Sejarah Depresi Yang Tidak Banyak Orang Tahu, Yuk Simak!

Selasa 28 November 2023, 12:45 WIB
Ilustrasi. Sejarah Depresi Yang Tidak Banyak Orang Tahu (Sumber : Freepik/@freepik)

Ilustrasi. Sejarah Depresi Yang Tidak Banyak Orang Tahu (Sumber : Freepik/@freepik)

SUKABUMIUPDATE.com - Pertanyaan Kapan Depresi Ditemukan Dan kapan kasus depresi pertama kali muncul kerap memenuhi pikiran ketika fenomena kesehatan mental semakin vokal disuarakan gen Z.

Catatan tertulis paling awal mengenai apa yang sekarang dikenal sebagai depresi muncul pada milenium kedua SM di Mesopotamia.

Melansir Very Well Health, dalam tulisan-tulisan ini, depresi dibahas sebagai suatu kondisi spiritual dan bukan kondisi fisik. Seperti penyakit mental lainnya, penyakit ini diyakini disebabkan oleh kerasukan setan. Oleh karena itu, penyakit ini ditangani oleh para pendeta, bukan oleh dokter.

Gagasan bahwa depresi disebabkan oleh setan dan roh jahat telah ada di banyak kebudayaan, termasuk budaya Yunani kuno, Romawi, Babilonia, Tiongkok, dan Mesir. Karena kepercayaan ini, depresi sering kali diobati dengan metode seperti pemukulan, pengekangan fisik, dan kelaparan dalam upaya mengusir setan.

Meskipun banyak yang percaya bahwa setan adalah penyebab utama depresi, ada sejumlah dokter Yunani dan Romawi kuno yang percaya bahwa depresi adalah penyakit biologis dan psikologis.

Baca Juga: Ekspresi Senang Tapi Aslinya Iri dengan Kita, Begini 10 Ciri-Cirinya!

Dokter Yunani dan Romawi menggunakan metode terapi seperti senam, pijat, diet, musik, mandi, dan pengobatan yang mengandung ekstrak poppy dan susu kedelai untuk merawat pasiennya.

Filsafat Yunani dan Romawi Kuno

Hippocrates, seorang dokter Yunani, berpendapat bahwa depresi awalnya disebut "melankolia" yang disebabkan oleh empat ketidakseimbangan cairan tubuh yang disebut humor yakni empedu kuning, empedu hitam, dahak, dan darah.

Secara khusus, dia mengira melankolia disebabkan oleh terlalu banyak empedu hitam di limpa. Perawatan pilihan Hippocrates termasuk pertumpahan darah, mandi, olahraga, dan diet.

Sebaliknya, seorang filsuf dan negarawan Romawi bernama Cicero percaya bahwa melankolia memiliki penyebab psikologis seperti kemarahan, ketakutan, dan kesedihan.

Pada tahun-tahun terakhir sebelum era umum, meskipun ada beberapa langkah menuju keyakinan terhadap penyebab depresi yang lebih bersifat fisik dan mental, namun masih terdapat kepercayaan yang sangat umum di kalangan masyarakat Romawi yang terpelajar bahwa depresi dan penyakit mental lainnya disebabkan oleh setan dan kemarahan.

Sejarah Depresi di Era Umum

Pada masa sekarang, banyak pengobatan depresi yang biadab dan primitif terus menjadi hal yang biasa. Cornelius Celsus (25 SM hingga 50 M) dilaporkan merekomendasikan perlakuan yang sangat keras berupa kelaparan, belenggu, dan pemukulan dalam kasus penyakit mental.

Namun, seorang dokter Persia bernama Rhazes (865–925 M) melihat penyakit mental muncul dari otak. Dia merekomendasikan perawatan seperti mandi dan bentuk terapi perilaku awal yang melibatkan penghargaan positif untuk perilaku yang tepat.

Selama Abad Pertengahan, agama, khususnya Kristen, mendominasi pemikiran Eropa tentang penyakit mental, dan orang-orang lagi-lagi menghubungkannya dengan setan, iblis, atau penyihir. Eksorsisme, penenggelaman, dan pembakaran adalah pengobatan yang populer pada saat itu. Banyak orang dikurung di tempat yang disebut "rumah sakit jiwa".

