SlideShare a Scribd company logo
1 of 26
Download to read offline
Convention Bandung 2004 (CB2004)
                                                                       rd
                                                              The 33        Annual Convention & Exhibition 2004
                                                                                          Indonesian Association of Geologist
                                                                               Horizon Hotel, 29-30 Nov, 1 Dec 2004, Bandung




    ICHNOLOGICAL CHARACTERISTICS IN THE
  MODERN MAHAKAM DELTA, EAST KALIMANTAN

                  Ery Arifullah 1), Andang Bachtiar 2), Djuhaeni 3)
                         1
                             Master Student, Department of Geology, ITB
                                       2
                                         GDA Consultant Jakarta
                                    3
                                      Department of Geology, ITB

                                       earifullah@plasa.com



Abstract
Detailed analysis of Modern Mahakam Delta sediments concentrated on identifying
ichnological and sedimentological characteristics of four deltaic environments. These
include: 1) distributary channel, which are typically low diversity and bioturbation
index with displaying Psilonichnus, Skolithos, Ophiomorpha, Monocraterion,
Teichichnus Arenicolites, Planolites, Thallasinoides, escaping traces, and
Glossifungites ichnofacies; 2) estuarine tidal bar which are typically balanced
diversity and bioturbation index with displaying Psilonichnus, Ophiomorpha,
Arenicolites, Skolithos, Siponichnus, Monocraterion, Paleophycus, Helminthopsis,
Teichichnus, Planolites, Chondrites, Paleodictyon, crawling traces, and vertebrate
track; 3) interdistributary area which are typically medium diversity and high
bioturbation index with displaying dominated Arenicolites, Ophiomorpha, Conichnus,
Skolithos, Scaubcylindrichnus, Diplocraterion, Rosselia, Teichichnus, Chondrites; 4)
mouth bar sediments are displaying Ophiomorpha, Planolites, grazing traces,
crawling traces, fecal casting, and abundance dwelling tubes Skolithos like.
Ichnological research in the Modern Mahakam Delta potentially improves our
understanding of deltaic facies sedimentology. Our findings suggest that
sedimentological processes, substrate types and salinity control ichnological
characteristics.

Abstrak
Analisis detil sedimen-sedimen Delta Mahakam Modern dikhususkan pada
identifikasi karakteristik ichnologi dan sedimentologi pada empat lingkungan
pengendapan delta. Yang terdiri dari: 1) distributary channel, dimana secara tipikal
indeks dan diversitas bioturbasi yang rendah yang ditunjukkan dengan
perkembangan Psilonichnus, Skolithos, Ophiomorpha, Monocraterion, Teichichnus,
Arenicolites, Planolites, Thallasinoides, escaping traces dan ichnofasies
Glossifungites; 2) estuarine tidal bar yang secara tipikal berindeks dan diversitas
bioturbasi yang seimbang dengan perkembangan Psilonichnus, Ophiomorpha,
Arenicolites, Skolithos, Siponichnus, Monocraterion, Paleophycus, Helminthopsis,
Teichichnus, Planolites, Chondrites, Paleodictyon, crawling traces dan vertebrate
track; 3) area interdistributary secara tipikal mempunyai diversitas sedang dan indeks
bioturbasi yang tinggi dengan perkembangan                Arenicolites, Ophiomorpha,
Conichnus, Skolithos, Scaubcylindrichnus, Diplocraterion, Rosselia, Teichichnus, dan
Chondrites; 4) sedimen-sedimen mouth bar dicirikan dengan perkembangan
Ophiomorpha, Planolites, grazing traces, crawling traces, fecal casting dan dwelling
tubes seperti Skolithos yang sangat melimpah.

                                                                                                                          1
Convention Bandung 2004 (CB2004)
                                                                     rd
                                                            The 33        Annual Convention & Exhibition 2004
                                                                                        Indonesian Association of Geologist
                                                                             Horizon Hotel, 29-30 Nov, 1 Dec 2004, Bandung



Penelitian ichnologi di Delta Mahakam Modern berpotensi dalam menambah
pemahaman kita tentang fasies sedimentologi endapan deltaik. Penemuan kami
menunjukkan bahwa proses sedimentologi, tipe substrat dan kontrol salinitas akan
mengontrol karakteristik ichnologi.


PENDAHULUAN
Sistem delta merupakan sistem pengendapan yang paling produktif dalam
menghasilkan hidrokarbon. Banyak sekali penelitian dilakukan untuk mengetahui
stratigrafi internal dan proses yang bertanggung jawab terhadap pola transport dan
pengendapan sedimen.

Penelitian Delta Mahakam Modern pertama kali dilakukan oleh Allen, dkk., (1976).
Penelitian ini merupakan studi pendahuluan mengenai tipe delta yang dipengaruhi
oleh proses pasang surut dengan energi gelombang yang hampir nol. Dalam
penelitian ini juga dijelaskan lebih detil mengenai karakteristik tiap lingkungan
pengendapan di dalam lingkungan Delta Mahakam Modern. Penelitian ini terus
berlanjut hingga tahun 1998 (Allen dan Chambers, dkk., 1998) yang secara umum
menjelaskan mengenai karakteristik lingkungan pengendapan dan sekuen sedimen
lingkungan delta modern dan perbandingannya terhadap delta-delta tipe fluvial
dominated, wave influenced dan singkapan-singkapan Tersiernya. Dalam
penelitiannya baik di Delta Mahakam Modern dan Miosen (Allen dan Chambers.,
1998; Allen dan Mercier., 1994; Allen, dkk., 1976) mencatat adanya perkembangan
karakteristik ichnologi. Tapi sayangnya mereka belum mendiskripsi morfologi,
mengklasifikasi dan menghubungkannya terhadap faktor-faktor sedimentologi dan
kondisi lingkungan pengendapan untuk kepentingan pemodelan fasies deltaik.

Telah disadari bahwa hingga saat ini ichnologi masih belum dimanfaatkan secara
optimal padahal terbukti ichnologi sangat praktis diaplikasikan di lapangan seperti
halnya dengan sedimentologi. Hal inilah yang menjadi latar belakang utama dalam
penelitian ini.

METODE
Empat belas conto coring telah diambil di Delta Mahakam (Gambar. 1). Tebal conto
coring sedimen yang diambil berkisar 1 – 1,3 meter (Tabel.1). Lokasi pengambilan
conto sedimen dapat dilihat dalam gambar.1.
Dalam tahap analisis data seluruh conto coring dilakukan deskripsi sedimentologi
dan ichnologi secara detil. Karakteristik sedimentologi: tekstur sedimen, struktur
sedimen dan sebagainya kemudian dikelompokkan menjadi satu kelompok litofasies
tertentu. Hal yang sama juga dilakukan dengan karakter ichnologi seperti: orientasi,
burrow fill, burrow lining, dan penghitungan semikuantitatif yang mengacu pada
klasifikasi Drosser dan Bottjer, (1986).

      Tabel 1. Daftar conto sedimen bawah permukaan Delta Mahakam modern. Lokasi yang diberi
      tanda bintang hanya dilakukan pengamatan sedimen-sedimen permukaan.

                                                          Total Ketebalan
       No      Nama Lokasi         Jumlah kolom
                                                                (cm)
        1.       Panjilatan               1                      130
        2.     Pulau Lantang              2                      230
        3.     Muara Kaeli I              1                      120
        4.     Muara Kaeli II             1                      130


                                                                                                                        2
Convention Bandung 2004 (CB2004)
                                                             rd
                                                    The 33        Annual Convention & Exhibition 2004
                                                                                Indonesian Association of Geologist
                                                                     Horizon Hotel, 29-30 Nov, 1 Dec 2004, Bandung



         4.    GTSL Tunu            1                   110
         5.       Nubi              4                   490
         6.    Pulau Datu           1                  110
         7.   Muara Pegah           1                   100
         8.   Pulau Bukuan          1                  130
         9.    Muara Jawa           1                   130
        11.   Muara Bujit*)          -                   -
        12.    Muara Ilu *)          -                   -
                                    14                 1680



GEOLOGI DELTA MAHAKAM MODERN
Delta Mahakam terletak di sebelah timur Cekungan Kutai yang merupakan
deposenter fluvial deltaik sejak Miosen Awal (Gambar. 2). Tektonik Tersier
merupakan pengaruh penting dalam pembentukan geomorfologi dan hidrologi
Sungai Mahakam. Pengangkatan jalur lipatan yang dimulai pada Miosen Tengah
bagian awal (Chambers & Daley, 1995; Ferguson & McClay, 1997) menyebabkan
sungai Mahakam menoreh antiklinorium Samarinda. Hal ini mengakibatkan sejak
Miosen Tengah posisi deposenter delta Mahakam tetap terhadap pantai.
Delta Mahakam sudah terbentuk sejak 5000 tahun yang lalu, dan masih terakumulasi
sedimen-sedimen setebal 50 – 70 meter sebagai sistem delta regressive highstand
yang downlap pada sedimen-sedimen sistem deltaik transgresi Holosen dan
lowstand Pleistosen Akhir (Allen, dkk., 1979).
Di dalam diagram segitiga Galloway, Delta Mahakam Modern merupakan contoh dari
delta yang terbentuk oleh interaksi yang seimbang antara proses sungai dan pasang
surut (Gambar 3). Namun demikian dalam kenyataannya bagian tertentu di delta
Mahakam menunjukkan proses pasang surut dan mungkin gelombang di zona
interdistributary bay dan zona abandoned delta bagian utara Delta Mahakam
Modern.

HASIL
Hasil penting dalam penelitian ini adalah karakteristik ichnologi endapan Delta
Mahakam Modern yang terdiri dari:

1. Ichnologi endapan distributary channel

Karakterstik ichnologi dalam endapan distributary channel adalah:
   • Indeks dan diversitas sangat rendah, kecuali di Pulau Datu (Gambar. 4)
      dimana indeknya mencapai nilai 4 dan diversitas ichnofasies Skolithos
      direpresentasikan oleh 4 ichnogenera. Ichnofasies Cruziana sangat rendah
      dengan hanya direpresentasikan 2 ichnogenera.
   • Distribusinya tidak teratur (random) dan sederhana.
   • Ukuran diameter burrow umumnya sangat bervariasi.
   • Lebih didominasi oleh ichnofasies berkarakter vertikal baik dengan penebalan
      dinding atau tanpa penebalan dinding seperti ichnofasies Glossifungites
      (Gambar. 5) sebagai penciri kondisi energi tinggi.




                                                                                                                3
Convention Bandung 2004 (CB2004)
                                                            rd
                                                   The 33        Annual Convention & Exhibition 2004
                                                                               Indonesian Association of Geologist
                                                                    Horizon Hotel, 29-30 Nov, 1 Dec 2004, Bandung



Ichnofasies Psilonichnus
Ichnofasies Psilonichnus direpresentasikan oleh Psilonichnus dan jejak kaki burung.
Distribusinya sangat terbatas, dan hanya teramati pada permukaan sedimen di Pulau
Datu. Jejak kaki burung yang berkembang bersama-sama dengan Psilonichnus
merupakan petunjuk interaksi organisme predator dan yang dimangsa.

Ichnofasies Skolithos
Ichnofasies Skolithos yang teridentifikasi adalah: Skolithos, Arenicolites,
Ophiomorpha, Monocraterion dan escaping traces. Distribusi ichnofasies Skolithos
sangat bervariasi. Pada umumnya ichnogenera yang disebutkan di atas lebih
terkonsentrasi dalam conto coring di Pulau Datu. Bahkan di Muara Jawa tidak
dijumpai sama sekali ichnofasies Skolithos. Hal ini sangat kontras terhadap
perkembangan ichnofasies Skolithos di Pulau Datu yang mempunyai indeks dan
diversitas paling tinggi di antara endapan distributary channel yang lain.

Ichnofasies Cruziana
Secara umum diversitas ichnofasies Cruziana yang berkembang sangat rendah
termasuk di Pulau Datu. Ichnofasies Cruziana ini direpresentasikan oleh
Thallasinoides dan Planolites. Walaupun demikian indeks ichnofasies Cruziana
tertinggi tetap dijumpai dalam conto coring di Pulau Datu. Di Pulau Datu ichnofasies
Cruziana ini diperkaya pula dengan struktur biodepositional.

