Jakarta - Tragedi Trisakti adalah peristiwa penembakan pada tanggal 12 Mei 1998 terhadap mahasiswa pada saat demonstrasi menuntut Soeharto turun dari jabatannya. Kejadian ini menewaskan empat mahasiswa Universitas Trisakti di Jakarta serta puluhan lainnya luka.
Mereka yang tewas adalah Elang Mulia Lesmana, Heri Hertanto, Hafidin Royan, dan Hendriawan Sie. Mereka tewas tertembak di dalam kampus, terkena peluru tajam di tempat-tempat vital seperti kepala, tenggorokan, dan dada.
Peristiwa penembakan empat mahasiswa Universitas Trisakti ini juga digambarkan dengan detail dan akurat oleh seorang penulis sastra dan jurnalis, Anggie D. Widowati dalam karyanya berjudul "Langit Merah Jakarta".
Menurut dokumentasi Kontras, korban luka mencapai 681 orang dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia. Tragedi Trisakti menjadi simbol dan penanda perlawanan mahasiswa terhadap pemerintahan Orde Baru.
Tragedi itu menjadi pemicu gelombang demonstrasi mahasiswa semakin membesar dalam menuntut reformasi, hingga akhirnya memaksa Presiden Soeharto untuk mundur pada 21 Mei 1998.
Mahasiswa bersikeras untuk tetap bergerak dan menuntut perubahan. Alhasil, pada 18 Mei 1998 mahasiswa berhasil menguasai kompleks gedung MPR/DPR, dan beberapa hari kemudian menjatuhkan pemerintahan otoriter Soeharto.
Demonstrasi mahasiswa di Universitas Trisakti merupakan rangkaian aksi mahasiswa yang menuntut reformasi sejak awal 1998. Aksi mahasiswa semakin terbuka dan berani sejak Soeharto diangkat menjadi presiden untuk ketujuh kalinya dalam Sidang Umum MPR pada 10 Maret 1998.
Aparat menembaki mahasiswa
Penembakan membabi buta dilakukan aparat dari berbagai arah, tidak hanya dari hadapan para demonstran tapi juga dari atas fly over Grogol dan jembatan penyeberangan. Hal itu diketahui dari tangkapan kamera televisi.
Pihak kampus menyebut aparat menembaki mahasiswa tidak menggunakan peluru karet. Pasalnya, kampus menemukan adanya tembakan yang terarah, dengan menggunakan peluru tajam.
"Kita sudah bilang aparat jangan represif, tapi kok seperti ini. Mahasiswa saya ditembaki dengan peluru tajam, dan itu berlangsung di dalam kampus," ujar Adi Andojo yang juga menjadi Ketua Krisis Centre Universitas Trisakti.
"Padahal seharusnya ada prosedurnya. Kok ini tiba-tiba pakai peluru tajam, dan mereka (mahasiswa) sudah berada di dalam kampus. Padahal mahasiswa tidak melawan, tidak melempar batu, dan tidak melakukan kekerasan. Mahasiswa saya itu sudah berangsur-angsur pulang ke kampus," kata Adi.
Wakil Ketua Komnas HAM Marzuki Darusman menyebut adanya serangan terhadap kemanusiaan dalam menangani aksi massa. Menurutnya, yang saat itu turut hadir di kampus Trisakti, mahasiswa yang menjadi korban penembakan kemudian dilarikan ke sejumlah rumah sakit terdekat, terutama RS Sumber Waras.
Rasa cemas, sedih, takut, serta marah begitu terasa. Itulah suasana memilukan yang menyelimuti di Unit Gawat Darurat RS Sumber Waras. Dalam jumpa pers yang dilakukan, pihak kampus menyatakan ada enam korban tewas, yang beberapa hari kemudian dipastikan ada empat mahasiswa Trisakti yang menjadi korban. []