SlideShare a Scribd company logo
1 of 38
KONTAMINASI MIKROBA
PADA SAYURAN
IPN 2 631 MIKROBIOLOGI KEAMANAN PANGAN

Rolina Zahhara Tambunan

MAGISTER ILMU PANGAN
FAKULTAS PERTANIAN USU

T.A. 2012/2013
PENDAHULUAN
Mutu sayuran yang tidak konsisten dengan tingkat
kontaminan yang cukup tinggi dapat merugikan
perdagangan komoditas tersebut di pasar regional
maupun internasional.
 Salah satu masalah yang dihadapi oleh sebagian
pengekspor dan produsen makanan adalah terjadinya
kasus automatic detention terhadap produk pangan asal
Indonesia.
 Kasus penahanan terjadi setiap tahun sehingga dapat
menurunkan devisa.
 Kasus penolakan produk makanan asal Indonesia oleh
FAO karena mengandung berbagai bahan berbahaya
yang dilarang dipergunakan. Penolakan ini menunjukkan
bahwa penanganan keamanan pangan di Indonesia
masih belum optimal.

PENDAHULUAN
Keracunan makanan dan penyakit karena mengonsumsi
buah-buahan atau sayuran segar maupun olahan
mengindikasikan adanya kontaminan (pestisida, mikroba,
logam berat) dalam bahan pangan tersebut.
 World
Health Organization (WHO) mendefinisikan
penyakit asal pangan (foodborne disease) sebagai
penyakit yang umumnya bersifat infeksi atau racun yang
disebabkan oleh senyawa yang masuk ke dalam tubuh
melalui makanan yang dikonsumsi.
 Menurut data FDA Amerika Serikat, penyakit asal pangan
yang disebabkan oleh kontaminasi mikroba menempati
urutan pertama di atas racun alami, residu pestisida, dan
bahan tambahan pangan.

KETERSEDIAAN DATA KASUS
KERACUNAN MAKANAN TERCEMAR






Data mengenai profil penyakit melalui makanan atau
pencemaran mikroba patogen pada makanan di
Indonesia masih sangat kurang. Diduga kasus yang
dilaporkan dengan kasus sebenarnya masih sangat
rendah.
WHO memperkirakan di negara-negara yang sedang
berkembang perbandingan antara data kasus
keracunan makanan yang dilaporkan dengan kasus
sebenarnya hanya mencapai 1:25 sampai 1: 100
(hanya 4%) bahkan di negara maju masih
menunjukkan perbandingan 1:10 (10%)
USDA memperkirakan terjadinya 4000 kematian dari
5 juta kematian setiap tahunnya sebagai akibat
mengkonsumsi produk-produk pangan yang tercemar
empat jenis bakteri patogen yaitu Compylobacter,
Salmonella, Escherichia coli O157:H7, dan Listeria
monocytogenes.
KETERSEDIAAN DATA KASUS KERACUNAN
MAKANAN TERCEMAR
 Sampai

saat ini di Indonesia belum diketahui
secara jelas jenis mikroba yang paling banyak
menimbulkan kasus penyakit melalui makanan.
 Kondisi di atas menjadikan riset di bidang
mikrobiologi masih perlu dikembangkan di
Indonesia, baik riset dasar di bidang mikrobiologi
pangan, maupun riset terapan yang hasilnya
dapat dimanfaatkan oleh masyarakat untuk
meningkatkan keamanan pangan, atau dapat
menunjang
kebijakan
pemerintah
dalam
program keamanan pangan.
STANDAR MUTU MIKROBIOLOGI
SAYURAN SEGAR
Sayuran segar yang dikonsumsi dalam keadaan
mentah harus diperhatikan standar mutu mikrobiologi
dan organoleptiknya. Apabila sayuran segar tercemar
oleh mikroba dalam jumlah yang cukup tinggi maka
sayuran tersebut tidak aman untuk dikonsumsi.
 Standar mutu mikrobiologi meliputi total mikroba (TPC)
dan mikroba patogen yaitu E. Coli dan Listeria
monocytogenes. Syarat mutu cemaran mikroba yang
terdapat dalam SNI untuk produk hortikultura
mencakup total mikroba, bakteri koliform, E. Coli,
Salmonella, S. aureus, Vibrio sp., C. perfringens,
kapang dan kamir yang terkandung di dalamnya

STANDAR MUTU MIKROBIOLOGI
SAYURAN SEGAR
International
Commision
on
Microbiological
Specification
for
Foods
(ICMSF)
(1996)
merekomendasikan, sayuran yang akan dikonsumsi
mentah mengandung E. coli kurang dari 103 CFU/g,
Salmonella harus tidak ada dalam 25 g sampel, dan
tiga dari lima sampel yang dianalisis boleh
mengandung total mikroba 105-106 CFU/g.
 Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan
(1989) mensyaratkan sayuran yang dikonsumsi
dikonsumsi maksimum mengandung E. coli 102 CFU/g
dan tidak mengandung Salmonella.

STANDAR MUTU MIKROBIOLOGI
SAYURAN SEGAR
Di Amerika Serikat direkomendasikan bahwa
Listeria monocytogenes harus tidak ada dalam 50 g
sampel makanan siap santap (Jay, 2000).
 Komunitas Eropa (EC), merekomendasikan bahwa
Listeria monocytogenes harus tidak terkandung
dalam 1 g sampel. Sedangkan Perancis dan
pedoman
sementara
negara
Inggris
merekomendasikan bahwa Listeria monocytogenes
harus tidak ada dalam 25 gram sampel.

FAKTOR KEBIASAAN MAKAN
MEMPENGARUHI MUTU MIKROBIOLOGI
SAYURAN
Ada satu kepercayaan turun temurun bahwa
makanan yang mentah mempunyai khasiat lebih
tinggi terhadap kesehatan daripada makanan yang
sudah dimasak.
 Karena bernilai gizi tinggi bahan pangan tersebut
juga merupakan media yang baik untuk
pertumbuhan mikroba sehingga risiko untuk
menimbulkan penyakit atau keracunan akan tinggi.
 Sayuran yang sering dikonsumsi dalam keadaan
segar atau mentah sebagai lalapan atau salad
rentan tercemar bakteri kolera dan disentri serta
virus.

KERUSAKAN SAYURAN AKIBAT ADANYA
MIKROORGANISME
 Kerusakan

sayuran mentah dapat disebabkan oleh
faktor fisik, reaksi antar enzim dan adanya mikroba
perusak.
 Beberapa mikroorganisme perusak pada sayuran
antara
lain
Botrytis
cinerea,
Sclerotinia
spesies, Sclerotium rolfsii dan Rhizopus stolonifer.
Mycocentrospora aceriena dan Phythophthora
megasperma merupakan penyebab kerusakan
utama pada wortel di Perancis. Sedangkan Botrytis
cinerea dan Rhizoctonia carotae menyebabkan
kerusakan wortel di Inggris. Alternaria tenuis
merupakan penyebab kerusakan pada kol yang baru
dipanen.
KONTAMINAN MIKROBA
PADA SAYURAN
KONTAMINAN MIKROBA
PADA SAYURAN








Kontaminan yang menimbulkan penyakit berasal
dari berbagai sumber yaitu organisme patogen
termasuk bakteri, kapang, parasit dan virus.
Mikroba patogen merupakan penyebab penyakit
yang relatif berubah dari waktu ke waktu dan
sering
kali
menimbulkan
kasus
yang
mengejutkan.
Perubahan gaya hidup konsumen menuntut
tersedianya produk pangan yang lebih cepat dan
mudah dipersiapkan, lebih segar atau produk
yang menerima proses minimal, serta memenuhi
persyaratan kesehatan dan gizi.
Perubahan ini membuat kemampuan mikroba
untuk berkembang biak dengan cepat dan
beradaptasi dengan lingkungan menimbulkan
masalah baru dalam sistem pangan.
KONTAMINAN MIKROBA
PADA SAYURAN
Bakteri patogen psikotrof muncul karena
adanya perubahan ekologi. Mikroba ini
mampu tumbuh pada suhu rendah di
berbagai negara subtropis, yang mungkin
bisa masuk ke Indonesia melalui makanan
impor
 Contoh lain adalah meningkatnya gejala
gastroenteritis oleh Compylobacter di
beberapa negara, bahkan di Amerika
Serikat saat ini bakteri tersebut paling
banyak ditemukan pada penderita diare,
mengalahkan Salmonella yang sejak
dahulu merupakan penyebab utama gejala
gastroenteritis (Anonim, 1996; ICMSF,
1996a)

KONTAMINAN MIKROBA
PADA SAYURAN








Beberapa jenis sayuran yang biasa dikonsumsi
segar berpotensi merugikan kesehatan karena
rentan terkontaminasi mikroba.
Beberapa penelitian menunjukkan adanya
kontaminasi mikroba pada sayuran segar yang
diambil di tingkat petani maupun pedagang
(Isyanti 2001).
Hasil penelitian Susilawati (2002) menunjukkan
adanya kandungan Salmonella pada sayuran
segar di tingkat petani dan pedagang di Bogor.
Di Amerika Serikat, patogen yang menjadi
perhatian utama pada buah dan sayuran adalah
Salmonella, Shigella, Entamoeba histolytica, dan
Ascaris spp.
KONTAMINAN MIKROBA
PADA SAYURAN
Kontaminasi mikroba pada sayuran
bisa berasal dari penyemprotan atau
pengairan
dengan
air
yang
terkontaminasi
Salmonella
dan
pemupukan dengan kotoran hewan,
sehingga pada sayuran seperti selada
ditemukan Salmonella (Lund et al.
2000).
 Menurut Sapers (2001), kontaminasi
mikroba
patogen
pada
produk
pertanian terjadi pada beberapa titik,
mulai dari tahap produksi, panen,
pengepakan, pengolahan, distribusi
hingga pemasaran.