Ichnofasies Glossifungites
Ichnofasies Glossifungites hanya dijumpai dalam conto coring di Muara Jawa
(Gambar. 5). Ichnofasies ini direpresentasikan dengan Skolithos dan Psilonichnus.
Skolithos yang berkembang pada umumnya berdiameter 1-2 mm dan dengan
penetrasi yang dalam.
Ichnofasies Glossifungites dicirikan dengan morfologi vertikal, tanpa penebalan
dinding, terbuka dan sering menunjukkan rona kemerahan di bagian dalam
dindingnya.

Diskusi
Analisis sedimentologi menunjukkan conto coring yang diambil mencerminkan
proses fluvial yang dominan dengan pengaruh proses pasang surut. Hal ini diperkuat
dengan perkembangan karakteristik ichnologi yang sangat terbatas yakni indeks dan
diversitas yang sangat rendah (rata-rata berindeks 2), distribusinya tidak teratur,
sederhana, ukuran diameter burrow sangat bervariasi dan sangat didominasi oleh
ichnofasies yang bermorfologi vertikal.
Karakteristik ichnologi di atas sangat berbeda seperti apa yang teramati dalam conto
coring dan permukaan sedimen di Pulau Datu. Karakteristik ichnologi di sini tetap
didominasi oleh ichnofasies bermorfologi vertikal (Skolithos), namun yang menarik
adalah indeksnya yang tinggi hingga mencapai 4. Berdasarkan karakteristik
sedimentologi yang berkembang menunjukkan proses pasang surut telah
memodifikasi cukup signifikan. Akibatnya kolonisasi organisme semakin intensif di
Pulau Datu yang direfleksikan dengan tingginya indeks bioturbasi setempat.




                                                                                                               4
Convention Bandung 2004 (CB2004)
                                                             rd
                                                    The 33        Annual Convention & Exhibition 2004
                                                                                Indonesian Association of Geologist
                                                                     Horizon Hotel, 29-30 Nov, 1 Dec 2004, Bandung




2. Ichnologi Tidal Channel – Muara Pegah
Ichnologi
Conto coring di Muara Pegah hanya teridentifikasi satu ichnogenera yakni Skolithos,
dengan indeks yang sangat rendah. Sepanjang conto coring hanya terdapat satu
individu saja.

Diskusi
Analisis sedimentologi menunjukkan proses pasang surut yang signifikan. Selain itu
perkembangan struktur syn-sedimentary fault mengindikasikan proses sedimentasi
yang cepat, kontrol slope pada tidal channel serta densitas sedimen yang tinggi akan
memicu mekanisme gravity flow. Proses sedimentasi yang berlangsung
menyebabkan lingkungan ini bukan tempat yang favorit bagi organisme sehingga
indeks dan diversitas bioturbasi sangat rendah. Karakter ichnologi paling tidak
dicerminkan dengan morfologi vertikal, kecil dan distribusinya sangat terbatas seperti
yang terlihat dalam gambar IV.9.

3. Ichnologi Tidal Bar – Interdistributary Bay

Ichnologi
Secara umum karakteristik ichnologi dalam endapan tidal bar-interdistributary bay
adalah:
   • Indeks dan diversitas lebih tinggi dibandingkan di distributary channel, kecuali
      di Nubi-2 (Gambar. 6) dimana indeksnya 2 dan 4 dan diversitas ichnofasies
      Skolithos direpresentasikan oleh 8 ichnogenera. Ichnofasies Cruziana
      direpresentasikan oleh 5 ichnogenera.
   • Distribusinya tidak teratur (random).
   • Ukuran diameter burrow umumnya lebih seragam.
   • Lebih didominasi oleh ichnofasies berkarakter vertikal baik dengan penebalan
      dinding atau tanpa penebalan dinding (ichnofasies Glossifungites) sebagai
      penciri kondisi energi tinggi.

Ichnofasies Skolithos
Ichnofasies Skolithos direpresentasikan oleh Arenicolites, Conichnus, Ophiomorpha,
Skolithos, Diplocraterion, Scaubcylindrichnus, dan Cylindrichnus. Ichnofasies
Skolithos lebih berkembang di Nubi-2. Secara umum ichnofasies Skolithos paling
mendominasi dibandingkan dengan ichnofasies lain yang berkembang.
Karakteristik yang paling penting dari ichnofasies Skolithos disini adalah mulai
berkembangnya Ophiomorpha yang dicirikan dengan penebalan dinding yang
signifikan dimana disusun oleh fecal pellet dan pellet lain yang berasal dari material
di sekitarnya.

Ichnofasies Cruziana
Ichnofasies Cruziana direpresentasikan dengan berkembangnya Rosselia,
Helminthopsis, Teichichnus, Planolites dan Chondrites. Sebagian besar ichnogenera
tersebut lebih terkonsentrasi di Nubi-2.
Ichnofasies Glossifungites
Ichnofasies Glossifungites direpresentasikan hanya oleh Skolithos. Morfologi
ichnofasies Glossifungites ini adalah shaft tunggal, vertikal dan kadang-kadang
membentuk sudut terhadap bidang lapisan, serta tidak ada penebalan dinding.

                                                                                                                5
Convention Bandung 2004 (CB2004)
                                                            rd
                                                   The 33        Annual Convention & Exhibition 2004
                                                                               Indonesian Association of Geologist
                                                                    Horizon Hotel, 29-30 Nov, 1 Dec 2004, Bandung




Diskusi
Dari karakteristik sedimentologi menunjukkan conto coring yang diambil di Pulau
Nubi mencerminkan proses pasang surut. Karakteristik ichnologi yang berkembang
indeks bioturbasi 2-4, distribusi yang tidak teratur, dominasi ichnofasies morfologi
vertikal mencerminkan variasi kondisi lingkungan. Mulai meningkatnya variasi
ichnofasies Cruziana dengan munculnya Rosselia dan Helminthopsis di Nubi-2
(Gambar. 6) dipercaya sebagai petunjuk penting terdapat pengaruh asal laut
(Pemberton, dkk., 1992). Hal ini didukung pula dengan posisi Nubi-2 yang langsung
berhadapan dengan laut terbuka (Gambar. 7). Dalam profil vertikal Nubi-2 siklus
coarsening upward diikuti pula dengan perubahan dari gabungan ichnofasies
Skolithos (dominan) dan Cruziana menjadi ichnofasies Skolithos saja. Perubahan
indeks bioturbasi berubah menjadi lebih rendah dan tajam (dari indeks 4 ke 2)
mengindikasikan fluktuasi kondisi lingkungan yang tinggi.
Rendahnya indeks bioturbasi di GTSL Tunu berkaitan dengan proses pasang surut
energi tinggi yang dominan, hal ini dapat juga dilihat dari karakteristik
sedimentologinya.

4. Ichnologi Endapan Estuarine Tidal Bar (Pulau Lantang)
Ichnologi
Secara umum karakteristik ichnologi endapan estuarine tidal bar adalah:
    • Indeks dan diversitas relatif merata. Indeksnya bervariasi yaitu 2,3 dan 4.
       Diversitas    ichnofasies    Skolithos     dan     Cruziana     masing-masing
       direpresentasikan oleh 5 ichnogenera.
    • Distribusinya lebih teratur.
    • Ukuran diameter burrow umumnya lebih seragam.
    • Ichnofasies berkarakter vertikal (ichnofasies Skolithos) baik dengan penebalan
       dinding atau tanpa penebalan dinding (ichnofasies Glossifungites) sebanding
       dengan ichnofasies berkarakter horisontal (ichnofasies Cruziana).

Ichnofasies Skolithos
Ichnofasies Skolithos direpresentasikan dengan Skolithos, Monocraterion,
Siponichnus, escaping traces dan crawling traces. Diversitas dan indeks ichnofasies
Skolithos di Pulau Lantang ini lebih rendah dibandingkan dengan di Pulau Nubi.
Perbandingannya dengan di dalam endapan distributary channel di bagian selatan
Delta Mahakam Modern menunjukkan diversitas yang relatif sama walaupun
indeksnya relatif lebih rendah.

Ichnofasies Psilonichnus
Ichnofasies Psilonichnus direpresentasikan dengan Psilonichnus dan jejak kaki
burung. Secara umum indeks bioturbasi ichnofasies Psilonichnus rendah bila
dibandingkan dengan apa yang nampak di Pulau Datu.

Ichnofasies Cruziana
Ichnofasies Cruziana direpresentasikan oleh Teichichnus, Planolites, Chondrites,
Paleodictyon dan grazing traces. Diversitas ichnofasies Cruziana relatif sama dengan
seperti di Pulau Nubi dan lebih tinggi daripada di dalam endapan distributary
channel. Namun indeksnya lebih tinggi dibandingkan dengan endapan tidal bar di
Pulau Nubi dan endapan distributary channel.


                                                                                                               6
Convention Bandung 2004 (CB2004)
                                                            rd
                                                   The 33        Annual Convention & Exhibition 2004
                                                                               Indonesian Association of Geologist
                                                                    Horizon Hotel, 29-30 Nov, 1 Dec 2004, Bandung



Ichnofasies Glossifungites
Ichnofasies Glossifungites direpresentasikan dengan Skolithos (Gambar. 8 dan 9),
Arenicolites dan Thallasinoides. Dibandingkan dengan perkembangannya di dalam
endapan tidal bar di Pulau Nubi dan endapan distributary channel maka ichnofasies
Glossifungites disini mempunyai nilai indeks dan diversitas paling tinggi.
Karakteristik ichnfasies Glossifungites yang berkembang adalah vertikal, terbuka dan
tanpa penebalan dinding serta membentuk suatu koloni yang luas.
Diskusi
Posisi Pulau Lantang yang terletak di bagian hulu dari estuarine channel
mengindikasikan kondisi lingkungan pengendapan yang sangat dipengaruhi oleh
proses pasang surut. Dengan demikian kemungkinan besar makanan hanya berasal
dari satu sumber saja yaitu dari laut. Nilai indeks dan diversitas yang cukup besar,
serta ukuran burrow dalam satu ichnofasies relatif sama merefleksikan kondisi
lingkungan yang seimbang dan cocok bagi perkembangan organisme.

Analisis sedimentologi dalam conto coring di Pulau Lantang menunjukkan arus dua
arah yang merefleksikan arus pasang surut yang simetri. Proses seperti ini
memungkinkan supplai makanan berasal dari dua arah baik dari darat maupun dari
laut. Hal ini didukung pulan dengan posisinya yang dekat dengan pertemuan antara
arus fluvial dan tidal. Dengan demikian indeks dan diversitas bioturbasi cukup tinggi
terdapat keseimbangan antara jumlah ichnofasies suspension feeders dan deposit
feeders.

Ichnofasies Glossifungites merupakan jejak organisme yang mensyaratkan kepada
tipe substrat yang firmground (Gambar. 10). Karena sifatnya yang kohesif,
firmground memenuhi syarat sebagai media bagi organisme untuk membuat burrow
yang terbuka, tidak ada penebalan dinding, dan akan mencegah dari runtuhan
dibandingkan dengan tipe substrat yang softground. Firmground di Delta Mahakam
Modern diduga terjadi sebagai akibat sedimen yang mengalami pembebanan,
kompaksi dan dewatering atau subaerial exposure. Proses-proses tersebut dapat
terjadi sebagai akibat baik oleh proses autosiklik maupun allosiklik. Proses
pembebanan, kompaksi dan dewatering atau subaerial exposure adalah proses yang
umum terjadi di lingkungan deltaik. Ichnofasies Glossifungites (Skolithos,
Arenicolites, dan Thallasinoides) berasosiasi dengan ichnofasies Cruziana
(Teichichnus, Planolites, Chondrites, dan Cruziana). Hubungan kedua ichnofasies ini
mengisyaratkan adanya hiatus sedimentasi.

Implikasi dari karakterisasi ichnofasies Glossifungites ini dalam kaitannya dengan
konsep stratigrafi sekuen adalah: ichnofasies Glossifungites tidak terbatas hanya
sebagai batas sekuen (MacEachern, dkk., 1999) tapi juga dapat dijadikan sebagai
petunjuk kondisi lingkungan pengendapan. Bila dijadikan sebagai batas sekuen
maka zona Glossifungites ini harus dapat memenuhi kaidah hukum Walther, dapat
diidentifikasi dan dipetakan (Gingras, dkk., 2000). Fakta di lapangan menunjukkan
bahwa distribusi ichnofasies Glossifungites terlokalisir.