Meskipun beberapa dokter terus mencari penyebab fisik dari depresi dan penyakit mental lainnya, namun mereka hanyalah minoritas.

Selama masa Renaisans, yang dimulai pada abad ke-14 di Italia dan menyebar ke seluruh Eropa pada abad ke-16 dan ke-17, perburuan penyihir dan eksekusi terhadap orang yang sakit jiwa masih cukup umum.

Namun, beberapa dokter meninjau kembali gagasan bahwa penyakit mental disebabkan oleh hal yang alamiah, bukan penyebab supernatural.

Pada tahun 1621, Robert Burton menerbitkan “Anatomy of Melancholy,” di mana ia menguraikan penyebab sosial dan psikologis dari depresi seperti kemiskinan, ketakutan, dan kesepian. Dalam buku ini, ia memberikan rekomendasi seperti diet, olahraga, perjalanan, obat pencahar untuk membersihkan racun dari tubuh, pertumpahan darah, herbal, dan terapi musik dalam pengobatan depresi.

Sejarah Depresi di Era Pencerahan

Selama abad ke-18 dan ke-19, yang juga disebut Zaman Pencerahan, depresi dipandang sebagai kelemahan temperamen yang diwariskan dan tidak dapat diubah. Akibat dari keyakinan ini orang dengan kondisi ini harus dijauhi atau dikurung.

Pada bagian akhir Abad Pencerahan, para dokter mulai mengemukakan gagasan bahwa agresi adalah akar dari kondisi ini.

Perawatan seperti olahraga, diet, musik, dan obat-obatan kini dianjurkan dan dokter menyarankan bahwa penting untuk membicarakan masalah dengan teman atau dokter.

Dokter lain pada saat itu mengatakan bahwa depresi disebabkan oleh konflik internal antara apa yang diinginkan dan apa yang dianggap benar. Namun yang lain berusaha mengidentifikasi penyebab fisik dari kondisi ini.

Perawatan selama periode ini termasuk perendaman dalam air atau berdiam di bawah air selama mungkin tanpa tenggelam, dan menggunakan bangku berputar untuk mengembalikan isi otak ke posisi yang benar. Perawatan tambahan termasuk:

  • Perubahan pola makan
  • Enema
  • Menunggang kuda
  • Muntal
  • Benjamin Franklin juga dilaporkan telah mengembangkan bentuk awal terapi kejut listrik pada masa ini.
  • Perawatan Modern untuk Depresi

Sejarah Depresi pada Abad 19 dan 20

Pada tahun 1895, psikiater Jerman Emil Kraepelin menjadi orang pertama yang membedakan manik depresi yang sekarang kita kenal sebagai gangguan bipolar, sebagai penyakit yang terpisah dari dementia praecox (istilah untuk skizofrenia pada saat itu). Sekitar waktu yang sama, teori psikodinamik dan psikoanalisis atau jenis psikoterapi yang berdasarkan teori ini dikembangkan.

Penjelasan Psikoanalitik

Pada tahun 1917, Sigmund Freud menulis tentang berkabung dan melankolia di mana ia berteori tentang melankolia sebagai respons terhadap kehilangan, baik yang nyata (misalnya kematian) atau simbolis (seperti kegagalan mencapai tujuan yang diinginkan).

Freud lebih lanjut percaya bahwa kemarahan bawah sadar seseorang atas kehilangan mengarah pada kebencian diri sendiri dan perilaku merusak diri sendiri.

Freud merasa bahwa psikoanalisis dapat membantu seseorang menyelesaikan konflik bawah sadar ini, mengurangi pikiran dan perilaku yang merusak diri sendiri. Namun, dokter lain pada masa ini melihat depresi sebagai kelainan otak.

Penjelasan Perilaku

Gerakan behavioris dalam psikologi berkontribusi pada gagasan bahwa perilaku dipelajari melalui pengalaman. Para penganut paham behavioris menolak gagasan bahwa depresi disebabkan oleh kekuatan yang tidak disadari dan malah menyatakan bahwa itu adalah perilaku yang dipelajari.