KONTAMINAN MIKROBA
PADA SAYURAN


Marriot
(1999)
melaporkan
bahwa
Salmonella
dapat
tumbuh
dan
memproduksi endotoksin yang dapat
menyebabkan penyakit. Infeksi yang
disebabkan
Salmonella
disebut
Salmonellosis. Jumlah bakteri 105 – 1010
dapat
menyebabkan
infeksi.
Salmonellosis ditandai dengan sakit
perut, mual dan diare, kadang disertai
dengan demam ringan dan sakit kepala.
Salmonellosis timbul setelah 8-72 jam
mengkonsumsi makanan terkontaminasi
KONTAMINAN MIKROBA
PADA SAYURAN






Beberapa
strain
Escherichia
coli
dapatmenimbulkan penyakit pada manusia
dan
hewan
dengan
memproduksi
enterotoksin
dan
menimbulkan
gejala
menyerupai kolera, menyerang sel-sel
epitelium saluran usus dengan melakukan
adhesi dan kolonisasi pada saluran usus
halus serta mengeluarkan enterotoksin.
Bakteri E. coli patogen dapat menimbulkan
sindrom klinis, yaitu gastroenteritis akut pada
anak-anak dan infeksi pada saluran
pencernaan.
Kontaminasi bakteri ini biasanya berasal dari
air yang digunakan untuk mencuci bahan
makanan yang akan dikonsumsi maupun
peralatan yang digunakan dalam proses
pengolahan.
KONTAMINAN MIKROBA
PADA SAYURAN
Mikroba patogen lain yang populer
adalah Listeria. Listeria terdapat di
tanah, feses binatang, dan air,
sedangkan dalam makanan terdapat
pada susu mentah, keju, daging segar
dan beku, unggas, produk perikanan,
buah dan sayuran.
 Menurut
penelitian, produk pangan
segar dari hewan maupun tanaman,
mungkin
mengandung
L.
monocytogenes.
Bakteri
ini
juga
ditemukan pada tomat, selada, seledri,
kentang, lobak, tauge, dan mentimun
(Beuchat, 1996).

KONTAMINAN MIKROBA
PADA SAYURAN
Dari 6 (enam) spesies Listeria, terdapat
3 (tiga) spesies yang menyebabkan
penyakit pada manusia, yaitu L.
monocytogenes, L. ivanovii, dan L.
seeligeri.
 Pada manusia gejala infeksi yang umum
adalah meningitis pada bayi, dan gejalagejala
lain
meliputi
septikemia, keguguran, endokarditis, kon
junktivitas, gejala seperti demam, dan
faringitis. L. monocytogenes diduga
dapat
menyebabkan
gangguan
mental, paralisis, psikosis, dan infeksi
mononukleus.

PROSEDUR ANALISA MUTU
MIKROBIOLOGI
SAYURAN SEGAR
PROSEDUR ANALISA MUTU MIKROBIOLOGI
SAYURAN SEGAR

Uji Total Plate Count (AOAC, 1992)
Satu ml sampel dipipet dari pengenceran yang
dikenhendaki ke dalam cawan petri. Sebanyak 12-15
ml media PCA (45±1oC) dituang ke dalam cawan
petri, dan segera setelah penuangan cawan petri
digerakkan di atas meja secara hati-hati untuk
menyebarkan sel-sel mikroba secara merata, yaitu
dengan gerakan melingkar atau gerakan seperti
angka delapan. Setelah media agar membeku, cawan
diinkubasi dengan posisi terbalik pada suhu 35oC
selama 48±2 jam dan jumlah koloni yang terbentuk
pada cawan dihitung.
1.
PROSEDUR ANALISA MUTU MIKROBIOLOGI
SAYURAN SEGAR
2. Uji E. Coli (AOAC, 1992)
Untuk uji kuantitatif E. Coli, media yang dipakai adalah
EMBA. Satu ml sampel dipipet dari pengenceran yang
dikehendaki dan dimasukkan ke dalam cawan petri steril.
Sebanyak 12-15 ml media EMBA dituangkan ke dalam
cawan petri, dan segera setelah penuangan cawan petri
digerakkan di atas meja secara hati-hati untuk
menyebarkan sel-sel mikroba secara merata, yaitu dengan
gerakan melingkar atau gerakan seperti angka delapan.
Setelah agar membeku, diinkubasi pada suhu 35-37 oC
selama 24 jam. Kemudian dihitung koloni yang berwarna
gelap dengan sinar hijau metalik.
PROSEDUR ANALISA MUTU MIKROBIOLOGI
SAYURAN SEGAR
3. Uji Salmonella (AOAC, 1992)
Sebanyak 25 gram sampel ditimbang dan dimasukkan
ke dalam stomacher. Ke dalam stomacher ditambahkan 225
mL Lactose Broth steril dan dihancurkan selama 2 menit.
Sampel yang telah dihancurkan dengan stomacher
dipindahkan ke dalam erlenmeyer dan dibiarkan 60±5 menit
pada suhu ruang dalam keadaan tertutup kemudian
diinkubasi selama 24±2 jam pada 35 oC.
Contoh diambil dan dipipet sebanyak 1 mL dan
dituangkan ke dalam 10 mL medium enrichment SC Broth
dan dikocok. Tabung kemudian diinkubasi pada 35oC selama
24±2 jam. Adanya pertumbuhan bakteri ditandai dengan
kekeruhan warna media.
PROSEDUR ANALISA MUTU MIKROBIOLOGI
SAYURAN SEGAR

Tabung SC Broth yang positif dikocok
kemudian diambil satu ose dan digoreskan
dengan cara gores kuadran pada media Bismuth
Sulfite (BS) Agar, Xylose Lysine Desoxycholate
(XLD) Agar, dan Hektoen Entric (HE) Agar.
Inkubasi dilakukan selama 24±2 jam pada suhu
35 oC. Koloni tipikal pada media memiliki ciri-ciri
seperti tertera pada Tabel di bawah.
Tabel. Koloni tipikal Salmonella pada beberapa media
PROSEDUR ANALISA MUTU MIKROBIOLOGI
SAYURAN SEGAR
4. Uji Listeria Sp (AOAC, 1992)
Sebanyak 25 gram dimasukkan ke dalam 225 ml
medium enrichment Half Fraser Broth (mengndung
amonium iron (III), Nalidixic acid dan Acriflavin
hydrochloride) kemudian dihancurkan dengan stomacher.
Contoh yang telah dihancurkan dipindahkan ke dalam
erlenmeyer steril dan diinkubasi 48 jam pada 30 oC.
Contoh yang telh diinkubasi (positif jika berwarna
hitam), diambil satu ose dan dilakukan goresan kuadran
pada PALCAM (mengandung selektif suplemen: Polymixin
B, Acriflavin hydrochloride dan Ceftazidime) dan diinkubasi
pada 35oC selama 24-48 jam. Hasil diamati setelah 24 dan
48 jam
PROSEDUR ANALISA MUTU MIKROBIOLOGI
SAYURAN SEGAR

koloni Listeria yang terdapat pada PALCAM
Agar berdiameter 1,5 – 2 mm, warna hijau pudar
keabu-abuan dengan black haloes. Kultur yang lebih
tua akan berwarna hijau dan cekung ditengahnya.
Ciri-ciri koloni pada PALCAM Agar dapat dilihat pada
Tabel berikut :
Tabel. Koloni tipikal Listeria pada beberapa media
DATA HASIL PENELITIAN KONTAMINAN
MIKROBA SAYURAN
Tabel. Jumlah Mikroba pada Beberapa Jenis Sayuran Segar
NO

Sayuran

Jumlah Mikroba (sel/g) di tingkat
Petani

Pasar

BMR1)

1.

Kubis

1,4 x 107 - 3,1 x 107

7 4,3 x 105 - 4,6 x 107 0 - 103

2.

Tomat

5,4 x 104 - 1,7 x 106

3,3 x 104 - 2,5 x 107

0 - 103

3.

Wortel

1,8 x 105 - 4,2 x 106

6,1 x 105 - 5,7 x 107

0 - 103

4.

Cabai Merah

5,7 x 105

5,4 x 105 - 2,2 x 107

0 - 103

5.