5. Ichnologi Estuarine Tidal Mouth Bar (Muara Kaeli)
Ichnologi
Secara umum karakteristik ichnologi endapan
    • Indeks dan diversitas relatif sama dengan di tidal bar Pulau Lantang.
       Indeksnya bernilai 2, 3 dan 4. Diversitas ichnofasies Skolithos

                                                                                                               7
Convention Bandung 2004 (CB2004)
                                                             rd
                                                    The 33        Annual Convention & Exhibition 2004
                                                                                Indonesian Association of Geologist
                                                                     Horizon Hotel, 29-30 Nov, 1 Dec 2004, Bandung



       direpresentasikan oleh 5 ichnogenera. Ichnofasies Cruziana direpresentasikan
       dengan 4 ichnogenera. Ke arah distal diversitas ichnofasies Skolithos
       berkurang sementara diversitas ichnofasies Cruziana bertambah.
   •   Distribusinya lebih teratur.
   •   Ukuran diameter burrow umumnya lebih seragam.
   •   Ichnofasies berkarakter vertikal (ichnofasies Skolithos) baik dengan penebalan
       dinding atau tanpa penebalan dinding (ichnofasies Glossifungites) sebanding
       dengan ichnofasies berkarakter horisontal (ichnofasies Cruziana).
   •   Secara umum morfologi ichnofasies Glossifungites lebih kompleks
       dibandingkan dengan keberadaan ichnofasies Glossifungites di lingkungan
       pengendapan yang lain.

Ichnofasies Psilonichnus
Ichnofasies Psilonichnus direpresentasikan oleh Psilonichnus dan jejak kaki burung.
Ichnofasies ini hanya berkembang di bagian intertidal sand flat. Ichnofasies
Psilonichnus ini hanya berkembang di bagian intertidal sandflat saja.

Ichnofasies Skolithos
Ichnofasies Skolithos direpresentasikan oleh Skolithos, Ophiomorpha, Paleophycus
dan Monocraterion dan crawling traces. Skolithos dan Ophiomorpha beserta crawling
traces hanya berkembang di bagian intertidal sandflat sementara Paleophycus dan
Monocraterion berkembang di bagian subtidal sandflat. Kearah distal diversitas
ichnofasies Skolithos berkurang.

Ichnofasies Cruziana
Ichnofasies Cruziana direpresentasikan oleh Teichichnus, Planolites, Chondrites,
Helminthopsis dan grazing traces. selain grazing traces yang disebutkan terakhir,
keempat ichnogenera yang lain hanya berkembang di bagian subtidal mudflat.
Hanya satu ichnogenera yang dijumpai di intertidal sandflat. Ke arah distal diversitas
ichnofasies Cruziana mengalami peningkatan secara drastis.

Ichnofasies Glossifungites
Ichnofasies Glossifungites direpresentasikan oleh Diplocraterion, Gyrolithes dan
Skolithos (Gambar. 11). Karakteristik ichnofasies Glossifungites yang berkembang di
sini sangat berbeda dengan di Muara Jawa ataupun GTSL-Tunu. Di Muara Kaeli-2
morfologi ichnofasies Glossifungites lebih kompleks dan indeks bioturbasinyapun
lebih tinggi. Gyrolithes sebagai bagian dari ichnofasies Glossifungites telah
dikemukakan pula oleh Buatois, dkk (2001). Gyrolithes sebagai penciri penting
lingkungan air payau telah dijelaskan oleh Pemberton & Wightman (1992).

Diskusi

Posisi Muara Kaeli yang terletak di bagian muara dari estuarine channel
mengindikasikan kondisi lingkungan pengendapan yang sangat dipengaruhi oleh
proses pasang surut. Analisis sedimentologi menunjukkan arus satu arah yang
merefleksikan arus pasang surut yang asimetri. Dengan demikian kemungkinan
besar makanan hanya berasal dari satu sumber saja yaitu dari laut. Nilai indeks dan
diversitas yang cukup besar, serta ukuran burrow dalam satu ichnofasies relatif sama
merefleksikan kondisi lingkungan yang seimbang dan cocok bagi perkembangan
organisme.

                                                                                                                8
Convention Bandung 2004 (CB2004)
                                                            rd
                                                   The 33        Annual Convention & Exhibition 2004
                                                                               Indonesian Association of Geologist
                                                                    Horizon Hotel, 29-30 Nov, 1 Dec 2004, Bandung



Karakteristik ichnologi yang penting juga adalah perubahan indeks dan diversitas ke
arah distal (Gambar 12). Karakter ini mencerminkan juga perubahan kondisi
lingkungan, dimana hal ini ditandai dengan diversitas ichnofasies Cruziana yang
semakin bertambah dan perubahan dari kombinasi ichnofasies Psilonichnus-
Skolithos pada lingkungan intertidal lower delta plain ke ichnofasies Skolithos pada
lingkungan subtidal delta front.

6. Ichnologi Distributary Mouth Bar
Ichnologi
Secara umum karakteristik ichnologi endapan distributary mouth bar adalah:
    • Indeks dan diversitas bioturbasi relatif rendah. Namun bila dibandingkan
       antara distributary mouth bar Tanjung Panjilatan dan Muara Bujit, maka indeks
       dan diversitas bioturbasi di Muara Bujit lebih tinggi.
    • Distribusinya tidak teratur (acak).
    • Ukuran diameter burrow tidak seragam
    • Ichnofasies berkarakter energi tinggi lebih dominan dibandingkan dengan
       ichnofasies energi rendah.

Ichnofasies Skolithos
Ichnofasies Skolithos direpresentasikan oleh Skolithos, Ophiomorpha, dan crawling
traces. Indeks dan diversitas relatif rendah, antara indeks 2-3. Walaupun di Muara
Bujit dijumpai dwelling tubes dengan indeks yang sangat tinggi namun diversitasnya
rendah sekali.

Ichnofasies Cruziana
Ichnofasies Cruziana direpresentasikan dengan berkembangnya struktur grazing,
struktur grazing yang berasosiasi dengan struktur crawling, serta fecal casting.

Diskusi
Studi sedimentologi dalam conto coring Tanjung Panjilatan mengindikasikan
dominasi proses fluvial dengan pengaruh proses gelombang (Gambar. 13).
Karakteristik ichnologi yang rendah sangat mungkin diakibatkan oleh pengaruh fluvial
yang dominan dan kombinasi gelombang seperti yang terjadi di endapan distributary
channel. Sementara di Muara Bujit menunjukkan dominasi proses fluvial dengan
pengaruh proses pasang surut dan gelombang. Karakter ichnologi yang berkembang
dengan indeks dan diversitas yang rendah tidak lepas dari pengaruh proses fluvial
yang dominan. Walaupun dibagian belakang distributary mouth bar Muara Bujit
menunjukkan indeks yang cukup tinggi (Gambar. 14), namun kenyataannya hanya
dikoloni oleh organisme dengan dwelling tubes atau Skolithos.

Berbeda dengan di Muara Ilu dimana indeks bioturbasi cukup tinggi dibandingkan di
Tanjung Panjilatan dan Muara Bujit. Karakteristik sedimentologi di Muara Ilu
mengisyaratkan kontrol proses pasang surut dan gelombang yang dominan.
Terdamparnya pohon nipah sebesar rumah hanya bisa ditransport dengan energi
tinggi (pada saat badai). Di sini juga dijumpai banyak sekali akumulasi moluska
dalam keadaan utuh yang merupakan cikal bakal terumbu karang. Karakter ichnologi
yang berkembang hanya didominasi oleh ichnofasies Skolithos dan kadang-kadang
terdapat ichnofasies Psilonichnus. Dominasi morfologi ichnofasies suspension
feeders menunjukkan kondisi energi sedimentasi yang tinggi.


                                                                                                               9
Convention Bandung 2004 (CB2004)
                                                            rd
                                                   The 33        Annual Convention & Exhibition 2004
                                                                               Indonesian Association of Geologist
                                                                    Horizon Hotel, 29-30 Nov, 1 Dec 2004, Bandung



KESIMPULAN
  • Karakteristik ichnologi sangat dipengaruhi oleh interaksi proses sedimentologi
     yang bekerja dalam sistem pengendapan delta yaitu proses fluvial, pasang
     surut dan gelombang.
  • Dalam satu sistem pengendapan delta Mahakam Modern terdapat perbedaan
     intensitas proses sedimentasi yang bekerja. Gejala ini ditunjukkan pula
     dengan perbedaan karakteristik ichnologi yang berkembang.
  • Optimalisasi informasi dan karakterisasi ichnologi akan mempertajam dalam
     proses analisis fasies delta bila diintegrasikan dengan data sedimentologi
     rinci. Jika hanya menggunakan ichnologi sebagai satu-satunya “tool” maka
     akan membiaskan dan menimbulkan interpretasi yang terlalu umum.


UCAPAN TERIMAKASIH
Pemikiran-pemikiran yang dituangkan dalam paper ini berasal dari diskusi langsung
dengan Dr. Ir. Andang Bachtiar, M.Sc (GDA) dan Dr. Ir. Djuhaeni (ITB), dan F.
Lafont, Ph.D (TOTAL Indonesie). Secara khusus penulis ucapkan terimakasih
kepada rekan sejawat: Andri Akbar (ITB) dan Cepi Irawan (GDA Daya Ayfedha),
Hendra (TOTAL), dan Agus (Calmarine) yang tiada lelah membantu dalam akuisisi
data di lapangan. Team DKS TOTAL Indonesie: pak Harsono dan pak Aspani yang
telah mempermudah fasilitas logistik selama di lapangan. Kami juga mengucapkan
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada TOTAL Indonesie dan GDA Daya
Ayfedha atas dukungan logistik dan finansial selama di lapangan dan tahap analisis.

DAFTAR PUSTAKA
Allen, G.P dan Chambers, J.L.C., 1998, Sedimentation in the Modern and Miocene
Mahakam Delta, IPA.

Allen, G.P dan Mercier, F., 1994, Reservoir facies and geometry in mixed tide and
fluvial dominated delta mouth bars: example from modern Mahakam Delta (East
Kalimantan), Proc. IPA, Twenty Third Annual Convention, October, 1994).
Allen, G.P., Laurier, D., and Thouvenin, J., 1976, Sediment Distribution Patterns in
the Modern Mahakam Delta; publication of the Fifth Annual Convention, IPA, Jakarta,
June 1976.

Arifullah, E., in prep, M.Sc Thesis, Departemen Teknik Geologi, Institut Teknologi
Bandung.

Buatois, L.A, Netto, R., and Mangano, G, 2001. Application Of Ichnologic Studies To
Paleoenvironmental And Sequence-Stratigraphic Analyses Of Permian Marginal- To
Shallow-Marine Coal-Bearing Successions Of The Parana Basin, Brazil, AAPG
Bulletin, Vol. 85 (2001), No. 13. (Supplement), AAPG Annual Meeting Denver,
Colorado.

Chambers, J.L.C., & Daley, T.E., 1995, A Tectonic Model for The Onshore Kutai
Basin, East Kalimantan, Based on An Integrated Geological and Geophysical
Interpretation, Proceedings of Indonesian Petroleum Association, 24th. Annual
Convention, Jakarta Indonesia, p. 111 - 128.



                                                                                                             10
Convention Bandung 2004 (CB2004)
                                                         rd
                                                The 33        Annual Convention & Exhibition 2004
                                                                            Indonesian Association of Geologist
                                                                 Horizon Hotel, 29-30 Nov, 1 Dec 2004, Bandung



Droser, M.L and Bottjer, D.J., 1986. A Semiquantitative Field Classification of
Ichnofabric. Journal of Sedimentary Petrology, 56: 558-559.
Gingras, M.K., Pemberton, S.G and Saunders, T., 2000, Firmness Profiles
Associated With Tidal Creek Deposit: The Temporal Significance of Glossifungites
Assemblages, Journal of Sedimentary Research, vol. 70, No.5, Septembar, 2000, p.
1017-1025.

Pemberton, S.G and Wightman, D.M., 1992, Ichnologic Characteristic of brackish
water deposit, dalam: Application of Ichnology to Petroleum Exploration: A Core
Workshop. SEPM core workshop no. 17, S.G. Pemberton (ed), p. 141 – 167.

