3 Dongeng Kancil dan Buaya untuk Pengantar Tidur

6 Juni 2023 13:30 WIB
ilustrasi, Dongeng Kancil dan Buaya
ilustrasi, Dongeng Kancil dan Buaya ( YouTube Riri Cerita Anak Interaktif)

Sonora.ID - Ada banyak dongeng yang bisa dibacakan sebelum tidur. Salah satu yang familiar adalah dongeng kancil dan buaya.

Dongeng adalah cerita sederhana yang tidak benar-benar terjadi.

Dongeng berfungsi untuk menyampaikan ajaran moral (mendidik) dan juga menghibur.

Melalui dongeng, nilai, kepercayaan, dan adat masyarakat juga dapat tercermin.

Dongeng termasuk cerita tradisional yang disampaikan secara turun-temurun.

Salah satu jenis dongeng yang familiar di Indonesia adalah dongeng binatang atau fabel tentang Kancil dan Buaya.

Simak kisahnya berikut ini.

Baca Juga: 15 Dongeng Pendek untuk Anak SD, Cocok Dibaca Sebagai Pengantar Tidur

  • Dongeng Kancil dan Buaya di Sungai

Dikisahkan pada suatu siang yang terik, seekor kancil berjalan lunglai menahan haus dan lapar. Musim kemarau sudah tiba. daratan tempat tinggal Kancil sudah kering dan tak ada makanan.

"Aduh aku lelah dan lapar sekali. Musim kemarau sudah tiba," keluh Kancil.

Kancil pun berjalan menuju sungai nun segar. Ia hanya bisa minum tanpa bisa makan.

Tiba-tiba di seberang sungai, Kancil melihat kebun timun tumbuh subur dan lebat. Mentimun adalah makanan kesukaan Kancil. Ia berniat menyeberangi sungai yang dalam tersebut.

Namun sungai tersebut penuh dengan buaya buas.

"Sungai ini penuh dengan buaya yang rakus. Jika aku menyeberang, pasti aku akan dimakan," kata Kancil.

Dari jauh, tampak tiga ekor buaya berenang mendekati Kancil.

"Kancil, kebetulan sekali kau datang ke sungai ini. Mendekat dan minumlah air sungai kami yang segar. Kau haus bukan? " bujuk seekor buaya paling besar.

Kancil yang cerdik pun tidak mudah kena bujuk rayu buaya.

Ia pun berfikir keras bagaimana caranya ia bisa menyeberang.

Tak perlu waktu lama, Kancil si Cerdik pun menemukan ide cemerlang.

" Wahai buaya.... Sebenarnya aku ke sini diperintahkan oleh raja hutan untuk membagikan daging segar untuk kalian semua," tutur Kancil.

"Benarkah Kancil?" tanya Buaya.

Kancilpun mendekat ke sungai sambil meminum air segar.

"Tetapi aku harus tahu jumlah kalian semua agar adil," kata Kancil.

"Lalu apa yang harus kami lakukan?" tanya Buaya.

"Panggil teman-temanmu kemari, aku akan menghitung jumlahnya," kata Kancil.

Lalu salah satu buaya pun pergi untuk memanggil teman-temannya.

Belasan buaya sudah berkumpul di hadapan kancil.

Kancil sebenernya menyimpan rasa takutnya melihat banyak buaya beringas ada di hadapannya.

"Kalau kalian bergerombol begitu, mana bisa aku menghitungnya. Sekarang berbarislah yang rapi," pinta Kancil.

Para buaya pun berbaris di sepanjang sungai agar bisa dihitung jumlahnya.

Kancil pun lantas menginjak barisan buaya itu. Kancil melompat dari punggung buaya satu ke buaya lainnya sambil menghitungnya.

"satu, dua, tiga,......... dua belas, tiga belas, empat belas," hitung Kancil.

Setelah sampai pada buaya yang ada di barisan terakhir maka ia pun melompat dan sampai di seberang sungai.

Sesampainya di seberwng sungai, Kancil pun mengucapkan terimakasih.

" Terimakasih telah membantuku menyeberang,"kata Kancil segera berlari kencang.

Para buaya pun saling berpandangan.

" Jadi kita hanya dijadikan jembatan? Kau telah menipu kami. Awas kau kanciiiil," teriak buaya paling besar.

  • Dongeng Kancil dan Buaya (Versi I)

Pada suatu hari, si Kancil, binatang yang katanya cerdik itu, tengah berjalan-jalan di pinggir hutan. Berhubung di dalam hutan itu terlalu gelap karena pohon-pohonnya juga sangat lebat, maka dirinya hanya ingin mencari udara segar sambil melihat matahari yang cerah bersinar. Si Kancil ingin berjemur sebentar di bawah terik matahari. Tepatnya setelah sampai di pinggir sungai besar, dirinya merasa perutnya lapar sekali.