Bawang Merah

8,4 x 106 - 7,1 x 107

3,7 x 106 - 4,7 x 107

0 - 103

6.

Selada

3,6 x 104 - 2,8 x 106

2,1 x 106 - 2,1 x 107

0 - 103

Sumber: Munarso et al. (2004, 2005); 1)Direktorat Jenderal
Pengawasan Obat dan Makanan
BEBERAPA UPAYA PENGENDALIAN KONTAMINAN
MIKROBA PADA SAYURAN DALAM RANGKA MENJAMIN
KEAMANAN PANGAN

Upaya pengurangan residu kontaminan antara lain adalah:
(1) Pencucian menggunakan air mendidih, air mengalir, larutan
sabun, maupun ozon terlarut.
(2) Pembersihan, pengupasan, dan pemotongan bagian akar
maupun kulit terluar.
(3) Pencelupan dalam air panas atau pemblansiran.
(4) Penggunaan sanitizer.
 Beberapa jenis sanitizer yang sering digunakan adalah
klorin dan hidrogen peroksida.

BEBERAPA UPAYA PENGENDALIAN KONTAMINAN
MIKROBA PADA SAYURAN DALAM RANGKA MENJAMIN
KEAMANAN PANGAN

 Menurut

Marriot (1999), sanitizer adalah suatu
bahan yang dapat mengurangi kontaminan mikroba
yang sedang tumbuh hingga 99,9%. Efektivitas
sanitizer, terutama sanitizer kimia, dipengaruhi oleh
faktor fisik-kimia seperti waktu kontak, suhu,
konsentrasi, pH, kebersihan peralatan, kesadahan
air, dan serangan bakteri.
BEBERAPA UPAYA PENGENDALIAN KONTAMINAN
MIKROBA PADA SAYURAN DALAM RANGKA MENJAMIN
KEAMANAN PANGAN






Mengadakan dan mengembangkan riset-riset dalam
bidang mikrobiologi yaitu riset mengenai organisme
patogen dan keamanan produk pangan sayuran dan
produk olahannya.
Penelitian tentang aplikasi sanitizer pada sayuran telah
dilakukan di Indonesia, namun pada skala laboratorium
yaitu pada selada (Marlis 2004) dan tauge (Wulandari
2004)
Kombinasi larutan klorin dalam bentuk natrium hipoklorit
(NaOCl) dan asam asetat mampu mematikan mikroba
patogen karena suasana asam akan memacu
pembentukan asam hipoklorit dari natrium hipoklorit yang
merupakan agens bakterisidal yang lebih tinggi dibanding
ion-ion klorida (Cl2 dan OCl-).
PENUTUP




Jaminan keamanan pangan merupakan tanggung jawab
bersama, baik pemerintah, pihak produsen seperti petani dan
industri, maupun konsumen. Kondisi keamanan pangan kita
yang masih jauh tertinggal dibandingkan negar-negara maju, dan
minimnya data kasus keamanan pangan serta mikroba patogen
yang mengkontaminasi pangan maka diperlukan pengembangan
riset dasar maupun terapan secara bersama-sama untuk saling
menunjang.
Tingkat kandungan mikroba patogen pada sayuran sangat jauh
di atas batas minimum aman seperti yang direkomendasikan
oleh Dirjen Pengawasan Obat dan Makanan serta Kementrian
Pertanian. Hal ini haruslah menjadi perhatian konsumen untuk
melakukan pengolahan sayuran secara tepat dan bijak sehingga
timbulnya keracunan mikroba patogen yang dapat menyebabkan
berbagai penyakit pada manusia dapat dicegah.
PENUTUP
Perlunya menyusun dan melengkapi SNI untuk
komoditas sayuran dengan memperhatikan faktor
keamanan pangan dan tuntutan perdagangan bebas
sehingga komoditas sayuran Indonesia mampu
bersaing di pasar domestik maupun ekspor.
 Perlunya
sosialisasi
yang
intensif
mengenai
kontaminan yang berbahaya bagi kesehatan, ambang
batas yang direkomendasi, serta standar mutu
berbagai sayuran.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1995. Food Borne Pathogens. Monograph
No.1 Salmonella. Oxoid Manual.
 Anonim.
2001. Privatisasi Penyelenggaraan
Penyuluhan Pertanian di Kabupaten/Kota. Deptan
RI. Jakarta.
 AOAC International. 1992. FDA Bacteriological
Analytical Manual. 7th edition.
 BSN (Badan Standardisasi Nasional). 2009b. SIN
7388: Batas Cemaran Mikroba dalam Pangan.n
BSN, Jakarta. 37 hlm.

DAFTAR PUSTAKA
Desenclos JC et al. Large outbreak of Salmonella
enterica serotype paratyphi B infection caused by a
goats’ milk cheese, France, 1993: a case finding and
epidemiological study. British medical journal, 1996,
312:91-94
 Direktorat Jenderal Pengawasan Obat danMakanan.
1989.
Keputusan
DitjenPOM
RI
No.
03725/B/SK/VII/1990 tentang Batas Maksimum
Cemaran Mikroba dalam Makanan. Direktorat
Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, Jakarta.

DAFTAR PUSTAKA
Eberhart-Phillips J et al. An outbreak of cholera from food
served on an international aircraft. Epidemiology and
infection, 1996, 116:9-13.
 ICMSF
(International Commision on Microbiological
Specification for Foods). 1996. Microorganisms in Food. 2.
Sampling for Microbiological Analysis Principles and
Specific Aplications. 2nd Edition. Chapman and Hall,
Glasgow.
 Luby S et al. A large outbreak of gastroenteritis caused by
diarrheal toxin-producing Bacillus cereus. Journal of
infectious diseases, 1993:1452-1455.

KONTAMINASI MIKROBA PADA SAYURAN

More Related Content

What's hot

2. penilaian kualitas pangan
2. penilaian kualitas pangan2. penilaian kualitas pangan
2. penilaian kualitas panganSutyawan
 
Pertemuan 3 konversi pangan mentah dan terolah
Pertemuan 3 konversi pangan mentah dan terolahPertemuan 3 konversi pangan mentah dan terolah
Pertemuan 3 konversi pangan mentah dan terolahSutyawan
 
Diet pada bayi dan anak
Diet pada bayi dan anakDiet pada bayi dan anak
Diet pada bayi dan anakIndri Wati
 
Konsep penyebab penyakit bag.7
Konsep penyebab penyakit bag.7Konsep penyebab penyakit bag.7
Konsep penyebab penyakit bag.7tristyanto
 
tip & trik nutrisurvey utk menganalisis kecukupan gizi individu & kelompok
tip & trik nutrisurvey utk menganalisis kecukupan gizi individu & kelompoktip & trik nutrisurvey utk menganalisis kecukupan gizi individu & kelompok
tip & trik nutrisurvey utk menganalisis kecukupan gizi individu & kelompokYohanes Kristianto
 
Metabolisme air (4)
Metabolisme air (4)Metabolisme air (4)
Metabolisme air (4)adeputra93
 
Sni 01 2346-2006 petunjuk pengujian organoleptik dan atau sensori
Sni 01 2346-2006 petunjuk pengujian organoleptik dan atau sensoriSni 01 2346-2006 petunjuk pengujian organoleptik dan atau sensori
Sni 01 2346-2006 petunjuk pengujian organoleptik dan atau sensoriBasyrowi Arby
 
Pengaruh pengolahan terhadap perubahan gizi
Pengaruh pengolahan terhadap perubahan giziPengaruh pengolahan terhadap perubahan gizi
Pengaruh pengolahan terhadap perubahan giziYohanes Kristianto
 
Analisa kadar-air-dengan-metode-oven
Analisa kadar-air-dengan-metode-ovenAnalisa kadar-air-dengan-metode-oven
Analisa kadar-air-dengan-metode-ovenAgres Tarigan
 
Makalah food record firda amalia 125070301111009
Makalah food record firda amalia 125070301111009Makalah food record firda amalia 125070301111009
Makalah food record firda amalia 125070301111009Firda Amalia
 
ppt MMPM Kelompok 2 Aljeng.pptx
ppt MMPM Kelompok 2 Aljeng.pptxppt MMPM Kelompok 2 Aljeng.pptx
ppt MMPM Kelompok 2 Aljeng.pptxAbdulWahid446325
 
Bakteri thermofilik, mesofilik dan psikrofilik
Bakteri thermofilik, mesofilik dan psikrofilikBakteri thermofilik, mesofilik dan psikrofilik
Bakteri thermofilik, mesofilik dan psikrofilikAgnescia Sera
 
Laporan praktikum kerusakan b. pangan bu arin
Laporan praktikum kerusakan b. pangan bu arinLaporan praktikum kerusakan b. pangan bu arin
Laporan praktikum kerusakan b. pangan bu arinramdhanisari
 
Angka kecukupan gizi
Angka kecukupan giziAngka kecukupan gizi
Angka kecukupan giziaditya kusuma
 

What's hot (20)