MacEachern, J.A., Zaitlin, B.A and Pemberton, S.G., 1999, A Sharp-Based
Sandstone of The Viking Formation, Jofre Field, Alberta, Canada: Criteria For
Recognation of Trasgressive Incised Shoreface Complexes, Journal of Sedimentary
Research, vol. 69, No.4, July, 1999, p. 876-892.




                                                                                                          11
Convention Bandung 2004 (CB2004)
                                                             rd
                                                    The 33        Annual Convention & Exhibition 2004
                                                                                Indonesian Association of Geologist
                                                                     Horizon Hotel, 29-30 Nov, 1 Dec 2004, Bandung




                                                Tanjung Panjilatan




                                                                   Muara Kaeli-2




                                                        Muara Kaeli-1



                                Lantang 1 & 2
                                                                             Muara Ilu


                                                              GTSL-Tunu




                                                 Nubi 1,2,3 & 4

                                 Pulau Datu
               Muara Pegah

 Muara Jawa
                                                                   Muara Bujit




                Pulau Bukuan




Gambar.1 Lokasi Penelitian di Delta Mahakam Modern




                                                                                                              12
Convention Bandung 2004 (CB2004)
                                                        rd
                                               The 33        Annual Convention & Exhibition 2004
                                                                           Indonesian Association of Geologist
                                                                Horizon Hotel, 29-30 Nov, 1 Dec 2004, Bandung




                         Delta Mahakam Modern

Gambar.2 Posisi Delta Mahakam Modern dalam elemen tektonik Pulau Kalimantan




                                                                                                         13
Convention Bandung 2004 (CB2004)
                                                            rd
                                                   The 33        Annual Convention & Exhibition 2004
                                                                               Indonesian Association of Geologist
                                                                    Horizon Hotel, 29-30 Nov, 1 Dec 2004, Bandung




                                                                 Delta Mahakam Modern




Gambar.3 Posisi Delta Mahakam dalam klasifikasi delta Galloway (1975)




                                                                                                             14
Convention Bandung 2004 (CB2004)
         rd
The 33        Annual Convention & Exhibition 2004
                            Indonesian Association of Geologist
                 Horizon Hotel, 29-30 Nov, 1 Dec 2004, Bandung




                                                  Gambar.4 Model endapan dan karakteristik ichnologi distributary channel di Pulau Datu




                                                                                                                                          15
Convention Bandung 2004 (CB2004)
         rd
The 33        Annual Convention & Exhibition 2004
                            Indonesian Association of Geologist
                 Horizon Hotel, 29-30 Nov, 1 Dec 2004, Bandung




                                                 Gambar.5 Model endapan dan karakteristik ichnologi distributary channel di Muara Jawa




                                                                                                                                         16
Convention Bandung 2004 (CB2004)
         rd
The 33        Annual Convention & Exhibition 2004
                            Indonesian Association of Geologist
                 Horizon Hotel, 29-30 Nov, 1 Dec 2004, Bandung




                                                  Gambar.6 Model endapan dan karakteristik ichnologi tidal bar-interdistributary bay di Nubi-2




                                                                                                                                                 17
Convention Bandung 2004 (CB2004)
         rd
The 33        Annual Convention & Exhibition 2004
                            Indonesian Association of Geologist
                 Horizon Hotel, 29-30 Nov, 1 Dec 2004, Bandung




                                                 Gambar.7 Model tiga dimensi endapan dan distribusi ichnofasies tidal bar-interdistributary bay di Nubi




                                                                                                                                                          18
Convention Bandung 2004 (CB2004)
         rd
The 33        Annual Convention & Exhibition 2004
                            Indonesian Association of Geologist
                 Horizon Hotel, 29-30 Nov, 1 Dec 2004, Bandung




                                                  Gambar.8 Model endapan dan karakteristik ichnologi tidal bar estuarine channel di Pulau Lantang-2




                                                                                                                                                      19
Convention Bandung 2004 (CB2004)
         rd
The 33        Annual Convention & Exhibition 2004
                            Indonesian Association of Geologist
                 Horizon Hotel, 29-30 Nov, 1 Dec 2004, Bandung




                                                          20
Convention Bandung 2004 (CB2004)
                                                                                rd
                                                                       The 33        Annual Convention & Exhibition 2004
                                                                                                   Indonesian Association of Geologist
                                                                                        Horizon Hotel, 29-30 Nov, 1 Dec 2004, Bandung




Gambar. 9 Model lateral dan distribusi ichnofasies endapan tidal bar estuarine channel di Pulau Lantang




                                                                                                                                 21
Convention Bandung 2004 (CB2004)
                         rd
                The 33        Annual Convention & Exhibition 2004
                                            Indonesian Association of Geologist
                                 Horizon Hotel, 29-30 Nov, 1 Dec 2004, Bandung




A
    Gambar. 10. Ichnofasies Glossifungites
    (A)    Skolithos,
    (B)    Thallasinoides




B


                                                                          22
Convention Bandung 2004 (CB2004)
         rd
The 33        Annual Convention & Exhibition 2004
                            Indonesian Association of Geologist
                 Horizon Hotel, 29-30 Nov, 1 Dec 2004, Bandung




                                                     Gambar.10 Model endapan dan karakteristik ichnologi tidal mouth bar estuarine channel di Pulau Datu




                                                                                                                                                           23
Convention Bandung 2004 (CB2004)
                                                                              rd
                                                                     The 33        Annual Convention & Exhibition 2004
                                                                                                 Indonesian Association of Geologist
                                                                                      Horizon Hotel, 29-30 Nov, 1 Dec 2004, Bandung




Gambar. 11 Model lateral dan distribusi ichnofasies endapan tidal mouth bar estuarine channel di Muara Kaeli




                                                                                                                               24
Convention Bandung 2004 (CB2004)
                                                                             rd
                                                                    The 33        Annual Convention & Exhibition 2004
                                                                                                Indonesian Association of Geologist
                                                                                     Horizon Hotel, 29-30 Nov, 1 Dec 2004, Bandung




Gambar. 12 Model endapan dan karakteristik ichnologi distributary mouth bar di Tanjung Panjilatan




                                                                                                                              25
Convention Bandung 2004 (CB2004)
                                                                                  rd
                                                                         The 33        Annual Convention & Exhibition 2004
                                                                                                     Indonesian Association of Geologist
                                                                                          Horizon Hotel, 29-30 Nov, 1 Dec 2004, Bandung




Gambar. 13 Model lateral, struktur sedimen permukaan dan distribusi ichnofasies endapan distributary mouth bar
di Muara Bujit.




                                                                                                                                   26

More Related Content

What's hot

005. bab 3. survey pendahuluan
005. bab 3. survey pendahuluan005. bab 3. survey pendahuluan
005. bab 3. survey pendahuluanHandaka Sugito
 
Aplikasi well logging dalam evaluas1
Aplikasi well logging dalam evaluas1Aplikasi well logging dalam evaluas1
Aplikasi well logging dalam evaluas1Muh Fajri Salam
 
Fasies sedimen Kuarter berpotensi likuifaksi Pesisir Kota Padang
Fasies sedimen Kuarter berpotensi likuifaksi Pesisir Kota PadangFasies sedimen Kuarter berpotensi likuifaksi Pesisir Kota Padang
Fasies sedimen Kuarter berpotensi likuifaksi Pesisir Kota PadangPrahara Iqbal
 
Teknik Eksplorasi Tambang
Teknik Eksplorasi TambangTeknik Eksplorasi Tambang
Teknik Eksplorasi Tambangnyongker29
 
Kisi-Kisi Soal UAS Geografi kelas X-Semester Ganjil-2012/2013-SMA Negeri 3 Lu...
Kisi-Kisi Soal UAS Geografi kelas X-Semester Ganjil-2012/2013-SMA Negeri 3 Lu...Kisi-Kisi Soal UAS Geografi kelas X-Semester Ganjil-2012/2013-SMA Negeri 3 Lu...
Kisi-Kisi Soal UAS Geografi kelas X-Semester Ganjil-2012/2013-SMA Negeri 3 Lu...Amanda Karunia
 
Kisi-kisi soal Geografi
Kisi-kisi soal GeografiKisi-kisi soal Geografi
Kisi-kisi soal GeografiIneu Handayani
 
Metode Geofisika
Metode GeofisikaMetode Geofisika
Metode Geofisikakeynahkhun
 
Bahan presentase proposal final
Bahan presentase proposal finalBahan presentase proposal final
Bahan presentase proposal finalMukhtar Lutfie
 
Pengantar oseanografi
Pengantar oseanografiPengantar oseanografi
Pengantar oseanografinaufalulhaq2
 
ANALISIS PETROFISIKA MENGGUNAKAN IP
ANALISIS PETROFISIKA MENGGUNAKAN IPANALISIS PETROFISIKA MENGGUNAKAN IP
ANALISIS PETROFISIKA MENGGUNAKAN IPFenty Maretta
 
Tambang STTNAS _ Mata Kuliah Batubara_Semester IV Coal sttnas supandi_2014_02...
Tambang STTNAS _ Mata Kuliah Batubara_Semester IV Coal sttnas supandi_2014_02...Tambang STTNAS _ Mata Kuliah Batubara_Semester IV Coal sttnas supandi_2014_02...
Tambang STTNAS _ Mata Kuliah Batubara_Semester IV Coal sttnas supandi_2014_02...Mario Yuven
 
Teknik eksplorasi_chapter 1_eksplorasi langsung
Teknik eksplorasi_chapter 1_eksplorasi langsungTeknik eksplorasi_chapter 1_eksplorasi langsung
Teknik eksplorasi_chapter 1_eksplorasi langsungheny novi
 

What's hot (16)

005. bab 3. survey pendahuluan
005. bab 3. survey pendahuluan005. bab 3. survey pendahuluan
005. bab 3. survey pendahuluan
 
Aplikasi well logging dalam evaluas1
Aplikasi well logging dalam evaluas1Aplikasi well logging dalam evaluas1
Aplikasi well logging dalam evaluas1
 
Fasies sedimen Kuarter berpotensi likuifaksi Pesisir Kota Padang
Fasies sedimen Kuarter berpotensi likuifaksi Pesisir Kota PadangFasies sedimen Kuarter berpotensi likuifaksi Pesisir Kota Padang
Fasies sedimen Kuarter berpotensi likuifaksi Pesisir Kota Padang
 
Teknik Eksplorasi Tambang
Teknik Eksplorasi TambangTeknik Eksplorasi Tambang
Teknik Eksplorasi Tambang
 
Kisi-Kisi Soal UAS Geografi kelas X-Semester Ganjil-2012/2013-SMA Negeri 3 Lu...
Kisi-Kisi Soal UAS Geografi kelas X-Semester Ganjil-2012/2013-SMA Negeri 3 Lu...Kisi-Kisi Soal UAS Geografi kelas X-Semester Ganjil-2012/2013-SMA Negeri 3 Lu...
Kisi-Kisi Soal UAS Geografi kelas X-Semester Ganjil-2012/2013-SMA Negeri 3 Lu...
 
Kisi-kisi soal Geografi
Kisi-kisi soal GeografiKisi-kisi soal Geografi
Kisi-kisi soal Geografi
 
Metode Geofisika
Metode GeofisikaMetode Geofisika
Metode Geofisika
 
Bahan presentase proposal final
Bahan presentase proposal finalBahan presentase proposal final
Bahan presentase proposal final
 
Eksplorasi Emas
Eksplorasi EmasEksplorasi Emas
Eksplorasi Emas
 
Eksplorasi geokimia
Eksplorasi geokimiaEksplorasi geokimia
Eksplorasi geokimia
 
Pengantar oseanografi
Pengantar oseanografiPengantar oseanografi
Pengantar oseanografi
 
ANALISIS PETROFISIKA MENGGUNAKAN IP
ANALISIS PETROFISIKA MENGGUNAKAN IPANALISIS PETROFISIKA MENGGUNAKAN IP
ANALISIS PETROFISIKA MENGGUNAKAN IP
 
Tambang STTNAS _ Mata Kuliah Batubara_Semester IV Coal sttnas supandi_2014_02...
Tambang STTNAS _ Mata Kuliah Batubara_Semester IV Coal sttnas supandi_2014_02...Tambang STTNAS _ Mata Kuliah Batubara_Semester IV Coal sttnas supandi_2014_02...
Tambang STTNAS _ Mata Kuliah Batubara_Semester IV Coal sttnas supandi_2014_02...
 