“Krucuk…krucuk…” begitu kira-kira bunyi perut si Kancil yang tengah merasa lapar. Lantas, si Kancil membayangkan betapa enaknya kalau dirinya makan makanan kesukaannya yaitu timun. Namun sayangnya, kebun timun yang berbuah ranum itu ada di seberang sungai besar itu. Si Kancil diam dan berpikir akan bagaimana cara menyeberangi sungai besar ini ya…

Si Kancil terus berpikir mencari akal mengenai bagaimana cara dirinya dapat menyeberangi sungai besar ini tanpa harus menyentuh airnya yang dingin dan deras itu. Tiba-tiba, si Kancil memandang beberapa buaya yang asyik berjemur di tebing sungai. Memang sudah kebiasaan mereka untuk berjemur terutama ketika matahari tengah terik seperti ini. Tanpa menunggu waktu yang lama lagi, Si Kancil langsung menghampiri salah satu buaya yang tengah berjemur itu.

“Hai buaya, apa kabarmu hari ini?”

Buaya yang kala itu masih asyik menikmati cahaya matahari lantas membuka matanya dan mendapati ada Si Kancil yang tengah menyapa. “Kabar baik. Ada apa kamu kemari?”, tanya Buaya kepada Si Kancil.

“Aku kemari untuk membawakan kabar gembira untukmu dan para kawananmu”, jawab Si Kancil dengan wajah bahagia. Mendengar perkataan tersebut, tentu saja Buaya tidak sabar mendengar kabar gembira yang dimaksudkan oleh Si Kancil. “Segera ceritakan apa kabar gembira tersebut!”

Si Kancil kemudian berkata, “Aku kemari karena diperintahkan oleh Raja Hutan kita supaya menghitung jumlah buaya yang ada di sungai ini, sebab Sang Raja Hutan hendak memberikan hadiah kepada kamu dan para kawananmu semua…”

Mendengar nama Raja Hutan tentu saja langsung membuat Buaya percaya dengan pembicaraan tersebut. “Baiklah, Kancil. Kamu tunggu di sini dahulu, aku akan turun ke dasar sungai untuk memanggil semua kawananku”, kata Buaya langsung merangkak secara cepat menuju dasar sungai. Sementara menunggu Buaya dan kawanan lainnya datang, Si Kancil tengah berangan-angan untuk segera menikmati timun favoritnya.

Tak lama kemudian, semua buaya yang awalnya berada di dasar sungai telah berkumpul di tebing sungai. Si Kancil lantas memulai pembicaraan kembali, “Hai buaya sekalian. Aku kemari karena telah diperintahkan oleh Sang Raja Hutan untuk menghitung kalian semua. Sebab, Sang Raja Hutan hendak memberikan kalian semua hadiah istimewa pada hari ini. Maka dari itu, berbarislah kalian semua dari tebing sebelah sini sampai ke tebing sebelah sana ya…”

Mendengar perintah yang berhubungan dengan Sang Raja Hutan, tentu saja langsung membuat para buaya melaksanakannya tanpa membantah. Mereka langsung berbaris dengan rapi sesuai dengan perintah Si Kancil. “Nah Kancil, sekarang hitung kami semua”, kata salah satu buaya yang paling besar.

Si Kancil kemudian mengambil sepotong kayu yang berada di sekitarnya lalu melompat ke atas tubuh buaya pertama di tepi sungai. Dirinya mulai menghitung dengan menyebut, “Satu dua tiga lekuk, jantan betina aku ketuk”, sambil mengetuk kepala buaya hingga dirinya berhasil menyeberangi sungai besar tersebut. Setelah sampai di tebing seberang sungai, si Kancil langsung melompat gembira dan berkata, “Hai para buaya, apakah kamu tahu bahwa aku sebenarnya tidak membawa berita baik dari Sang Raja Hutan? Sebenarnya aku telah menipu kalian semua supaya dapat menyeberangi sungai besar ini. Ha…ha…ha…”

Melihat si Kancil yang tertawa-tawa sambil berkata demikian, para buaya merasa marah sekaligus malu karena telah diperdaya oleh Si Kancil. “Dasar kamu Kancil nakal nan licik. Awas kamu ya… Kalau bertemu lagi, akan kumakan kamu!” kata salah satu buaya.

Si Kancil sama sekali tidak takut dengan ancaman tersebut dan langsung berlari kegirangan meninggalkan para buaya untuk segera menuju kebun timun yang ranum. Dirinya segera menghilangkan rasa lapar di dalam kebun timun tersebut.

Baca Juga: Berikut Ini 5 Contoh Cerita Pendek Anak TK yang Bisa Jadi Referensimu!

  • Dongeng Kancil dan Buaya (Versi II)

Suatu hari hewan bernama Kancil merasa perutnya sangat lapar. Ia sudah mencari makanan di sekitar tempatnya berteduh namun ia tak kunjung menemukan makanan.

Ia terus menerus mencari makanan tapi tak kunjung menemukannya. Hingga ia melihat sebuah sungai yang di seberangnya terdapat ladang mentimun luas. Ia pun terpikir untuk ke seberang sungai tersebut.

Hanya saja yang menjadi kendala adalah kancil tidak bisa berenang sehingga tidak dapat dengan mudah ke seberang sungai yang ingin ia tuju.