2. penilaian kualitas pangan
2. penilaian kualitas pangan2. penilaian kualitas pangan
2. penilaian kualitas pangan
 
Pertemuan 3 konversi pangan mentah dan terolah
Pertemuan 3 konversi pangan mentah dan terolahPertemuan 3 konversi pangan mentah dan terolah
Pertemuan 3 konversi pangan mentah dan terolah
 
Susu
SusuSusu
Susu
 
Diet pada bayi dan anak
Diet pada bayi dan anakDiet pada bayi dan anak
Diet pada bayi dan anak
 
Nutrition Care Process (NCP) Obesitas Anak
Nutrition Care Process (NCP) Obesitas AnakNutrition Care Process (NCP) Obesitas Anak
Nutrition Care Process (NCP) Obesitas Anak
 
Konsep penyebab penyakit bag.7
Konsep penyebab penyakit bag.7Konsep penyebab penyakit bag.7
Konsep penyebab penyakit bag.7
 
tip & trik nutrisurvey utk menganalisis kecukupan gizi individu & kelompok
tip & trik nutrisurvey utk menganalisis kecukupan gizi individu & kelompoktip & trik nutrisurvey utk menganalisis kecukupan gizi individu & kelompok
tip & trik nutrisurvey utk menganalisis kecukupan gizi individu & kelompok
 
Metabolisme air (4)
Metabolisme air (4)Metabolisme air (4)
Metabolisme air (4)
 
Sni 01 2346-2006 petunjuk pengujian organoleptik dan atau sensori
Sni 01 2346-2006 petunjuk pengujian organoleptik dan atau sensoriSni 01 2346-2006 petunjuk pengujian organoleptik dan atau sensori
Sni 01 2346-2006 petunjuk pengujian organoleptik dan atau sensori
 
Pengaruh pengolahan terhadap perubahan gizi
Pengaruh pengolahan terhadap perubahan giziPengaruh pengolahan terhadap perubahan gizi
Pengaruh pengolahan terhadap perubahan gizi
 
Iradiasi pangan
Iradiasi panganIradiasi pangan
Iradiasi pangan
 
Pengasapan
PengasapanPengasapan
Pengasapan
 
Analisa kadar-air-dengan-metode-oven
Analisa kadar-air-dengan-metode-ovenAnalisa kadar-air-dengan-metode-oven
Analisa kadar-air-dengan-metode-oven
 
Makalah food record firda amalia 125070301111009
Makalah food record firda amalia 125070301111009Makalah food record firda amalia 125070301111009
Makalah food record firda amalia 125070301111009
 
Keamanan pangan
Keamanan panganKeamanan pangan
Keamanan pangan
 
ppt MMPM Kelompok 2 Aljeng.pptx
ppt MMPM Kelompok 2 Aljeng.pptxppt MMPM Kelompok 2 Aljeng.pptx
ppt MMPM Kelompok 2 Aljeng.pptx
 
Bakteri thermofilik, mesofilik dan psikrofilik
Bakteri thermofilik, mesofilik dan psikrofilikBakteri thermofilik, mesofilik dan psikrofilik
Bakteri thermofilik, mesofilik dan psikrofilik
 
Laporan Utama Pewarnaan Negatif
Laporan Utama Pewarnaan NegatifLaporan Utama Pewarnaan Negatif
Laporan Utama Pewarnaan Negatif
 
Laporan praktikum kerusakan b. pangan bu arin
Laporan praktikum kerusakan b. pangan bu arinLaporan praktikum kerusakan b. pangan bu arin
Laporan praktikum kerusakan b. pangan bu arin
 
Angka kecukupan gizi
Angka kecukupan giziAngka kecukupan gizi
Angka kecukupan gizi
 

Viewers also liked

Mikrobio 11 mikroorganisme dlm bahan pangan
Mikrobio 11   mikroorganisme dlm bahan panganMikrobio 11   mikroorganisme dlm bahan pangan
Mikrobio 11 mikroorganisme dlm bahan panganDhila Faya
 
Kerusakan pada sayuran
Kerusakan pada sayuranKerusakan pada sayuran
Kerusakan pada sayuranChugie Gian
 
endotoksin dan pirogen
endotoksin dan pirogenendotoksin dan pirogen
endotoksin dan pirogenPutri Indayani
 
Kontaminasi pestisida pada sayuran dan implikasinya pada kesehatan masyarakat...
Kontaminasi pestisida pada sayuran dan implikasinya pada kesehatan masyarakat...Kontaminasi pestisida pada sayuran dan implikasinya pada kesehatan masyarakat...
Kontaminasi pestisida pada sayuran dan implikasinya pada kesehatan masyarakat...Rolina Zahhara Tambunan
 
Ciri ciri xanthomonas
Ciri   ciri xanthomonasCiri   ciri xanthomonas
Ciri ciri xanthomonasDesa Wonorejo
 
Makalah argoindustri (duku)
Makalah argoindustri (duku)Makalah argoindustri (duku)
Makalah argoindustri (duku)Norman Syarif
 
P2KP Kabupaten Tangerang
P2KP Kabupaten TangerangP2KP Kabupaten Tangerang
P2KP Kabupaten TangerangEka Febriana
 
Vii pengendalian vektor
Vii  pengendalian vektorVii  pengendalian vektor
Vii pengendalian vektorAnNo ANdi
 
Taksonomi & klasifikasi mikroorganisme
Taksonomi & klasifikasi mikroorganismeTaksonomi & klasifikasi mikroorganisme
Taksonomi & klasifikasi mikroorganismenkks2619
 
Mikrobiologi - Penggolongan Mikroorganisme
Mikrobiologi - Penggolongan MikroorganismeMikrobiologi - Penggolongan Mikroorganisme
Mikrobiologi - Penggolongan MikroorganismeYusuf Ahmad
 
C14 Mikrobiologi Dasar
C14 Mikrobiologi DasarC14 Mikrobiologi Dasar
C14 Mikrobiologi DasarCatatan Medis
 
Laporan Magang Kantor kesehatan pelabuhan kelas 1 surabya
Laporan Magang Kantor kesehatan pelabuhan kelas 1 surabyaLaporan Magang Kantor kesehatan pelabuhan kelas 1 surabya
Laporan Magang Kantor kesehatan pelabuhan kelas 1 surabyaAzmi Umi A
 
SlideShare Background
SlideShare BackgroundSlideShare Background
SlideShare BackgroundHeyday ApS
 
Pyrogen and pyrogenicity
Pyrogen and pyrogenicityPyrogen and pyrogenicity
Pyrogen and pyrogenicityUdit Borah
 
Kontaminasi Makanan
Kontaminasi MakananKontaminasi Makanan
Kontaminasi MakananFajar 'Ree'
 

Viewers also liked (20)

Mikrobio 11 mikroorganisme dlm bahan pangan
Mikrobio 11   mikroorganisme dlm bahan panganMikrobio 11   mikroorganisme dlm bahan pangan
Mikrobio 11 mikroorganisme dlm bahan pangan
 
Kerusakan pada sayuran
Kerusakan pada sayuranKerusakan pada sayuran
Kerusakan pada sayuran
 
Steril ppt
Steril pptSteril ppt
Steril ppt
 
endotoksin dan pirogen
endotoksin dan pirogenendotoksin dan pirogen
endotoksin dan pirogen
 
kerusakan bahan pangan
kerusakan bahan pangankerusakan bahan pangan
kerusakan bahan pangan
 
Kontaminasi pestisida pada sayuran dan implikasinya pada kesehatan masyarakat...
Kontaminasi pestisida pada sayuran dan implikasinya pada kesehatan masyarakat...Kontaminasi pestisida pada sayuran dan implikasinya pada kesehatan masyarakat...
Kontaminasi pestisida pada sayuran dan implikasinya pada kesehatan masyarakat...
 