Teknik eksplorasi_chapter 1_eksplorasi langsung
Teknik eksplorasi_chapter 1_eksplorasi langsungTeknik eksplorasi_chapter 1_eksplorasi langsung
Teknik eksplorasi_chapter 1_eksplorasi langsung
 
Laporan Pengindraan Jauh
Laporan Pengindraan JauhLaporan Pengindraan Jauh
Laporan Pengindraan Jauh
 
ANALISA EKSPLORASI PERTAMBANGAN EMAS
ANALISA EKSPLORASI PERTAMBANGAN EMAS ANALISA EKSPLORASI PERTAMBANGAN EMAS
ANALISA EKSPLORASI PERTAMBANGAN EMAS
 

Viewers also liked

Kritik thd pendidikan 1
Kritik thd pendidikan 1Kritik thd pendidikan 1
Kritik thd pendidikan 1Ery Arifullah
 
Steve jobs follow your heart
Steve jobs follow your heartSteve jobs follow your heart
Steve jobs follow your heartEry Arifullah
 
Once upon a time in tokyo
Once upon a time in tokyoOnce upon a time in tokyo
Once upon a time in tokyoEry Arifullah
 
Sequence stratigraphy & ichnology
Sequence stratigraphy & ichnologySequence stratigraphy & ichnology
Sequence stratigraphy & ichnologyEry Arifullah
 
Steve jobs follow your heart
Steve jobs follow your heartSteve jobs follow your heart
Steve jobs follow your heartEry Arifullah
 
Kritik thd pendidikan 2
Kritik thd pendidikan 2Kritik thd pendidikan 2
Kritik thd pendidikan 2Ery Arifullah
 

Viewers also liked (7)

Kritik thd pendidikan 1
Kritik thd pendidikan 1Kritik thd pendidikan 1
Kritik thd pendidikan 1
 
Steve jobs follow your heart
Steve jobs follow your heartSteve jobs follow your heart
Steve jobs follow your heart
 
Once upon a time in tokyo
Once upon a time in tokyoOnce upon a time in tokyo
Once upon a time in tokyo
 
Sequence stratigraphy & ichnology
Sequence stratigraphy & ichnologySequence stratigraphy & ichnology
Sequence stratigraphy & ichnology
 
Steve jobs follow your heart
Steve jobs follow your heartSteve jobs follow your heart
Steve jobs follow your heart
 
Kritik thd pendidikan 2
Kritik thd pendidikan 2Kritik thd pendidikan 2
Kritik thd pendidikan 2
 
Kesadaran geologi
Kesadaran geologiKesadaran geologi
Kesadaran geologi
 

Similar to Ichnological characteristic of modern mahakam delta

33366-114418-1-PB.pdf
33366-114418-1-PB.pdf33366-114418-1-PB.pdf
33366-114418-1-PB.pdfUCAHFO1
 
Buku ajar karst_indonesia
Buku ajar karst_indonesiaBuku ajar karst_indonesia
Buku ajar karst_indonesialassak
 
Proposal kegiatan perencanaan pemboran
Proposal kegiatan perencanaan pemboranProposal kegiatan perencanaan pemboran
Proposal kegiatan perencanaan pemboranLeonardoSitorus
 
Tugas manajemen karst 1
Tugas manajemen karst 1Tugas manajemen karst 1
Tugas manajemen karst 1AllikaFadia
 
Rahmy slide geotek plano1
Rahmy slide geotek plano1Rahmy slide geotek plano1
Rahmy slide geotek plano1Rahmi Yunianti
 
Analisis fasies-dan-sikuen-stratigrafi-formasi-air
Analisis fasies-dan-sikuen-stratigrafi-formasi-airAnalisis fasies-dan-sikuen-stratigrafi-formasi-air
Analisis fasies-dan-sikuen-stratigrafi-formasi-airsubhanalfitrah
 
Potensi Watulimo, Trenggalek.pptx
Potensi Watulimo, Trenggalek.pptxPotensi Watulimo, Trenggalek.pptx
Potensi Watulimo, Trenggalek.pptxGustianRipi
 
DOC-20161009-WA000.ppt
DOC-20161009-WA000.pptDOC-20161009-WA000.ppt
DOC-20161009-WA000.pptHitamKaktus
 
Tugas batubara ii lingkungan dan bentuk endapan batubara, kalsifikasi dan jen...
Tugas batubara ii lingkungan dan bentuk endapan batubara, kalsifikasi dan jen...Tugas batubara ii lingkungan dan bentuk endapan batubara, kalsifikasi dan jen...
Tugas batubara ii lingkungan dan bentuk endapan batubara, kalsifikasi dan jen...Sylvester Saragih
 
KAJIAN POTENSI BIOAKTIF KARANG LUNAK (OCTORALLIA: ALCYONACEA) DI PERAIRAN KEP...
KAJIAN POTENSI BIOAKTIF KARANG LUNAK (OCTORALLIA: ALCYONACEA) DI PERAIRAN KEP...KAJIAN POTENSI BIOAKTIF KARANG LUNAK (OCTORALLIA: ALCYONACEA) DI PERAIRAN KEP...
KAJIAN POTENSI BIOAKTIF KARANG LUNAK (OCTORALLIA: ALCYONACEA) DI PERAIRAN KEP...Repository Ipb
 
FASIES & LINGKUNGAN PENGENDAPAN BATUAN KARBONAT FORMASI WONOSARI-LOKASI GOA P...
FASIES & LINGKUNGAN PENGENDAPAN BATUAN KARBONAT FORMASI WONOSARI-LOKASI GOA P...FASIES & LINGKUNGAN PENGENDAPAN BATUAN KARBONAT FORMASI WONOSARI-LOKASI GOA P...
FASIES & LINGKUNGAN PENGENDAPAN BATUAN KARBONAT FORMASI WONOSARI-LOKASI GOA P...wisnu saputra aji
 
STUDI MIKROFASIES DAN DIAGENESIS BATUAN KARBONAT DI DAERAH NAWUNGAN DAN SEKIT...
STUDI MIKROFASIES DAN DIAGENESIS BATUAN KARBONAT DI DAERAH NAWUNGAN DAN SEKIT...STUDI MIKROFASIES DAN DIAGENESIS BATUAN KARBONAT DI DAERAH NAWUNGAN DAN SEKIT...
STUDI MIKROFASIES DAN DIAGENESIS BATUAN KARBONAT DI DAERAH NAWUNGAN DAN SEKIT...Hidayat Muhammad
 
Kul infiltrasi 1
Kul infiltrasi 1Kul infiltrasi 1
Kul infiltrasi 1Ieke Ayu
 
Jurnal meikel, foraminifera
Jurnal meikel, foraminiferaJurnal meikel, foraminifera
Jurnal meikel, foraminiferaMeikel Sihombing
 
Diskusi Akhir Tondano.pptx
Diskusi Akhir Tondano.pptxDiskusi Akhir Tondano.pptx
Diskusi Akhir Tondano.pptxdenyainur
 
Rpi 5 pengelolaan_hutan_rawa_gambut
Rpi 5 pengelolaan_hutan_rawa_gambutRpi 5 pengelolaan_hutan_rawa_gambut
Rpi 5 pengelolaan_hutan_rawa_gambutwalhiaceh
 

Similar to Ichnological characteristic of modern mahakam delta (20)

Rancang bangun-struktur-biorok
Rancang bangun-struktur-biorokRancang bangun-struktur-biorok
Rancang bangun-struktur-biorok
 
33366-114418-1-PB.pdf
33366-114418-1-PB.pdf33366-114418-1-PB.pdf
33366-114418-1-PB.pdf
 
Buku ajar karst_indonesia
Buku ajar karst_indonesiaBuku ajar karst_indonesia
Buku ajar karst_indonesia
 
Proposal kegiatan perencanaan pemboran
Proposal kegiatan perencanaan pemboranProposal kegiatan perencanaan pemboran
Proposal kegiatan perencanaan pemboran
 
Tugas manajemen karst 1
Tugas manajemen karst 1Tugas manajemen karst 1
Tugas manajemen karst 1
 
Rahmy slide geotek plano1
Rahmy slide geotek plano1Rahmy slide geotek plano1
Rahmy slide geotek plano1
 
Analisis fasies-dan-sikuen-stratigrafi-formasi-air
Analisis fasies-dan-sikuen-stratigrafi-formasi-airAnalisis fasies-dan-sikuen-stratigrafi-formasi-air
Analisis fasies-dan-sikuen-stratigrafi-formasi-air
 
Potensi Watulimo, Trenggalek.pptx
Potensi Watulimo, Trenggalek.pptxPotensi Watulimo, Trenggalek.pptx
Potensi Watulimo, Trenggalek.pptx
 
DOC-20161009-WA000.ppt
DOC-20161009-WA000.pptDOC-20161009-WA000.ppt
DOC-20161009-WA000.ppt
 
Tugas batubara ii lingkungan dan bentuk endapan batubara, kalsifikasi dan jen...
Tugas batubara ii lingkungan dan bentuk endapan batubara, kalsifikasi dan jen...Tugas batubara ii lingkungan dan bentuk endapan batubara, kalsifikasi dan jen...
Tugas batubara ii lingkungan dan bentuk endapan batubara, kalsifikasi dan jen...
 
KAJIAN POTENSI BIOAKTIF KARANG LUNAK (OCTORALLIA: ALCYONACEA) DI PERAIRAN KEP...
KAJIAN POTENSI BIOAKTIF KARANG LUNAK (OCTORALLIA: ALCYONACEA) DI PERAIRAN KEP...KAJIAN POTENSI BIOAKTIF KARANG LUNAK (OCTORALLIA: ALCYONACEA) DI PERAIRAN KEP...
KAJIAN POTENSI BIOAKTIF KARANG LUNAK (OCTORALLIA: ALCYONACEA) DI PERAIRAN KEP...
 
FASIES & LINGKUNGAN PENGENDAPAN BATUAN KARBONAT FORMASI WONOSARI-LOKASI GOA P...
FASIES & LINGKUNGAN PENGENDAPAN BATUAN KARBONAT FORMASI WONOSARI-LOKASI GOA P...FASIES & LINGKUNGAN PENGENDAPAN BATUAN KARBONAT FORMASI WONOSARI-LOKASI GOA P...
FASIES & LINGKUNGAN PENGENDAPAN BATUAN KARBONAT FORMASI WONOSARI-LOKASI GOA P...
 
Paleogeomorfologi
PaleogeomorfologiPaleogeomorfologi
Paleogeomorfologi
 
STUDI MIKROFASIES DAN DIAGENESIS BATUAN KARBONAT DI DAERAH NAWUNGAN DAN SEKIT...
STUDI MIKROFASIES DAN DIAGENESIS BATUAN KARBONAT DI DAERAH NAWUNGAN DAN SEKIT...STUDI MIKROFASIES DAN DIAGENESIS BATUAN KARBONAT DI DAERAH NAWUNGAN DAN SEKIT...
STUDI MIKROFASIES DAN DIAGENESIS BATUAN KARBONAT DI DAERAH NAWUNGAN DAN SEKIT...
 
