anak mampu mengetahui bagaimana cara mengekspresikan emosi (orang tua yang memberikan contoh ekspresi emosi), saat anak tertawa orang tua memberi apresiasi (anak sedang senang atau tidak senang), ketika senang anak tertawa maka orang tua mengapresiasi sehingga menjadi penguat perilaku yang tepat dan nyaman mengekspresikan suatu perilaku ekspresi emosi. Semoga tulisan ini bermanfaat.