Ciri ciri xanthomonas
Ciri   ciri xanthomonasCiri   ciri xanthomonas
Ciri ciri xanthomonas
 
Klasifikasi dan penamaan mikroorganisme
Klasifikasi dan penamaan mikroorganismeKlasifikasi dan penamaan mikroorganisme
Klasifikasi dan penamaan mikroorganisme
 
Makalah argoindustri (duku)
Makalah argoindustri (duku)Makalah argoindustri (duku)
Makalah argoindustri (duku)
 
P2KP Kabupaten Tangerang
P2KP Kabupaten TangerangP2KP Kabupaten Tangerang
P2KP Kabupaten Tangerang
 
Ppt resistensi mikroorganisme
Ppt resistensi mikroorganismePpt resistensi mikroorganisme
Ppt resistensi mikroorganisme
 
Vii pengendalian vektor
Vii  pengendalian vektorVii  pengendalian vektor
Vii pengendalian vektor
 
Taksonomi & klasifikasi mikroorganisme
Taksonomi & klasifikasi mikroorganismeTaksonomi & klasifikasi mikroorganisme
Taksonomi & klasifikasi mikroorganisme
 
Mikrobiologi - Penggolongan Mikroorganisme
Mikrobiologi - Penggolongan MikroorganismeMikrobiologi - Penggolongan Mikroorganisme
Mikrobiologi - Penggolongan Mikroorganisme
 
Mikroorganisme
MikroorganismeMikroorganisme
Mikroorganisme
 
C14 Mikrobiologi Dasar
C14 Mikrobiologi DasarC14 Mikrobiologi Dasar
C14 Mikrobiologi Dasar
 
Laporan Magang Kantor kesehatan pelabuhan kelas 1 surabya
Laporan Magang Kantor kesehatan pelabuhan kelas 1 surabyaLaporan Magang Kantor kesehatan pelabuhan kelas 1 surabya
Laporan Magang Kantor kesehatan pelabuhan kelas 1 surabya
 
SlideShare Background
SlideShare BackgroundSlideShare Background
SlideShare Background
 
Pyrogen and pyrogenicity
Pyrogen and pyrogenicityPyrogen and pyrogenicity
Pyrogen and pyrogenicity
 
Kontaminasi Makanan
Kontaminasi MakananKontaminasi Makanan
Kontaminasi Makanan
 

Similar to KONTAMINASI MIKROBA PADA SAYURAN

Foodborne disease
Foodborne diseaseFoodborne disease
Foodborne diseasePujii Pujii
 
Keamanan makanan, foodborn disease dan pengendalian kontaminasi
Keamanan makanan, foodborn disease dan pengendalian kontaminasiKeamanan makanan, foodborn disease dan pengendalian kontaminasi
Keamanan makanan, foodborn disease dan pengendalian kontaminasiAul Ndink
 
KPKP 2214 Keracunan Makanan
KPKP 2214 Keracunan Makanan KPKP 2214 Keracunan Makanan
KPKP 2214 Keracunan Makanan ILKKM SG BULOH
 
KERACUNAN MAKANAN-MODUL PENCERNAAN_0.pdf
KERACUNAN MAKANAN-MODUL PENCERNAAN_0.pdfKERACUNAN MAKANAN-MODUL PENCERNAAN_0.pdf
KERACUNAN MAKANAN-MODUL PENCERNAAN_0.pdfMira66540
 
Kd 3.3 menerapkan assesmen keamanan pangan pertemuan 1
Kd 3.3 menerapkan assesmen keamanan pangan pertemuan 1Kd 3.3 menerapkan assesmen keamanan pangan pertemuan 1
Kd 3.3 menerapkan assesmen keamanan pangan pertemuan 1Amirotul Khusna
 
PPT KELOMPOK 6 TENTANG KERACUNAN MAKANAN PADA ORGANISME.pptx
PPT KELOMPOK 6 TENTANG KERACUNAN MAKANAN PADA ORGANISME.pptxPPT KELOMPOK 6 TENTANG KERACUNAN MAKANAN PADA ORGANISME.pptx
PPT KELOMPOK 6 TENTANG KERACUNAN MAKANAN PADA ORGANISME.pptxdinakardina13
 
INFEKSI MAKANAN.pptx
INFEKSI MAKANAN.pptxINFEKSI MAKANAN.pptx
INFEKSI MAKANAN.pptxWulandari9832
 
PPT Sanitasi Makanan dan Minuman.pptx
PPT Sanitasi Makanan dan Minuman.pptxPPT Sanitasi Makanan dan Minuman.pptx
PPT Sanitasi Makanan dan Minuman.pptxYuneris1
 
MIKROBA_PATOGEN_PADA_MAKANAN-MIKROBA_PATOGEN_PADA_MAKANAN.pdf.pdf
MIKROBA_PATOGEN_PADA_MAKANAN-MIKROBA_PATOGEN_PADA_MAKANAN.pdf.pdfMIKROBA_PATOGEN_PADA_MAKANAN-MIKROBA_PATOGEN_PADA_MAKANAN.pdf.pdf
MIKROBA_PATOGEN_PADA_MAKANAN-MIKROBA_PATOGEN_PADA_MAKANAN.pdf.pdfAgathaHaselvin
 
presentasi makalah sanitasi makanan
presentasi makalah sanitasi makananpresentasi makalah sanitasi makanan
presentasi makalah sanitasi makananApapunituzar
 
Makalah Pencemaran Makanan pada Produk Kecap
Makalah Pencemaran Makanan pada Produk KecapMakalah Pencemaran Makanan pada Produk Kecap
Makalah Pencemaran Makanan pada Produk KecapSariana Csg
 
food safety (1).pdf
food safety (1).pdffood safety (1).pdf
food safety (1).pdfFatinAliana
 
Mengenal bakteri listeria monocytogenes
Mengenal bakteri listeria monocytogenesMengenal bakteri listeria monocytogenes
Mengenal bakteri listeria monocytogenesabdulgusdur
 
Mengenal bakteri listeria monocytogenes
Mengenal bakteri listeria monocytogenesMengenal bakteri listeria monocytogenes
Mengenal bakteri listeria monocytogenesabdulgusdur
 
Mengenal bakteri listeria monocytogenes
Mengenal bakteri listeria monocytogenesMengenal bakteri listeria monocytogenes
Mengenal bakteri listeria monocytogenesabdulgusdur
 
Mengenal bakteri listeria monocytogenes
Mengenal bakteri listeria monocytogenesMengenal bakteri listeria monocytogenes
Mengenal bakteri listeria monocytogenesabdulgusdur
 

Similar to KONTAMINASI MIKROBA PADA SAYURAN (20)

Foodborne disease
Foodborne diseaseFoodborne disease
Foodborne disease
 
Keamanan makanan, foodborn disease dan pengendalian kontaminasi
Keamanan makanan, foodborn disease dan pengendalian kontaminasiKeamanan makanan, foodborn disease dan pengendalian kontaminasi
Keamanan makanan, foodborn disease dan pengendalian kontaminasi
 
KPKP 2214 Keracunan Makanan
KPKP 2214 Keracunan Makanan KPKP 2214 Keracunan Makanan
KPKP 2214 Keracunan Makanan
 
KERACUNAN MAKANAN-MODUL PENCERNAAN_0.pdf
KERACUNAN MAKANAN-MODUL PENCERNAAN_0.pdfKERACUNAN MAKANAN-MODUL PENCERNAAN_0.pdf
KERACUNAN MAKANAN-MODUL PENCERNAAN_0.pdf
 
What is Epidemic?
What is Epidemic?What is Epidemic?
What is Epidemic?
 
Kd 3.3 menerapkan assesmen keamanan pangan pertemuan 1
Kd 3.3 menerapkan assesmen keamanan pangan pertemuan 1Kd 3.3 menerapkan assesmen keamanan pangan pertemuan 1
Kd 3.3 menerapkan assesmen keamanan pangan pertemuan 1
 
PPT KELOMPOK 6 TENTANG KERACUNAN MAKANAN PADA ORGANISME.pptx
PPT KELOMPOK 6 TENTANG KERACUNAN MAKANAN PADA ORGANISME.pptxPPT KELOMPOK 6 TENTANG KERACUNAN MAKANAN PADA ORGANISME.pptx
PPT KELOMPOK 6 TENTANG KERACUNAN MAKANAN PADA ORGANISME.pptx
 
INFEKSI MAKANAN.pptx
INFEKSI MAKANAN.pptxINFEKSI MAKANAN.pptx
INFEKSI MAKANAN.pptx
 
PPT Sanitasi Makanan dan Minuman.pptx
PPT Sanitasi Makanan dan Minuman.pptxPPT Sanitasi Makanan dan Minuman.pptx
PPT Sanitasi Makanan dan Minuman.pptx
 
MIKROBA_PATOGEN_PADA_MAKANAN-MIKROBA_PATOGEN_PADA_MAKANAN.pdf.pdf
MIKROBA_PATOGEN_PADA_MAKANAN-MIKROBA_PATOGEN_PADA_MAKANAN.pdf.pdfMIKROBA_PATOGEN_PADA_MAKANAN-MIKROBA_PATOGEN_PADA_MAKANAN.pdf.pdf
MIKROBA_PATOGEN_PADA_MAKANAN-MIKROBA_PATOGEN_PADA_MAKANAN.pdf.pdf
 
AKL MAKANAN.pdf
AKL MAKANAN.pdfAKL MAKANAN.pdf
AKL MAKANAN.pdf
 
presentasi makalah sanitasi makanan
presentasi makalah sanitasi makananpresentasi makalah sanitasi makanan
presentasi makalah sanitasi makanan
 
PENYAKIT-I.ppt
PENYAKIT-I.pptPENYAKIT-I.ppt
PENYAKIT-I.ppt
 
Makalah Pencemaran Makanan pada Produk Kecap
Makalah Pencemaran Makanan pada Produk KecapMakalah Pencemaran Makanan pada Produk Kecap
Makalah Pencemaran Makanan pada Produk Kecap
 
food safety (1).pdf
food safety (1).pdffood safety (1).pdf
food safety (1).pdf
 
Mengenal bakteri listeria monocytogenes
Mengenal bakteri listeria monocytogenesMengenal bakteri listeria monocytogenes
Mengenal bakteri listeria monocytogenes
 