Kul infiltrasi 1
Kul infiltrasi 1Kul infiltrasi 1
Kul infiltrasi 1
 
Jurnal meikel, foraminifera
Jurnal meikel, foraminiferaJurnal meikel, foraminifera
Jurnal meikel, foraminifera
 
Presentasi tugas
Presentasi tugasPresentasi tugas
Presentasi tugas
 
Sidang Hanif wow.pptx
Sidang Hanif wow.pptxSidang Hanif wow.pptx
Sidang Hanif wow.pptx
 
Diskusi Akhir Tondano.pptx
Diskusi Akhir Tondano.pptxDiskusi Akhir Tondano.pptx
Diskusi Akhir Tondano.pptx
 
Rpi 5 pengelolaan_hutan_rawa_gambut
Rpi 5 pengelolaan_hutan_rawa_gambutRpi 5 pengelolaan_hutan_rawa_gambut
Rpi 5 pengelolaan_hutan_rawa_gambut
 

More from Ery Arifullah

Pola pikir gol 3 bag 1
Pola pikir gol 3 bag 1Pola pikir gol 3 bag 1
Pola pikir gol 3 bag 1Ery Arifullah
 
Sistem administrasi negara ri
Sistem administrasi negara riSistem administrasi negara ri
Sistem administrasi negara riEry Arifullah
 
Nasib kedaulatan ekonomi indonesia
Nasib kedaulatan ekonomi indonesiaNasib kedaulatan ekonomi indonesia
Nasib kedaulatan ekonomi indonesiaEry Arifullah
 
Tips dalam presentasi
Tips dalam presentasiTips dalam presentasi
Tips dalam presentasiEry Arifullah
 
Wawasan kebangsaan simple
Wawasan kebangsaan simpleWawasan kebangsaan simple
Wawasan kebangsaan simpleEry Arifullah
 
Kerucut pembelajaran
Kerucut pembelajaranKerucut pembelajaran
Kerucut pembelajaranEry Arifullah
 
Akar masalah korupsi dan pemberantasannya
Akar masalah korupsi dan pemberantasannyaAkar masalah korupsi dan pemberantasannya
Akar masalah korupsi dan pemberantasannyaEry Arifullah
 
Pola pikir sederhana
Pola pikir sederhanaPola pikir sederhana
Pola pikir sederhanaEry Arifullah
 
Finansial Independent
Finansial IndependentFinansial Independent
Finansial IndependentEry Arifullah
 

More from Ery Arifullah (14)

Pola pikir gol 3 bag 1
Pola pikir gol 3 bag 1Pola pikir gol 3 bag 1
Pola pikir gol 3 bag 1
 
Sistem administrasi negara ri
Sistem administrasi negara riSistem administrasi negara ri
Sistem administrasi negara ri
 
Korupsi gol 3
Korupsi gol 3Korupsi gol 3
Korupsi gol 3
 
Story telling
Story tellingStory telling
Story telling
 
Revolusi pola pikir
Revolusi pola pikirRevolusi pola pikir
Revolusi pola pikir
 
Nasib kedaulatan ekonomi indonesia
Nasib kedaulatan ekonomi indonesiaNasib kedaulatan ekonomi indonesia
Nasib kedaulatan ekonomi indonesia
 
Tips dalam presentasi
Tips dalam presentasiTips dalam presentasi
Tips dalam presentasi
 
Komunikasi efektif
Komunikasi efektifKomunikasi efektif
Komunikasi efektif
 
Wawasan kebangsaan simple
Wawasan kebangsaan simpleWawasan kebangsaan simple
Wawasan kebangsaan simple
 
Kerucut pembelajaran
Kerucut pembelajaranKerucut pembelajaran
Kerucut pembelajaran
 
Akar masalah korupsi dan pemberantasannya
Akar masalah korupsi dan pemberantasannyaAkar masalah korupsi dan pemberantasannya
Akar masalah korupsi dan pemberantasannya
 
Pola pikir sederhana
Pola pikir sederhanaPola pikir sederhana
Pola pikir sederhana
 
Finansial Independent
Finansial IndependentFinansial Independent
Finansial Independent
 