Baca Juga: 13 Ciri-Ciri Orang yang Kesepian dan Tidak Bahagia

Sama seperti perilaku depresi yang telah dipelajari, perilaku tersebut juga dapat diabaikan. Prinsip-prinsip pembelajaran seperti asosiasi dan penguatan dapat digunakan untuk membangun dan memperkuat perilaku yang lebih efektif dan sehat.

Meskipun para psikolog saat ini menyadari bahwa pengalaman bukanlah satu-satunya penentu perilaku, behaviorisme mengarah pada pengembangan sejumlah pendekatan pengobatan yang terus memainkan peran penting dalam pengobatan depresi dan gangguan mental lainnya.

Penjelasan Kognitif

Selama tahun 1960 an dan 1970 an, teori kognitif tentang depresi mulai bermunculan. Ahli teori kognitif Aaron Beck mengusulkan bahwa cara orang menafsirkan peristiwa negatif dapat berkontribusi terhadap gejala depresi.

Beck berpendapat bahwa pikiran otomatis negatif, kepercayaan diri negatif, dan kesalahan dalam memproses informasi bertanggung jawab atas gejala depresi.

Menurut Beck, orang yang depresi cenderung secara otomatis menafsirkan peristiwa dengan cara yang negatif dan memandang dirinya tidak berdaya dan tidak mampu.

Psikolog Martin Seligman berpendapat bahwa ketidakberdayaan yang dipelajari dapat berperan dalam perkembangan depresi.

Menurut teori ini, orang sering kali menyerah dalam upaya mengubah situasi karena mereka merasa bahwa apapun yang mereka lakukan tidak akan membuat perbedaan. Kurangnya kendali ini membuat orang merasa tidak berdaya dan putus asa.

Munculnya model kognitif depresi ini memainkan peran penting dalam pengembangan terapi perilaku kognitif (CBT), yang telah terbukti efektif dalam pengobatan depresi.

Penjelasan Biologis dan Medis

Ketika konseptualisasi depresi yang lebih tua menekankan peran pengalaman awal, pendekatan yang lebih baru semakin menekankan model biopsikososial yang melihat pada faktor biologis, psikologis, dan sosial yang berperan dalam depresi.

Selama tahun 1970-an, model medis gangguan jiwa muncul dan menyatakan bahwa semua gangguan jiwa terutama disebabkan oleh faktor fisiologis. Model medis memandang kondisi kesehatan mental sama seperti penyakit fisik lainnya, artinya kondisi tersebut juga dapat diobati dengan pengobatan.

Penjelasan biologis untuk depresi berfokus pada faktor-faktor seperti genetika, kimia otak, hormon, dan anatomi otak. Pandangan ini memainkan peran penting dalam pengembangan dan peningkatan penggunaan antidepresan dalam pengobatan depresi.

Bagaimana Model Medis Menjelaskan Gangguan Mental

Perawatan Abad 19 dan 20

Selama akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, pengobatan untuk depresi berat pada umumnya tidak cukup untuk membantu pasien.

Karena putus asa untuk mendapatkan pertolongan, banyak orang beralih ke lobotomi, yaitu operasi untuk menghancurkan lobus prefrontal otak. Meskipun terkenal memiliki efek "menenangkan", lobotomi sering kali menyebabkan perubahan kepribadian, hilangnya kemampuan mengambil keputusan, penilaian buruk, dan terkadang bahkan kematian.

Terapi elektrokonvulsif (ECT), yaitu sengatan listrik yang diterapkan pada kulit kepala untuk menyebabkan kejang, juga kadang-kadang digunakan untuk pasien dengan depresi.

Pada tahun 1950 an dan 60an, dokter membagi depresi menjadi subtipe “ endogen ” dan “neurotik” atau “reaktif.” Depresi endogen diperkirakan disebabkan oleh genetika atau cacat fisik lainnya, sedangkan jenis depresi neurotik atau reaktif diyakini disebabkan oleh masalah luar seperti kematian atau kehilangan pekerjaan.

Tahun 1950-an merupakan dekade penting dalam pengobatan depresi berkat fakta bahwa dokter memperhatikan bahwa obat tuberkulosis yang disebut isoniazid tampaknya membantu dalam mengobati depresi pada beberapa orang.