Mengenal bakteri listeria monocytogenes
Mengenal bakteri listeria monocytogenesMengenal bakteri listeria monocytogenes
Mengenal bakteri listeria monocytogenes
 
Mengenal bakteri listeria monocytogenes
Mengenal bakteri listeria monocytogenesMengenal bakteri listeria monocytogenes
Mengenal bakteri listeria monocytogenes
 
Mengenal bakteri listeria monocytogenes
Mengenal bakteri listeria monocytogenesMengenal bakteri listeria monocytogenes
Mengenal bakteri listeria monocytogenes
 
Mikroba patogen
 Mikroba patogen Mikroba patogen
Mikroba patogen
 

More from Rolina Zahhara Tambunan

Tugas heat transfer - menentukan k dan T
Tugas heat transfer - menentukan k dan TTugas heat transfer - menentukan k dan T
Tugas heat transfer - menentukan k dan TRolina Zahhara Tambunan
 
Komposisi nutrisi dan aktivitas antioksidan dari tomat
Komposisi nutrisi dan aktivitas antioksidan dari tomatKomposisi nutrisi dan aktivitas antioksidan dari tomat
Komposisi nutrisi dan aktivitas antioksidan dari tomatRolina Zahhara Tambunan
 
PENTINGNYA TRANSISI GELAS DAN AKTIVITAS AIR UNTUK SPRAY DRYING DAN STABILITAS...
PENTINGNYA TRANSISI GELAS DAN AKTIVITAS AIR UNTUK SPRAY DRYING DAN STABILITAS...PENTINGNYA TRANSISI GELAS DAN AKTIVITAS AIR UNTUK SPRAY DRYING DAN STABILITAS...
PENTINGNYA TRANSISI GELAS DAN AKTIVITAS AIR UNTUK SPRAY DRYING DAN STABILITAS...Rolina Zahhara Tambunan
 
Characterization of high purity lycopene from tomato
Characterization of high purity lycopene from tomatoCharacterization of high purity lycopene from tomato
Characterization of high purity lycopene from tomatoRolina Zahhara Tambunan
 

More from Rolina Zahhara Tambunan (7)

Tugas heat transfer - menentukan k dan T
Tugas heat transfer - menentukan k dan TTugas heat transfer - menentukan k dan T
Tugas heat transfer - menentukan k dan T
 
Salmonella heidelberg pada jus buah
Salmonella heidelberg pada jus buahSalmonella heidelberg pada jus buah
Salmonella heidelberg pada jus buah
 
Komposisi nutrisi dan aktivitas antioksidan dari tomat
Komposisi nutrisi dan aktivitas antioksidan dari tomatKomposisi nutrisi dan aktivitas antioksidan dari tomat
Komposisi nutrisi dan aktivitas antioksidan dari tomat
 
Essai - proses fermentasi
Essai - proses fermentasiEssai - proses fermentasi
Essai - proses fermentasi
 
PENTINGNYA TRANSISI GELAS DAN AKTIVITAS AIR UNTUK SPRAY DRYING DAN STABILITAS...
PENTINGNYA TRANSISI GELAS DAN AKTIVITAS AIR UNTUK SPRAY DRYING DAN STABILITAS...PENTINGNYA TRANSISI GELAS DAN AKTIVITAS AIR UNTUK SPRAY DRYING DAN STABILITAS...
PENTINGNYA TRANSISI GELAS DAN AKTIVITAS AIR UNTUK SPRAY DRYING DAN STABILITAS...
 
Characterization of high purity lycopene from tomato
Characterization of high purity lycopene from tomatoCharacterization of high purity lycopene from tomato
Characterization of high purity lycopene from tomato
 
Analisis regresi linier berganda
Analisis regresi linier bergandaAnalisis regresi linier berganda
Analisis regresi linier berganda
 

Recently uploaded

421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptxGiftaJewela
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDmawan5982
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxawaldarmawan3
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxIgitNuryana13
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxadimulianta1
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docxbkandrisaputra
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapsefrida3
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxLembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxbkandrisaputra
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKirwan461475
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..ikayogakinasih12
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5ssuserd52993
 

Recently uploaded (20)

421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxLembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
 