Aturan Main Berubah
Aturan Main BerubahAturan Main Berubah
Aturan Main Berubah
 

Ichnological characteristic of modern mahakam delta

  • 1. Convention Bandung 2004 (CB2004) rd The 33 Annual Convention & Exhibition 2004 Indonesian Association of Geologist Horizon Hotel, 29-30 Nov, 1 Dec 2004, Bandung ICHNOLOGICAL CHARACTERISTICS IN THE MODERN MAHAKAM DELTA, EAST KALIMANTAN Ery Arifullah 1), Andang Bachtiar 2), Djuhaeni 3) 1 Master Student, Department of Geology, ITB 2 GDA Consultant Jakarta 3 Department of Geology, ITB earifullah@plasa.com Abstract Detailed analysis of Modern Mahakam Delta sediments concentrated on identifying ichnological and sedimentological characteristics of four deltaic environments. These include: 1) distributary channel, which are typically low diversity and bioturbation index with displaying Psilonichnus, Skolithos, Ophiomorpha, Monocraterion, Teichichnus Arenicolites, Planolites, Thallasinoides, escaping traces, and Glossifungites ichnofacies; 2) estuarine tidal bar which are typically balanced diversity and bioturbation index with displaying Psilonichnus, Ophiomorpha, Arenicolites, Skolithos, Siponichnus, Monocraterion, Paleophycus, Helminthopsis, Teichichnus, Planolites, Chondrites, Paleodictyon, crawling traces, and vertebrate track; 3) interdistributary area which are typically medium diversity and high bioturbation index with displaying dominated Arenicolites, Ophiomorpha, Conichnus, Skolithos, Scaubcylindrichnus, Diplocraterion, Rosselia, Teichichnus, Chondrites; 4) mouth bar sediments are displaying Ophiomorpha, Planolites, grazing traces, crawling traces, fecal casting, and abundance dwelling tubes Skolithos like. Ichnological research in the Modern Mahakam Delta potentially improves our understanding of deltaic facies sedimentology. Our findings suggest that sedimentological processes, substrate types and salinity control ichnological characteristics. Abstrak Analisis detil sedimen-sedimen Delta Mahakam Modern dikhususkan pada identifikasi karakteristik ichnologi dan sedimentologi pada empat lingkungan pengendapan delta. Yang terdiri dari: 1) distributary channel, dimana secara tipikal indeks dan diversitas bioturbasi yang rendah yang ditunjukkan dengan perkembangan Psilonichnus, Skolithos, Ophiomorpha, Monocraterion, Teichichnus, Arenicolites, Planolites, Thallasinoides, escaping traces dan ichnofasies Glossifungites; 2) estuarine tidal bar yang secara tipikal berindeks dan diversitas bioturbasi yang seimbang dengan perkembangan Psilonichnus, Ophiomorpha, Arenicolites, Skolithos, Siponichnus, Monocraterion, Paleophycus, Helminthopsis, Teichichnus, Planolites, Chondrites, Paleodictyon, crawling traces dan vertebrate track; 3) area interdistributary secara tipikal mempunyai diversitas sedang dan indeks bioturbasi yang tinggi dengan perkembangan Arenicolites, Ophiomorpha, Conichnus, Skolithos, Scaubcylindrichnus, Diplocraterion, Rosselia, Teichichnus, dan Chondrites; 4) sedimen-sedimen mouth bar dicirikan dengan perkembangan Ophiomorpha, Planolites, grazing traces, crawling traces, fecal casting dan dwelling tubes seperti Skolithos yang sangat melimpah. 1
  • 2. Convention Bandung 2004 (CB2004) rd The 33 Annual Convention & Exhibition 2004 Indonesian Association of Geologist Horizon Hotel, 29-30 Nov, 1 Dec 2004, Bandung Penelitian ichnologi di Delta Mahakam Modern berpotensi dalam menambah pemahaman kita tentang fasies sedimentologi endapan deltaik. Penemuan kami menunjukkan bahwa proses sedimentologi, tipe substrat dan kontrol salinitas akan mengontrol karakteristik ichnologi. PENDAHULUAN Sistem delta merupakan sistem pengendapan yang paling produktif dalam menghasilkan hidrokarbon. Banyak sekali penelitian dilakukan untuk mengetahui stratigrafi internal dan proses yang bertanggung jawab terhadap pola transport dan pengendapan sedimen. Penelitian Delta Mahakam Modern pertama kali dilakukan oleh Allen, dkk., (1976). Penelitian ini merupakan studi pendahuluan mengenai tipe delta yang dipengaruhi oleh proses pasang surut dengan energi gelombang yang hampir nol. Dalam penelitian ini juga dijelaskan lebih detil mengenai karakteristik tiap lingkungan pengendapan di dalam lingkungan Delta Mahakam Modern. Penelitian ini terus berlanjut hingga tahun 1998 (Allen dan Chambers, dkk., 1998) yang secara umum menjelaskan mengenai karakteristik lingkungan pengendapan dan sekuen sedimen lingkungan delta modern dan perbandingannya terhadap delta-delta tipe fluvial dominated, wave influenced dan singkapan-singkapan Tersiernya. Dalam penelitiannya baik di Delta Mahakam Modern dan Miosen (Allen dan Chambers., 1998; Allen dan Mercier., 1994; Allen, dkk., 1976) mencatat adanya perkembangan karakteristik ichnologi. Tapi sayangnya mereka belum mendiskripsi morfologi, mengklasifikasi dan menghubungkannya terhadap faktor-faktor sedimentologi dan kondisi lingkungan pengendapan untuk kepentingan pemodelan fasies deltaik. Telah disadari bahwa hingga saat ini ichnologi masih belum dimanfaatkan secara optimal padahal terbukti ichnologi sangat praktis diaplikasikan di lapangan seperti halnya dengan sedimentologi. Hal inilah yang menjadi latar belakang utama dalam penelitian ini. METODE Empat belas conto coring telah diambil di Delta Mahakam (Gambar. 1). Tebal conto coring sedimen yang diambil berkisar 1 – 1,3 meter (Tabel.1). Lokasi pengambilan conto sedimen dapat dilihat dalam gambar.1. Dalam tahap analisis data seluruh conto coring dilakukan deskripsi sedimentologi dan ichnologi secara detil. Karakteristik sedimentologi: tekstur sedimen, struktur sedimen dan sebagainya kemudian dikelompokkan menjadi satu kelompok litofasies tertentu. Hal yang sama juga dilakukan dengan karakter ichnologi seperti: orientasi, burrow fill, burrow lining, dan penghitungan semikuantitatif yang mengacu pada klasifikasi Drosser dan Bottjer, (1986). Tabel 1. Daftar conto sedimen bawah permukaan Delta Mahakam modern. Lokasi yang diberi tanda bintang hanya dilakukan pengamatan sedimen-sedimen permukaan. Total Ketebalan No Nama Lokasi Jumlah kolom (cm) 1. Panjilatan 1 130 2. Pulau Lantang 2 230 3. Muara Kaeli I 1 120 4. Muara Kaeli II 1 130 2
  • 3. Convention Bandung 2004 (CB2004) rd The 33 Annual Convention & Exhibition 2004 Indonesian Association of Geologist Horizon Hotel, 29-30 Nov, 1 Dec 2004, Bandung 4. GTSL Tunu 1 110 5. Nubi 4 490 6. Pulau Datu 1 110 7. Muara Pegah 1 100 8. Pulau Bukuan 1 130 9. Muara Jawa 1 130 11. Muara Bujit*) - - 12. Muara Ilu *) - - 14 1680 GEOLOGI DELTA MAHAKAM MODERN Delta Mahakam terletak di sebelah timur Cekungan Kutai yang merupakan deposenter fluvial deltaik sejak Miosen Awal (Gambar. 2). Tektonik Tersier merupakan pengaruh penting dalam pembentukan geomorfologi dan hidrologi Sungai Mahakam. Pengangkatan jalur lipatan yang dimulai pada Miosen Tengah bagian awal (Chambers & Daley, 1995; Ferguson & McClay, 1997) menyebabkan sungai Mahakam menoreh antiklinorium Samarinda. Hal ini mengakibatkan sejak Miosen Tengah posisi deposenter delta Mahakam tetap terhadap pantai. Delta Mahakam sudah terbentuk sejak 5000 tahun yang lalu, dan masih terakumulasi sedimen-sedimen setebal 50 – 70 meter sebagai sistem delta regressive highstand yang downlap pada sedimen-sedimen sistem deltaik transgresi Holosen dan lowstand Pleistosen Akhir (Allen, dkk., 1979). Di dalam diagram segitiga Galloway, Delta Mahakam Modern merupakan contoh dari delta yang terbentuk oleh interaksi yang seimbang antara proses sungai dan pasang surut (Gambar 3). Namun demikian dalam kenyataannya bagian tertentu di delta Mahakam menunjukkan proses pasang surut dan mungkin gelombang di zona interdistributary bay dan zona abandoned delta bagian utara Delta Mahakam Modern. HASIL Hasil penting dalam penelitian ini adalah karakteristik ichnologi endapan Delta Mahakam Modern yang terdiri dari: 1. Ichnologi endapan distributary channel Karakterstik ichnologi dalam endapan distributary channel adalah: • Indeks dan diversitas sangat rendah, kecuali di Pulau Datu (Gambar. 4) dimana indeknya mencapai nilai 4 dan diversitas ichnofasies Skolithos direpresentasikan oleh 4 ichnogenera. Ichnofasies Cruziana sangat rendah dengan hanya direpresentasikan 2 ichnogenera. • Distribusinya tidak teratur (random) dan sederhana. • Ukuran diameter burrow umumnya sangat bervariasi. • Lebih didominasi oleh ichnofasies berkarakter vertikal baik dengan penebalan dinding atau tanpa penebalan dinding seperti ichnofasies Glossifungites (Gambar. 5) sebagai penciri kondisi energi tinggi. 3
  • 4. Convention Bandung 2004 (CB2004) rd The 33 Annual Convention & Exhibition 2004 Indonesian Association of Geologist Horizon Hotel, 29-30 Nov, 1 Dec 2004, Bandung Ichnofasies Psilonichnus Ichnofasies Psilonichnus direpresentasikan oleh Psilonichnus dan jejak kaki burung. Distribusinya sangat terbatas, dan hanya teramati pada permukaan sedimen di Pulau Datu. Jejak kaki burung yang berkembang bersama-sama dengan Psilonichnus merupakan petunjuk interaksi organisme predator dan yang dimangsa. Ichnofasies Skolithos Ichnofasies Skolithos yang teridentifikasi adalah: Skolithos, Arenicolites, Ophiomorpha, Monocraterion dan escaping traces. Distribusi ichnofasies Skolithos sangat bervariasi. Pada umumnya ichnogenera yang disebutkan di atas lebih terkonsentrasi dalam conto coring di Pulau Datu. Bahkan di Muara Jawa tidak dijumpai sama sekali ichnofasies Skolithos. Hal ini sangat kontras terhadap perkembangan ichnofasies Skolithos di Pulau Datu yang mempunyai indeks dan diversitas paling tinggi di antara endapan distributary channel yang lain. Ichnofasies Cruziana Secara umum diversitas ichnofasies Cruziana yang berkembang sangat rendah termasuk di Pulau Datu. Ichnofasies Cruziana ini direpresentasikan oleh Thallasinoides dan Planolites. Walaupun demikian indeks ichnofasies Cruziana tertinggi tetap dijumpai dalam conto coring di Pulau Datu. Di Pulau Datu ichnofasies Cruziana ini diperkaya pula dengan struktur biodepositional. Ichnofasies Glossifungites Ichnofasies Glossifungites hanya dijumpai dalam conto coring di Muara Jawa (Gambar. 5). Ichnofasies ini direpresentasikan dengan Skolithos dan Psilonichnus. Skolithos yang berkembang pada umumnya berdiameter 1-2 mm dan dengan penetrasi yang dalam. Ichnofasies Glossifungites dicirikan dengan morfologi vertikal, tanpa penebalan dinding, terbuka dan sering menunjukkan rona kemerahan di bagian dalam dindingnya. Diskusi Analisis sedimentologi menunjukkan conto coring yang diambil mencerminkan proses fluvial yang dominan dengan pengaruh proses pasang surut. Hal ini diperkuat dengan perkembangan karakteristik ichnologi yang sangat terbatas yakni indeks dan diversitas yang sangat rendah (rata-rata berindeks 2), distribusinya tidak teratur, sederhana, ukuran diameter burrow sangat bervariasi dan sangat didominasi oleh ichnofasies yang bermorfologi vertikal. Karakteristik ichnologi di atas sangat berbeda seperti apa yang teramati dalam conto coring dan permukaan sedimen di Pulau Datu. Karakteristik ichnologi di sini tetap didominasi oleh ichnofasies bermorfologi vertikal (Skolithos), namun yang menarik adalah indeksnya yang tinggi hingga mencapai 4. Berdasarkan karakteristik sedimentologi yang berkembang menunjukkan proses pasang surut telah memodifikasi cukup signifikan. Akibatnya kolonisasi organisme semakin intensif di Pulau Datu yang direfleksikan dengan tingginya indeks bioturbasi setempat. 4
  • 5. Convention Bandung 2004 (CB2004) rd The 33 Annual Convention & Exhibition 2004 Indonesian Association of Geologist Horizon Hotel, 29-30 Nov, 1 Dec 2004, Bandung 2. Ichnologi Tidal Channel – Muara Pegah Ichnologi Conto coring di Muara Pegah hanya teridentifikasi satu ichnogenera yakni Skolithos, dengan indeks yang sangat rendah. Sepanjang conto coring hanya terdapat satu individu saja. Diskusi Analisis sedimentologi menunjukkan proses pasang surut yang signifikan. Selain itu perkembangan struktur syn-sedimentary fault mengindikasikan proses sedimentasi yang cepat, kontrol slope pada tidal channel serta densitas sedimen yang tinggi akan memicu mekanisme gravity flow. Proses sedimentasi yang berlangsung menyebabkan lingkungan ini bukan tempat yang favorit bagi organisme sehingga indeks dan diversitas bioturbasi sangat rendah. Karakter ichnologi paling tidak dicerminkan dengan morfologi vertikal, kecil dan distribusinya sangat terbatas seperti yang terlihat dalam gambar IV.9. 3. Ichnologi Tidal Bar – Interdistributary Bay Ichnologi Secara umum karakteristik ichnologi dalam endapan tidal bar-interdistributary bay adalah: • Indeks dan diversitas lebih tinggi dibandingkan di distributary channel, kecuali di Nubi-2 (Gambar. 6) dimana indeksnya 2 dan 4 dan diversitas ichnofasies Skolithos direpresentasikan oleh 8 ichnogenera. Ichnofasies Cruziana direpresentasikan oleh 5 ichnogenera. • Distribusinya tidak teratur (random). • Ukuran diameter burrow umumnya lebih seragam. • Lebih didominasi oleh ichnofasies berkarakter vertikal baik dengan penebalan dinding atau tanpa penebalan dinding (ichnofasies Glossifungites) sebagai penciri kondisi energi tinggi. Ichnofasies Skolithos Ichnofasies Skolithos direpresentasikan oleh Arenicolites, Conichnus, Ophiomorpha, Skolithos, Diplocraterion, Scaubcylindrichnus, dan Cylindrichnus. Ichnofasies Skolithos lebih berkembang di Nubi-2. Secara umum ichnofasies Skolithos paling mendominasi dibandingkan dengan ichnofasies lain yang berkembang. Karakteristik yang paling penting dari ichnofasies Skolithos disini adalah mulai berkembangnya Ophiomorpha yang dicirikan dengan penebalan dinding yang signifikan dimana disusun oleh fecal pellet dan pellet lain yang berasal dari material di sekitarnya. Ichnofasies Cruziana Ichnofasies Cruziana direpresentasikan dengan berkembangnya Rosselia, Helminthopsis, Teichichnus, Planolites dan Chondrites. Sebagian besar ichnogenera tersebut lebih terkonsentrasi di Nubi-2. Ichnofasies Glossifungites Ichnofasies Glossifungites direpresentasikan hanya oleh Skolithos. Morfologi ichnofasies Glossifungites ini adalah shaft tunggal, vertikal dan kadang-kadang membentuk sudut terhadap bidang lapisan, serta tidak ada penebalan dinding. 5