Kancil terdiam cukup lama sambil sesekali menyeruput air sungai untuk membuat tenggorokannya tidak haus lagi. Hingga kemudian terpikir di otaknya suatu ide yang akan ia lakukan.

Kancil mendekati buaya dan berjalan berlenggak – lenggok di dekat buaya. Buaya yang merasa tubuhnya si kancil sangat menggoda pun berniat menyantapnya. Ketika sudah dekat dengan si kancil, kancil bertanya pada buaya tersebut, “Kau ingin menyantapku buaya?”

Tentu saja buaya mengiyakan.

“Eits, tunggu dulu! Coba lihat tubuhku. Aku masih kurus kering karena belum makan dari pagi. Tubuhku ini hanya mengandung tulang belulang saja sehingga kau tak akan merasa kenyang jika menyantapku. Bagaimana jika aku makan dulu agar kau bisa lebih kenyang menyantap tubuhku yang nantinya tidak akan sekurus ini?” Kancil yang cerdik mencoba membuat suatu penawaran.

Buaya pun termakan rayuan si kancil. Ia pun menjawab, “Ya sudah, aku akan menunggu kamu selesai makan dan baru memakanmu nanti.”

“Aku ingin makan sih, tapi di sini tidak ada makanan yang bisa ku makan. Coba lihat! Di seberang sana ada kebun mentimun luas yang banyak sekali makanannya. Aku ingin makan di sana sebelum kau menyantapku. Kalau aku sudah puas makan mentimun, tubuhku akan gemuk dan penuh kandungan air sehingga kamu akan merasa lebih kenyang menghabiskan tubuhku. Bisakah kau mengantarku kesana Buaya?”

Buaya pun menyanggupi hal tersebut. Hanya saja karena tidak mungkin seekor buaya tersebut mengantar kancil sampai ke tepian sungai, Kancil mengajukan ide lagi agar buaya tersebut memanggil kawanannya dan Kancil akan menyeberang di punggung kawanan buaya tersebut.

Buaya pun menyanggupi hal tersebut namun dengan masih berusaha mengingatkan kancil tentang janjinya.

“Baiklah, aku dan kawananku akan menyanggupi permintaanmu. Namun ingat, jangan pernah kau mengingkari janjimu!” Kancil pun mengangguk tanda setuju.

Setelah kawanan buaya tersebut berjajar, Kancil berlari di atas satu per satu punggung buaya sembari menghitung berapa banyak kawanan buaya tersebut.


“Aku sambil menghitung ya Buaya, agar nanti aku bisa memberi tahumu bagaimana membagi tubuhku yang gendut setelah makan nanti sama rata untuk kalian semua. Satu, dua….” Teriak kancil sambil menyeberang di atas punggung buaya.

Akhirnya Kancil pun tiba di seberang sungai dan mengucapkan terima kasih kepada buaya. Kancil pun segera berlari ke arah kebun mentimun dan menyantap satu per satu buah yang ada di sana. Sementara buaya masih menunggu si Kancil di pinggiran sungai sambil melihat gerak – geriknya.

Cukup lama si Kancil menyantap timun tersebut namun ia tak kunjung kembali. Sementara buaya sudah mulai gusar menanti Kancil yang terkesan berusaha menghindar.

Karena sudah mulai tak sabar, buaya berteriak kepada Kancil, “Cepat kau ke sini! Aku sudah lapar ingin menyantapmu?”

Kancil pun pergi ke tepian sungai menghampiri buaya namun ia cukup berusaha menjaga jaraknya. Kancil pun berkata, “Buaya, setelah aku pikir – pikir sepertinya tubuhku ini tidak cukup deh untuk disantap kalian semua yang berjumlah banyak itu.


Jadi sepertinya aku harus menginap di sini dulu untuk satu malam dan besok pagi kamu baru bisa menyantapku. Jadi, sampai jumpa besok ya!”

Buaya merasa tertipu. Namun ia dan kawanannya masih berusaha berpikir positif. Esok paginya, buaya kembali ke pinggir sungai namun Kancil tetap tidak ada.

“Bajingan dia! Dia menipuku setelah aku membantunya menyeberang sungai” ucap buaya tersebut menyadari bahwa dirinya sudah tertipu.

Demikian beberapa contoh dongeng kancil dan buaya yang bisa dibacakan sebelum tidur. Semoga bermanfaat.

Baca berita update lainnya dari Sonora.id di Google News

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
92.0 fm
98.0 fm
90.4 fm
102.6 fm
93.3 fm
97.4 fm
98.9 fm
101.1 fm
96.0 fm
96.7 fm
99.8 fm
98.9 fm
98.8 fm
90.8 fm
97.5 fm
91.3 fm
94.4 fm
91.8 fm
102.1 fm
98.8 fm
95.9 fm
88.9 fm
101.8 fm
97.8 fm
101.1 fm
101.8 fm
101.1 Mhz Fm
101.2 fm
101.8 fm
102.1 fm