KONTAMINASI MIKROBA PADA SAYURAN

  • 1. KONTAMINASI MIKROBA PADA SAYURAN IPN 2 631 MIKROBIOLOGI KEAMANAN PANGAN Rolina Zahhara Tambunan MAGISTER ILMU PANGAN FAKULTAS PERTANIAN USU T.A. 2012/2013
  • 2. PENDAHULUAN Mutu sayuran yang tidak konsisten dengan tingkat kontaminan yang cukup tinggi dapat merugikan perdagangan komoditas tersebut di pasar regional maupun internasional.  Salah satu masalah yang dihadapi oleh sebagian pengekspor dan produsen makanan adalah terjadinya kasus automatic detention terhadap produk pangan asal Indonesia.  Kasus penahanan terjadi setiap tahun sehingga dapat menurunkan devisa.  Kasus penolakan produk makanan asal Indonesia oleh FAO karena mengandung berbagai bahan berbahaya yang dilarang dipergunakan. Penolakan ini menunjukkan bahwa penanganan keamanan pangan di Indonesia masih belum optimal. 
  • 3. PENDAHULUAN Keracunan makanan dan penyakit karena mengonsumsi buah-buahan atau sayuran segar maupun olahan mengindikasikan adanya kontaminan (pestisida, mikroba, logam berat) dalam bahan pangan tersebut.  World Health Organization (WHO) mendefinisikan penyakit asal pangan (foodborne disease) sebagai penyakit yang umumnya bersifat infeksi atau racun yang disebabkan oleh senyawa yang masuk ke dalam tubuh melalui makanan yang dikonsumsi.  Menurut data FDA Amerika Serikat, penyakit asal pangan yang disebabkan oleh kontaminasi mikroba menempati urutan pertama di atas racun alami, residu pestisida, dan bahan tambahan pangan. 
  • 4. KETERSEDIAAN DATA KASUS KERACUNAN MAKANAN TERCEMAR    Data mengenai profil penyakit melalui makanan atau pencemaran mikroba patogen pada makanan di Indonesia masih sangat kurang. Diduga kasus yang dilaporkan dengan kasus sebenarnya masih sangat rendah. WHO memperkirakan di negara-negara yang sedang berkembang perbandingan antara data kasus keracunan makanan yang dilaporkan dengan kasus sebenarnya hanya mencapai 1:25 sampai 1: 100 (hanya 4%) bahkan di negara maju masih menunjukkan perbandingan 1:10 (10%) USDA memperkirakan terjadinya 4000 kematian dari 5 juta kematian setiap tahunnya sebagai akibat mengkonsumsi produk-produk pangan yang tercemar empat jenis bakteri patogen yaitu Compylobacter, Salmonella, Escherichia coli O157:H7, dan Listeria monocytogenes.
  • 5. KETERSEDIAAN DATA KASUS KERACUNAN MAKANAN TERCEMAR  Sampai saat ini di Indonesia belum diketahui secara jelas jenis mikroba yang paling banyak menimbulkan kasus penyakit melalui makanan.  Kondisi di atas menjadikan riset di bidang mikrobiologi masih perlu dikembangkan di Indonesia, baik riset dasar di bidang mikrobiologi pangan, maupun riset terapan yang hasilnya dapat dimanfaatkan oleh masyarakat untuk meningkatkan keamanan pangan, atau dapat menunjang kebijakan pemerintah dalam program keamanan pangan.
  • 6. STANDAR MUTU MIKROBIOLOGI SAYURAN SEGAR Sayuran segar yang dikonsumsi dalam keadaan mentah harus diperhatikan standar mutu mikrobiologi dan organoleptiknya. Apabila sayuran segar tercemar oleh mikroba dalam jumlah yang cukup tinggi maka sayuran tersebut tidak aman untuk dikonsumsi.  Standar mutu mikrobiologi meliputi total mikroba (TPC) dan mikroba patogen yaitu E. Coli dan Listeria monocytogenes. Syarat mutu cemaran mikroba yang terdapat dalam SNI untuk produk hortikultura mencakup total mikroba, bakteri koliform, E. Coli, Salmonella, S. aureus, Vibrio sp., C. perfringens, kapang dan kamir yang terkandung di dalamnya 
  • 7. STANDAR MUTU MIKROBIOLOGI SAYURAN SEGAR International Commision on Microbiological Specification for Foods (ICMSF) (1996) merekomendasikan, sayuran yang akan dikonsumsi mentah mengandung E. coli kurang dari 103 CFU/g, Salmonella harus tidak ada dalam 25 g sampel, dan tiga dari lima sampel yang dianalisis boleh mengandung total mikroba 105-106 CFU/g.  Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan (1989) mensyaratkan sayuran yang dikonsumsi dikonsumsi maksimum mengandung E. coli 102 CFU/g dan tidak mengandung Salmonella. 
  • 8. STANDAR MUTU MIKROBIOLOGI SAYURAN SEGAR Di Amerika Serikat direkomendasikan bahwa Listeria monocytogenes harus tidak ada dalam 50 g sampel makanan siap santap (Jay, 2000).  Komunitas Eropa (EC), merekomendasikan bahwa Listeria monocytogenes harus tidak terkandung dalam 1 g sampel. Sedangkan Perancis dan pedoman sementara negara Inggris merekomendasikan bahwa Listeria monocytogenes harus tidak ada dalam 25 gram sampel. 
  • 9. FAKTOR KEBIASAAN MAKAN MEMPENGARUHI MUTU MIKROBIOLOGI SAYURAN Ada satu kepercayaan turun temurun bahwa makanan yang mentah mempunyai khasiat lebih tinggi terhadap kesehatan daripada makanan yang sudah dimasak.  Karena bernilai gizi tinggi bahan pangan tersebut juga merupakan media yang baik untuk pertumbuhan mikroba sehingga risiko untuk menimbulkan penyakit atau keracunan akan tinggi.  Sayuran yang sering dikonsumsi dalam keadaan segar atau mentah sebagai lalapan atau salad rentan tercemar bakteri kolera dan disentri serta virus. 
  • 10. KERUSAKAN SAYURAN AKIBAT ADANYA MIKROORGANISME  Kerusakan sayuran mentah dapat disebabkan oleh faktor fisik, reaksi antar enzim dan adanya mikroba perusak.  Beberapa mikroorganisme perusak pada sayuran antara lain Botrytis cinerea, Sclerotinia spesies, Sclerotium rolfsii dan Rhizopus stolonifer. Mycocentrospora aceriena dan Phythophthora megasperma merupakan penyebab kerusakan utama pada wortel di Perancis. Sedangkan Botrytis cinerea dan Rhizoctonia carotae menyebabkan kerusakan wortel di Inggris. Alternaria tenuis merupakan penyebab kerusakan pada kol yang baru dipanen.
  • 12. KONTAMINAN MIKROBA PADA SAYURAN     Kontaminan yang menimbulkan penyakit berasal dari berbagai sumber yaitu organisme patogen termasuk bakteri, kapang, parasit dan virus. Mikroba patogen merupakan penyebab penyakit yang relatif berubah dari waktu ke waktu dan sering kali menimbulkan kasus yang mengejutkan. Perubahan gaya hidup konsumen menuntut tersedianya produk pangan yang lebih cepat dan mudah dipersiapkan, lebih segar atau produk yang menerima proses minimal, serta memenuhi persyaratan kesehatan dan gizi. Perubahan ini membuat kemampuan mikroba untuk berkembang biak dengan cepat dan beradaptasi dengan lingkungan menimbulkan masalah baru dalam sistem pangan.
  • 13. KONTAMINAN MIKROBA PADA SAYURAN Bakteri patogen psikotrof muncul karena adanya perubahan ekologi. Mikroba ini mampu tumbuh pada suhu rendah di berbagai negara subtropis, yang mungkin bisa masuk ke Indonesia melalui makanan impor  Contoh lain adalah meningkatnya gejala gastroenteritis oleh Compylobacter di beberapa negara, bahkan di Amerika Serikat saat ini bakteri tersebut paling banyak ditemukan pada penderita diare, mengalahkan Salmonella yang sejak dahulu merupakan penyebab utama gejala gastroenteritis (Anonim, 1996; ICMSF, 1996a) 
  • 14. KONTAMINAN MIKROBA PADA SAYURAN     Beberapa jenis sayuran yang biasa dikonsumsi segar berpotensi merugikan kesehatan karena rentan terkontaminasi mikroba. Beberapa penelitian menunjukkan adanya kontaminasi mikroba pada sayuran segar yang diambil di tingkat petani maupun pedagang (Isyanti 2001). Hasil penelitian Susilawati (2002) menunjukkan adanya kandungan Salmonella pada sayuran segar di tingkat petani dan pedagang di Bogor. Di Amerika Serikat, patogen yang menjadi perhatian utama pada buah dan sayuran adalah Salmonella, Shigella, Entamoeba histolytica, dan Ascaris spp.
  • 15. KONTAMINAN MIKROBA PADA SAYURAN Kontaminasi mikroba pada sayuran bisa berasal dari penyemprotan atau pengairan dengan air yang terkontaminasi Salmonella dan pemupukan dengan kotoran hewan, sehingga pada sayuran seperti selada ditemukan Salmonella (Lund et al. 2000).  Menurut Sapers (2001), kontaminasi mikroba patogen pada produk pertanian terjadi pada beberapa titik, mulai dari tahap produksi, panen, pengepakan, pengolahan, distribusi hingga pemasaran. 
  • 16. KONTAMINAN MIKROBA PADA SAYURAN  Marriot (1999) melaporkan bahwa Salmonella dapat tumbuh dan memproduksi endotoksin yang dapat menyebabkan penyakit. Infeksi yang disebabkan Salmonella disebut Salmonellosis. Jumlah bakteri 105 – 1010 dapat menyebabkan infeksi. Salmonellosis ditandai dengan sakit perut, mual dan diare, kadang disertai dengan demam ringan dan sakit kepala. Salmonellosis timbul setelah 8-72 jam mengkonsumsi makanan terkontaminasi
  • 17. KONTAMINAN MIKROBA PADA SAYURAN    Beberapa strain Escherichia coli dapatmenimbulkan penyakit pada manusia dan hewan dengan memproduksi enterotoksin dan menimbulkan gejala menyerupai kolera, menyerang sel-sel epitelium saluran usus dengan melakukan adhesi dan kolonisasi pada saluran usus halus serta mengeluarkan enterotoksin. Bakteri E. coli patogen dapat menimbulkan sindrom klinis, yaitu gastroenteritis akut pada anak-anak dan infeksi pada saluran pencernaan. Kontaminasi bakteri ini biasanya berasal dari air yang digunakan untuk mencuci bahan makanan yang akan dikonsumsi maupun peralatan yang digunakan dalam proses pengolahan.