Jika pengobatan depresi sebelumnya hanya terfokus pada psikoterapi, terapi obat kini mulai dikembangkan dan ditambahkan ke dalamnya. Selain itu, aliran pemikiran baru, seperti teori perilaku kognitif dan sistem keluarga muncul sebagai alternatif teori psikodinamik dalam pengobatan depresi.

Salah satu obat pertama yang muncul untuk pengobatan depresi dikenal sebagai Tofranil (imipramine), yang kemudian diikuti oleh sejumlah obat lain yang dikategorikan sebagai antidepresan trisiklik (TCA).

Baca Juga: Ilfeel? Ini 8 Ciri-Ciri Orang Ilang Feeling Pada Kita

Obat-obatan tersebut memberikan kelegaan bagi banyak penderita depresi, namun seringkali disertai dengan efek samping serius yang mencakup penambahan berat badan, kelelahan, dan potensi overdosis.

Antidepresan lain kemudian muncul, termasuk Prozac (fluoxetine) pada tahun 1987, Zoloft (sertraline) pada tahun 1991, dan Paxil (paroxetine) pada tahun 1992.

Obat-obatan ini, yang dikenal sebagai inhibitor reuptake serotonin selektif (SSRI), menargetkan kadar serotonin di otak dan biasanya memiliki efek samping yang lebih sedikit dibandingkan pendahulunya. Obat antidepresan baru yang muncul dalam beberapa dekade terakhir termasuk antidepresan atipikal seperti Wellbutrin (bupropion), Brintellix (vortioxetine), dan inhibitor reuptake serotonin-norepinefrin (SNRI) .

Pemahaman Kita tentang Depresi Saat Ini

Istilah gangguan depresi mayor (MDD) pertama kali diperkenalkan oleh dokter di Amerika Serikat pada tahun 1970an. Kondisi ini secara resmi menjadi bagian dari DSM-III pada tahun 1980. Edisi manual diagnostik saat ini adalah merupakan salah satu alat utama yang digunakan dalam diagnosis gangguan depresi.

Meskipun kondisi ini lebih dipahami saat ini dibandingkan di masa lalu, para peneliti masih berupaya mempelajari lebih lanjut tentang penyebab depresi. Saat ini, para dokter percaya bahwa depresi muncul karena kombinasi berbagai penyebab termasuk faktor biologis, psikologis, dan sosial.

Pandangan modern tentang depresi menggabungkan pemahaman tentang banyak gejala kondisi ini serta efek siklus yang sering ditimbulkan oleh gejala tersebut. Misalnya, depresi dapat menyebabkan gangguan pada tidur, nafsu makan, dan tingkat aktivitas dapat memperburuk gejala depresi.

Selain mempertimbangkan faktor psikologis yang berkontribusi terhadap depresi, dokter juga menyadari bahwa kondisi medis tertentu seperti hipotiroidisme dapat menyebabkan gejala depresi. Diagnosis depresi mencakup menyingkirkan kondisi medis lain dan kemungkinan penyebab lain seperti penggunaan alkohol atau narkoba.

Sumber : very well health

Follow Berita Sukabumi Update di Google News
Editor :
Berita Terkait
Berita Terkini
Sukabumi07 Mei 2024, 21:52 WIB

Dinas PU Tangani Ruas Jalan Longsor di Kalibunder Sukabumi

Pasang bronjong hingga perbaikan plat beton, UPTD PU Wilayah Jampangkulon tangani ruas jalan longsor di Kalibunder Sukabumi. Begini progresnya.
Kepala UPTD PU Wilayah Jampangkulon, Rudi AB saat monitoring penanganan ruas jalan longsor di Kalibunder Sukabumi. (Sumber : Istimewa)
Sukabumi07 Mei 2024, 21:10 WIB

Tingkatkan Minat Baca Pelajar, Diarpus Sukabumi Optimalkan Peran Pusling UPP Surade

Lewat Perpustakaan Keliling atau Pusling, Diarpus Kabupaten Sukabumi melalui UPP Surade gencar melakukan upaya peningkatan minat baca pelajar di Pajampangan.
Para murid SDN 1 Cibodas Cibitung Sukabumi sambut antusias Perpustakaan Keliling (Pusling) UPP Surade. (Sumber : Istimewa)
Life07 Mei 2024, 21:00 WIB