  • 18. KONTAMINAN MIKROBA PADA SAYURAN Mikroba patogen lain yang populer adalah Listeria. Listeria terdapat di tanah, feses binatang, dan air, sedangkan dalam makanan terdapat pada susu mentah, keju, daging segar dan beku, unggas, produk perikanan, buah dan sayuran.  Menurut penelitian, produk pangan segar dari hewan maupun tanaman, mungkin mengandung L. monocytogenes. Bakteri ini juga ditemukan pada tomat, selada, seledri, kentang, lobak, tauge, dan mentimun (Beuchat, 1996). 
  • 19. KONTAMINAN MIKROBA PADA SAYURAN Dari 6 (enam) spesies Listeria, terdapat 3 (tiga) spesies yang menyebabkan penyakit pada manusia, yaitu L. monocytogenes, L. ivanovii, dan L. seeligeri.  Pada manusia gejala infeksi yang umum adalah meningitis pada bayi, dan gejalagejala lain meliputi septikemia, keguguran, endokarditis, kon junktivitas, gejala seperti demam, dan faringitis. L. monocytogenes diduga dapat menyebabkan gangguan mental, paralisis, psikosis, dan infeksi mononukleus. 
  • 21. PROSEDUR ANALISA MUTU MIKROBIOLOGI SAYURAN SEGAR Uji Total Plate Count (AOAC, 1992) Satu ml sampel dipipet dari pengenceran yang dikenhendaki ke dalam cawan petri. Sebanyak 12-15 ml media PCA (45±1oC) dituang ke dalam cawan petri, dan segera setelah penuangan cawan petri digerakkan di atas meja secara hati-hati untuk menyebarkan sel-sel mikroba secara merata, yaitu dengan gerakan melingkar atau gerakan seperti angka delapan. Setelah media agar membeku, cawan diinkubasi dengan posisi terbalik pada suhu 35oC selama 48±2 jam dan jumlah koloni yang terbentuk pada cawan dihitung. 1.
  • 22. PROSEDUR ANALISA MUTU MIKROBIOLOGI SAYURAN SEGAR 2. Uji E. Coli (AOAC, 1992) Untuk uji kuantitatif E. Coli, media yang dipakai adalah EMBA. Satu ml sampel dipipet dari pengenceran yang dikehendaki dan dimasukkan ke dalam cawan petri steril. Sebanyak 12-15 ml media EMBA dituangkan ke dalam cawan petri, dan segera setelah penuangan cawan petri digerakkan di atas meja secara hati-hati untuk menyebarkan sel-sel mikroba secara merata, yaitu dengan gerakan melingkar atau gerakan seperti angka delapan. Setelah agar membeku, diinkubasi pada suhu 35-37 oC selama 24 jam. Kemudian dihitung koloni yang berwarna gelap dengan sinar hijau metalik.
  • 23. PROSEDUR ANALISA MUTU MIKROBIOLOGI SAYURAN SEGAR 3. Uji Salmonella (AOAC, 1992) Sebanyak 25 gram sampel ditimbang dan dimasukkan ke dalam stomacher. Ke dalam stomacher ditambahkan 225 mL Lactose Broth steril dan dihancurkan selama 2 menit. Sampel yang telah dihancurkan dengan stomacher dipindahkan ke dalam erlenmeyer dan dibiarkan 60±5 menit pada suhu ruang dalam keadaan tertutup kemudian diinkubasi selama 24±2 jam pada 35 oC. Contoh diambil dan dipipet sebanyak 1 mL dan dituangkan ke dalam 10 mL medium enrichment SC Broth dan dikocok. Tabung kemudian diinkubasi pada 35oC selama 24±2 jam. Adanya pertumbuhan bakteri ditandai dengan kekeruhan warna media.
  • 24. PROSEDUR ANALISA MUTU MIKROBIOLOGI SAYURAN SEGAR Tabung SC Broth yang positif dikocok kemudian diambil satu ose dan digoreskan dengan cara gores kuadran pada media Bismuth Sulfite (BS) Agar, Xylose Lysine Desoxycholate (XLD) Agar, dan Hektoen Entric (HE) Agar. Inkubasi dilakukan selama 24±2 jam pada suhu 35 oC. Koloni tipikal pada media memiliki ciri-ciri seperti tertera pada Tabel di bawah.
  • 25. Tabel. Koloni tipikal Salmonella pada beberapa media
  • 26. PROSEDUR ANALISA MUTU MIKROBIOLOGI SAYURAN SEGAR 4. Uji Listeria Sp (AOAC, 1992) Sebanyak 25 gram dimasukkan ke dalam 225 ml medium enrichment Half Fraser Broth (mengndung amonium iron (III), Nalidixic acid dan Acriflavin hydrochloride) kemudian dihancurkan dengan stomacher. Contoh yang telah dihancurkan dipindahkan ke dalam erlenmeyer steril dan diinkubasi 48 jam pada 30 oC. Contoh yang telh diinkubasi (positif jika berwarna hitam), diambil satu ose dan dilakukan goresan kuadran pada PALCAM (mengandung selektif suplemen: Polymixin B, Acriflavin hydrochloride dan Ceftazidime) dan diinkubasi pada 35oC selama 24-48 jam. Hasil diamati setelah 24 dan 48 jam
  • 27. PROSEDUR ANALISA MUTU MIKROBIOLOGI SAYURAN SEGAR koloni Listeria yang terdapat pada PALCAM Agar berdiameter 1,5 – 2 mm, warna hijau pudar keabu-abuan dengan black haloes. Kultur yang lebih tua akan berwarna hijau dan cekung ditengahnya. Ciri-ciri koloni pada PALCAM Agar dapat dilihat pada Tabel berikut :
  • 28. Tabel. Koloni tipikal Listeria pada beberapa media
  • 29. DATA HASIL PENELITIAN KONTAMINAN MIKROBA SAYURAN Tabel. Jumlah Mikroba pada Beberapa Jenis Sayuran Segar NO Sayuran Jumlah Mikroba (sel/g) di tingkat Petani Pasar BMR1) 1. Kubis 1,4 x 107 - 3,1 x 107 7 4,3 x 105 - 4,6 x 107 0 - 103 2. Tomat 5,4 x 104 - 1,7 x 106 3,3 x 104 - 2,5 x 107 0 - 103 3. Wortel 1,8 x 105 - 4,2 x 106 6,1 x 105 - 5,7 x 107 0 - 103 4. Cabai Merah 5,7 x 105 5,4 x 105 - 2,2 x 107 0 - 103 5. Bawang Merah 8,4 x 106 - 7,1 x 107 3,7 x 106 - 4,7 x 107 0 - 103 6. Selada 3,6 x 104 - 2,8 x 106 2,1 x 106 - 2,1 x 107 0 - 103 Sumber: Munarso et al. (2004, 2005); 1)Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan
  • 30. BEBERAPA UPAYA PENGENDALIAN KONTAMINAN MIKROBA PADA SAYURAN DALAM RANGKA MENJAMIN KEAMANAN PANGAN Upaya pengurangan residu kontaminan antara lain adalah: (1) Pencucian menggunakan air mendidih, air mengalir, larutan sabun, maupun ozon terlarut. (2) Pembersihan, pengupasan, dan pemotongan bagian akar maupun kulit terluar. (3) Pencelupan dalam air panas atau pemblansiran. (4) Penggunaan sanitizer.  Beberapa jenis sanitizer yang sering digunakan adalah klorin dan hidrogen peroksida. 
  • 31. BEBERAPA UPAYA PENGENDALIAN KONTAMINAN MIKROBA PADA SAYURAN DALAM RANGKA MENJAMIN KEAMANAN PANGAN  Menurut Marriot (1999), sanitizer adalah suatu bahan yang dapat mengurangi kontaminan mikroba yang sedang tumbuh hingga 99,9%. Efektivitas sanitizer, terutama sanitizer kimia, dipengaruhi oleh faktor fisik-kimia seperti waktu kontak, suhu, konsentrasi, pH, kebersihan peralatan, kesadahan air, dan serangan bakteri.
  • 32. BEBERAPA UPAYA PENGENDALIAN KONTAMINAN MIKROBA PADA SAYURAN DALAM RANGKA MENJAMIN KEAMANAN PANGAN    Mengadakan dan mengembangkan riset-riset dalam bidang mikrobiologi yaitu riset mengenai organisme patogen dan keamanan produk pangan sayuran dan produk olahannya. Penelitian tentang aplikasi sanitizer pada sayuran telah dilakukan di Indonesia, namun pada skala laboratorium yaitu pada selada (Marlis 2004) dan tauge (Wulandari 2004) Kombinasi larutan klorin dalam bentuk natrium hipoklorit (NaOCl) dan asam asetat mampu mematikan mikroba patogen karena suasana asam akan memacu pembentukan asam hipoklorit dari natrium hipoklorit yang merupakan agens bakterisidal yang lebih tinggi dibanding ion-ion klorida (Cl2 dan OCl-).
  • 33. PENUTUP   Jaminan keamanan pangan merupakan tanggung jawab bersama, baik pemerintah, pihak produsen seperti petani dan industri, maupun konsumen. Kondisi keamanan pangan kita yang masih jauh tertinggal dibandingkan negar-negara maju, dan minimnya data kasus keamanan pangan serta mikroba patogen yang mengkontaminasi pangan maka diperlukan pengembangan riset dasar maupun terapan secara bersama-sama untuk saling menunjang. Tingkat kandungan mikroba patogen pada sayuran sangat jauh di atas batas minimum aman seperti yang direkomendasikan oleh Dirjen Pengawasan Obat dan Makanan serta Kementrian Pertanian. Hal ini haruslah menjadi perhatian konsumen untuk melakukan pengolahan sayuran secara tepat dan bijak sehingga timbulnya keracunan mikroba patogen yang dapat menyebabkan berbagai penyakit pada manusia dapat dicegah.
  • 34. PENUTUP Perlunya menyusun dan melengkapi SNI untuk komoditas sayuran dengan memperhatikan faktor keamanan pangan dan tuntutan perdagangan bebas sehingga komoditas sayuran Indonesia mampu bersaing di pasar domestik maupun ekspor.  Perlunya sosialisasi yang intensif mengenai kontaminan yang berbahaya bagi kesehatan, ambang batas yang direkomendasi, serta standar mutu berbagai sayuran. 
  • 35. DAFTAR PUSTAKA Anonim. 1995. Food Borne Pathogens. Monograph No.1 Salmonella. Oxoid Manual.  Anonim. 2001. Privatisasi Penyelenggaraan Penyuluhan Pertanian di Kabupaten/Kota. Deptan RI. Jakarta.  AOAC International. 1992. FDA Bacteriological Analytical Manual. 7th edition.  BSN (Badan Standardisasi Nasional). 2009b. SIN 7388: Batas Cemaran Mikroba dalam Pangan.n BSN, Jakarta. 37 hlm. 
  • 36. DAFTAR PUSTAKA Desenclos JC et al. Large outbreak of Salmonella enterica serotype paratyphi B infection caused by a goats’ milk cheese, France, 1993: a case finding and epidemiological study. British medical journal, 1996, 312:91-94  Direktorat Jenderal Pengawasan Obat danMakanan. 1989. Keputusan DitjenPOM RI No. 03725/B/SK/VII/1990 tentang Batas Maksimum Cemaran Mikroba dalam Makanan. Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, Jakarta. 
  • 37. DAFTAR PUSTAKA Eberhart-Phillips J et al. An outbreak of cholera from food served on an international aircraft. Epidemiology and infection, 1996, 116:9-13.  ICMSF (International Commision on Microbiological Specification for Foods). 1996. Microorganisms in Food. 2. Sampling for Microbiological Analysis Principles and Specific Aplications. 2nd Edition. Chapman and Hall, Glasgow.  Luby S et al. A large outbreak of gastroenteritis caused by diarrheal toxin-producing Bacillus cereus. Journal of infectious diseases, 1993:1452-1455. 