7 Kebiasaan Sepele yang Membuat Penderita Asam Urat Sulit Tidur di Malam Hari

Awas! Inilah Kebiasaan Sepele yang Membuat Penderita Asam Urat Sulit Tidur di Malam Hari.
Ilustrasi. Kurang Tidur, Pola Hidup yang Bisa Membahayakan Penderita Asam Urat (Sumber : Pexels.com/CottonbroStudio)
Keuangan07 Mei 2024, 20:45 WIB

Antusiasme Tinggi, Pendaftaran Tahara di BPR Kalapanunggal Sukabumi Diperpanjang

Pendaftaran rekening Tahara di Perumda BPR Sukabumi cabang Kalapanunggal telah diperpanjang hingga tanggal 15 Mei 2024.
Kepala Seksi Umum Administrasi dan Keuangan BPR Sukabumi cabang Kalapanunggal, Susan Irawati, menunjukan brosur Tahara. (Sumber : SU/Ibnu)
Bola07 Mei 2024, 20:30 WIB

Misi Raih Tiket Olimpiade Paris 2024: Shin Tae-yong Berharap Kebugaran Pemain Terjaga

Pelatih Timnas Indonesia Shin Tae-yong ingin kebugaran pemain terjaga jelang lawan Guinea.
Pelatih Timnas Indonesia Shin Tae-yong ingin kebugaran pemain terjaga jelang lawan Guinea. (Sumber : pssi.org).
Sukabumi07 Mei 2024, 20:24 WIB

Perumdam TJM Perbaiki Pipa Bocor akibat Terlilit Akar Pohon di Parungkuda Sukabumi

Perumdam TJM Sukabumi Cabang Parakansalak melakukan perbaikan pada pipa distribusi utama berukuran 4 inci yang bocor akibat terlilit akar pohon.
Perbaikan pipa milik Perumdam TJM yang bocor akibat terlilit akar pohon mahoni di Parungkuda Sukabumi, Selasa (7/5/2024). (Sumber : Istimewa)
Sukabumi07 Mei 2024, 20:07 WIB

Tak Diberi Minuman Gratis, 2 Pemuda Mabuk Aniaya Penjual Jamu di Sukaraja Sukabumi

Berikut kronologi dan motif dua pemuda mabuk aniaya pria tua penjual jamu di Sukaraja Sukabumi. Kedua pelaku kini sudah diringkus polisi.
Tempat kejadian perkara dua pemuda mabuk aniaya pria tua penjual jamu yang berada di Sukaraja Sukabumi (Sumber : Istimewa)
Life07 Mei 2024, 20:00 WIB

7 Cara Menagih Hutang dengan Baik Agar Tidak Memutus Silaturahmi, Ampuh!

Begini Cara Menagih Hutang dengan Baik Agar Tidak Memutus Silaturahmi. Yuk Praktekkan!
Ilustrasi - Cara Menagih Hutang dengan Baik Agar Tidak Memutus Silaturahmi. (Sumber : Pexels/fauxels)
Sehat07 Mei 2024, 19:45 WIB

Teh Hijau: Manfaatnya untuk Meningkatkan Umur Panjang, Kolesterol dan Mengelola Gula Darah

Antioksidan dalam teh hijau mungkin memberikan manfaat, seperti melindungi kesehatan tulang, otak, dan jantung Anda.
Ilustrasi - Antioksidan dalam teh hijau mungkin memberikan manfaat, seperti melindungi kesehatan tulang, otak, dan jantung Anda. (Sumber : Freepik.com).
Life07 Mei 2024, 19:30 WIB

Bisa Bunda Terapkan,Inilah 5 Alasan Orang Tua Membesarkan Anak Tanpa Hukuman

alasan orang tua membesarkan anak tanpa hukuman, orang tua membesarkan anak tanpa hukuman, membesarkan anak tanpa hukuman.
Ilustrasi membesarkan anak tanpa hukuman (Sumber : pexels.com/@Harrison Haines)