  • 6. Convention Bandung 2004 (CB2004) rd The 33 Annual Convention & Exhibition 2004 Indonesian Association of Geologist Horizon Hotel, 29-30 Nov, 1 Dec 2004, Bandung Diskusi Dari karakteristik sedimentologi menunjukkan conto coring yang diambil di Pulau Nubi mencerminkan proses pasang surut. Karakteristik ichnologi yang berkembang indeks bioturbasi 2-4, distribusi yang tidak teratur, dominasi ichnofasies morfologi vertikal mencerminkan variasi kondisi lingkungan. Mulai meningkatnya variasi ichnofasies Cruziana dengan munculnya Rosselia dan Helminthopsis di Nubi-2 (Gambar. 6) dipercaya sebagai petunjuk penting terdapat pengaruh asal laut (Pemberton, dkk., 1992). Hal ini didukung pula dengan posisi Nubi-2 yang langsung berhadapan dengan laut terbuka (Gambar. 7). Dalam profil vertikal Nubi-2 siklus coarsening upward diikuti pula dengan perubahan dari gabungan ichnofasies Skolithos (dominan) dan Cruziana menjadi ichnofasies Skolithos saja. Perubahan indeks bioturbasi berubah menjadi lebih rendah dan tajam (dari indeks 4 ke 2) mengindikasikan fluktuasi kondisi lingkungan yang tinggi. Rendahnya indeks bioturbasi di GTSL Tunu berkaitan dengan proses pasang surut energi tinggi yang dominan, hal ini dapat juga dilihat dari karakteristik sedimentologinya. 4. Ichnologi Endapan Estuarine Tidal Bar (Pulau Lantang) Ichnologi Secara umum karakteristik ichnologi endapan estuarine tidal bar adalah: • Indeks dan diversitas relatif merata. Indeksnya bervariasi yaitu 2,3 dan 4. Diversitas ichnofasies Skolithos dan Cruziana masing-masing direpresentasikan oleh 5 ichnogenera. • Distribusinya lebih teratur. • Ukuran diameter burrow umumnya lebih seragam. • Ichnofasies berkarakter vertikal (ichnofasies Skolithos) baik dengan penebalan dinding atau tanpa penebalan dinding (ichnofasies Glossifungites) sebanding dengan ichnofasies berkarakter horisontal (ichnofasies Cruziana). Ichnofasies Skolithos Ichnofasies Skolithos direpresentasikan dengan Skolithos, Monocraterion, Siponichnus, escaping traces dan crawling traces. Diversitas dan indeks ichnofasies Skolithos di Pulau Lantang ini lebih rendah dibandingkan dengan di Pulau Nubi. Perbandingannya dengan di dalam endapan distributary channel di bagian selatan Delta Mahakam Modern menunjukkan diversitas yang relatif sama walaupun indeksnya relatif lebih rendah. Ichnofasies Psilonichnus Ichnofasies Psilonichnus direpresentasikan dengan Psilonichnus dan jejak kaki burung. Secara umum indeks bioturbasi ichnofasies Psilonichnus rendah bila dibandingkan dengan apa yang nampak di Pulau Datu. Ichnofasies Cruziana Ichnofasies Cruziana direpresentasikan oleh Teichichnus, Planolites, Chondrites, Paleodictyon dan grazing traces. Diversitas ichnofasies Cruziana relatif sama dengan seperti di Pulau Nubi dan lebih tinggi daripada di dalam endapan distributary channel. Namun indeksnya lebih tinggi dibandingkan dengan endapan tidal bar di Pulau Nubi dan endapan distributary channel. 6
  • 7. Convention Bandung 2004 (CB2004) rd The 33 Annual Convention & Exhibition 2004 Indonesian Association of Geologist Horizon Hotel, 29-30 Nov, 1 Dec 2004, Bandung Ichnofasies Glossifungites Ichnofasies Glossifungites direpresentasikan dengan Skolithos (Gambar. 8 dan 9), Arenicolites dan Thallasinoides. Dibandingkan dengan perkembangannya di dalam endapan tidal bar di Pulau Nubi dan endapan distributary channel maka ichnofasies Glossifungites disini mempunyai nilai indeks dan diversitas paling tinggi. Karakteristik ichnfasies Glossifungites yang berkembang adalah vertikal, terbuka dan tanpa penebalan dinding serta membentuk suatu koloni yang luas. Diskusi Posisi Pulau Lantang yang terletak di bagian hulu dari estuarine channel mengindikasikan kondisi lingkungan pengendapan yang sangat dipengaruhi oleh proses pasang surut. Dengan demikian kemungkinan besar makanan hanya berasal dari satu sumber saja yaitu dari laut. Nilai indeks dan diversitas yang cukup besar, serta ukuran burrow dalam satu ichnofasies relatif sama merefleksikan kondisi lingkungan yang seimbang dan cocok bagi perkembangan organisme. Analisis sedimentologi dalam conto coring di Pulau Lantang menunjukkan arus dua arah yang merefleksikan arus pasang surut yang simetri. Proses seperti ini memungkinkan supplai makanan berasal dari dua arah baik dari darat maupun dari laut. Hal ini didukung pulan dengan posisinya yang dekat dengan pertemuan antara arus fluvial dan tidal. Dengan demikian indeks dan diversitas bioturbasi cukup tinggi terdapat keseimbangan antara jumlah ichnofasies suspension feeders dan deposit feeders. Ichnofasies Glossifungites merupakan jejak organisme yang mensyaratkan kepada tipe substrat yang firmground (Gambar. 10). Karena sifatnya yang kohesif, firmground memenuhi syarat sebagai media bagi organisme untuk membuat burrow yang terbuka, tidak ada penebalan dinding, dan akan mencegah dari runtuhan dibandingkan dengan tipe substrat yang softground. Firmground di Delta Mahakam Modern diduga terjadi sebagai akibat sedimen yang mengalami pembebanan, kompaksi dan dewatering atau subaerial exposure. Proses-proses tersebut dapat terjadi sebagai akibat baik oleh proses autosiklik maupun allosiklik. Proses pembebanan, kompaksi dan dewatering atau subaerial exposure adalah proses yang umum terjadi di lingkungan deltaik. Ichnofasies Glossifungites (Skolithos, Arenicolites, dan Thallasinoides) berasosiasi dengan ichnofasies Cruziana (Teichichnus, Planolites, Chondrites, dan Cruziana). Hubungan kedua ichnofasies ini mengisyaratkan adanya hiatus sedimentasi. Implikasi dari karakterisasi ichnofasies Glossifungites ini dalam kaitannya dengan konsep stratigrafi sekuen adalah: ichnofasies Glossifungites tidak terbatas hanya sebagai batas sekuen (MacEachern, dkk., 1999) tapi juga dapat dijadikan sebagai petunjuk kondisi lingkungan pengendapan. Bila dijadikan sebagai batas sekuen maka zona Glossifungites ini harus dapat memenuhi kaidah hukum Walther, dapat diidentifikasi dan dipetakan (Gingras, dkk., 2000). Fakta di lapangan menunjukkan bahwa distribusi ichnofasies Glossifungites terlokalisir. 5. Ichnologi Estuarine Tidal Mouth Bar (Muara Kaeli) Ichnologi Secara umum karakteristik ichnologi endapan • Indeks dan diversitas relatif sama dengan di tidal bar Pulau Lantang. Indeksnya bernilai 2, 3 dan 4. Diversitas ichnofasies Skolithos 7
  • 8. Convention Bandung 2004 (CB2004) rd The 33 Annual Convention & Exhibition 2004 Indonesian Association of Geologist Horizon Hotel, 29-30 Nov, 1 Dec 2004, Bandung direpresentasikan oleh 5 ichnogenera. Ichnofasies Cruziana direpresentasikan dengan 4 ichnogenera. Ke arah distal diversitas ichnofasies Skolithos berkurang sementara diversitas ichnofasies Cruziana bertambah. • Distribusinya lebih teratur. • Ukuran diameter burrow umumnya lebih seragam. • Ichnofasies berkarakter vertikal (ichnofasies Skolithos) baik dengan penebalan dinding atau tanpa penebalan dinding (ichnofasies Glossifungites) sebanding dengan ichnofasies berkarakter horisontal (ichnofasies Cruziana). • Secara umum morfologi ichnofasies Glossifungites lebih kompleks dibandingkan dengan keberadaan ichnofasies Glossifungites di lingkungan pengendapan yang lain. Ichnofasies Psilonichnus Ichnofasies Psilonichnus direpresentasikan oleh Psilonichnus dan jejak kaki burung. Ichnofasies ini hanya berkembang di bagian intertidal sand flat. Ichnofasies Psilonichnus ini hanya berkembang di bagian intertidal sandflat saja. Ichnofasies Skolithos Ichnofasies Skolithos direpresentasikan oleh Skolithos, Ophiomorpha, Paleophycus dan Monocraterion dan crawling traces. Skolithos dan Ophiomorpha beserta crawling traces hanya berkembang di bagian intertidal sandflat sementara Paleophycus dan Monocraterion berkembang di bagian subtidal sandflat. Kearah distal diversitas ichnofasies Skolithos berkurang. Ichnofasies Cruziana Ichnofasies Cruziana direpresentasikan oleh Teichichnus, Planolites, Chondrites, Helminthopsis dan grazing traces. selain grazing traces yang disebutkan terakhir, keempat ichnogenera yang lain hanya berkembang di bagian subtidal mudflat. Hanya satu ichnogenera yang dijumpai di intertidal sandflat. Ke arah distal diversitas ichnofasies Cruziana mengalami peningkatan secara drastis. Ichnofasies Glossifungites Ichnofasies Glossifungites direpresentasikan oleh Diplocraterion, Gyrolithes dan Skolithos (Gambar. 11). Karakteristik ichnofasies Glossifungites yang berkembang di sini sangat berbeda dengan di Muara Jawa ataupun GTSL-Tunu. Di Muara Kaeli-2 morfologi ichnofasies Glossifungites lebih kompleks dan indeks bioturbasinyapun lebih tinggi. Gyrolithes sebagai bagian dari ichnofasies Glossifungites telah dikemukakan pula oleh Buatois, dkk (2001). Gyrolithes sebagai penciri penting lingkungan air payau telah dijelaskan oleh Pemberton & Wightman (1992). Diskusi Posisi Muara Kaeli yang terletak di bagian muara dari estuarine channel mengindikasikan kondisi lingkungan pengendapan yang sangat dipengaruhi oleh proses pasang surut. Analisis sedimentologi menunjukkan arus satu arah yang merefleksikan arus pasang surut yang asimetri. Dengan demikian kemungkinan besar makanan hanya berasal dari satu sumber saja yaitu dari laut. Nilai indeks dan diversitas yang cukup besar, serta ukuran burrow dalam satu ichnofasies relatif sama merefleksikan kondisi lingkungan yang seimbang dan cocok bagi perkembangan organisme. 8
  • 9. Convention Bandung 2004 (CB2004) rd The 33 Annual Convention & Exhibition 2004 Indonesian Association of Geologist Horizon Hotel, 29-30 Nov, 1 Dec 2004, Bandung Karakteristik ichnologi yang penting juga adalah perubahan indeks dan diversitas ke arah distal (Gambar 12). Karakter ini mencerminkan juga perubahan kondisi lingkungan, dimana hal ini ditandai dengan diversitas ichnofasies Cruziana yang semakin bertambah dan perubahan dari kombinasi ichnofasies Psilonichnus- Skolithos pada lingkungan intertidal lower delta plain ke ichnofasies Skolithos pada lingkungan subtidal delta front. 6. Ichnologi Distributary Mouth Bar Ichnologi Secara umum karakteristik ichnologi endapan distributary mouth bar adalah: • Indeks dan diversitas bioturbasi relatif rendah. Namun bila dibandingkan antara distributary mouth bar Tanjung Panjilatan dan Muara Bujit, maka indeks dan diversitas bioturbasi di Muara Bujit lebih tinggi. • Distribusinya tidak teratur (acak). • Ukuran diameter burrow tidak seragam • Ichnofasies berkarakter energi tinggi lebih dominan dibandingkan dengan ichnofasies energi rendah. Ichnofasies Skolithos Ichnofasies Skolithos direpresentasikan oleh Skolithos, Ophiomorpha, dan crawling traces. Indeks dan diversitas relatif rendah, antara indeks 2-3. Walaupun di Muara Bujit dijumpai dwelling tubes dengan indeks yang sangat tinggi namun diversitasnya rendah sekali. Ichnofasies Cruziana Ichnofasies Cruziana direpresentasikan dengan berkembangnya struktur grazing, struktur grazing yang berasosiasi dengan struktur crawling, serta fecal casting. Diskusi Studi sedimentologi dalam conto coring Tanjung Panjilatan mengindikasikan dominasi proses fluvial dengan pengaruh proses gelombang (Gambar. 13). Karakteristik ichnologi yang rendah sangat mungkin diakibatkan oleh pengaruh fluvial yang dominan dan kombinasi gelombang seperti yang terjadi di endapan distributary channel. Sementara di Muara Bujit menunjukkan dominasi proses fluvial dengan pengaruh proses pasang surut dan gelombang. Karakter ichnologi yang berkembang dengan indeks dan diversitas yang rendah tidak lepas dari pengaruh proses fluvial yang dominan. Walaupun dibagian belakang distributary mouth bar Muara Bujit menunjukkan indeks yang cukup tinggi (Gambar. 14), namun kenyataannya hanya dikoloni oleh organisme dengan dwelling tubes atau Skolithos. Berbeda dengan di Muara Ilu dimana indeks bioturbasi cukup tinggi dibandingkan di Tanjung Panjilatan dan Muara Bujit. Karakteristik sedimentologi di Muara Ilu mengisyaratkan kontrol proses pasang surut dan gelombang yang dominan. Terdamparnya pohon nipah sebesar rumah hanya bisa ditransport dengan energi tinggi (pada saat badai). Di sini juga dijumpai banyak sekali akumulasi moluska dalam keadaan utuh yang merupakan cikal bakal terumbu karang. Karakter ichnologi yang berkembang hanya didominasi oleh ichnofasies Skolithos dan kadang-kadang terdapat ichnofasies Psilonichnus. Dominasi morfologi ichnofasies suspension feeders menunjukkan kondisi energi sedimentasi yang tinggi. 9
  • 10. Convention Bandung 2004 (CB2004) rd The 33 Annual Convention & Exhibition 2004 Indonesian Association of Geologist Horizon Hotel, 29-30 Nov, 1 Dec 2004, Bandung KESIMPULAN • Karakteristik ichnologi sangat dipengaruhi oleh interaksi proses sedimentologi yang bekerja dalam sistem pengendapan delta yaitu proses fluvial, pasang surut dan gelombang. • Dalam satu sistem pengendapan delta Mahakam Modern terdapat perbedaan intensitas proses sedimentasi yang bekerja. Gejala ini ditunjukkan pula dengan perbedaan karakteristik ichnologi yang berkembang. • Optimalisasi informasi dan karakterisasi ichnologi akan mempertajam dalam proses analisis fasies delta bila diintegrasikan dengan data sedimentologi rinci. Jika hanya menggunakan ichnologi sebagai satu-satunya “tool” maka akan membiaskan dan menimbulkan interpretasi yang terlalu umum. UCAPAN TERIMAKASIH Pemikiran-pemikiran yang dituangkan dalam paper ini berasal dari diskusi langsung dengan Dr. Ir. Andang Bachtiar, M.Sc (GDA) dan Dr. Ir. Djuhaeni (ITB), dan F. Lafont, Ph.D (TOTAL Indonesie). Secara khusus penulis ucapkan terimakasih kepada rekan sejawat: Andri Akbar (ITB) dan Cepi Irawan (GDA Daya Ayfedha), Hendra (TOTAL), dan Agus (Calmarine) yang tiada lelah membantu dalam akuisisi data di lapangan. Team DKS TOTAL Indonesie: pak Harsono dan pak Aspani yang telah mempermudah fasilitas logistik selama di lapangan. Kami juga mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada TOTAL Indonesie dan GDA Daya Ayfedha atas dukungan logistik dan finansial selama di lapangan dan tahap analisis. DAFTAR PUSTAKA Allen, G.P dan Chambers, J.L.C., 1998, Sedimentation in the Modern and Miocene Mahakam Delta, IPA. Allen, G.P dan Mercier, F., 1994, Reservoir facies and geometry in mixed tide and fluvial dominated delta mouth bars: example from modern Mahakam Delta (East Kalimantan), Proc. IPA, Twenty Third Annual Convention, October, 1994). Allen, G.P., Laurier, D., and Thouvenin, J., 1976, Sediment Distribution Patterns in the Modern Mahakam Delta; publication of the Fifth Annual Convention, IPA, Jakarta, June 1976. Arifullah, E., in prep, M.Sc Thesis, Departemen Teknik Geologi, Institut Teknologi Bandung. Buatois, L.A, Netto, R., and Mangano, G, 2001. Application Of Ichnologic Studies To Paleoenvironmental And Sequence-Stratigraphic Analyses Of Permian Marginal- To Shallow-Marine Coal-Bearing Successions Of The Parana Basin, Brazil, AAPG Bulletin, Vol. 85 (2001), No. 13. (Supplement), AAPG Annual Meeting Denver, Colorado. Chambers, J.L.C., & Daley, T.E., 1995, A Tectonic Model for The Onshore Kutai Basin, East Kalimantan, Based on An Integrated Geological and Geophysical Interpretation, Proceedings of Indonesian Petroleum Association, 24th. Annual Convention, Jakarta Indonesia, p. 111 - 128. 10
  • 11. Convention Bandung 2004 (CB2004) rd The 33 Annual Convention & Exhibition 2004 Indonesian Association of Geologist Horizon Hotel, 29-30 Nov, 1 Dec 2004, Bandung Droser, M.L and Bottjer, D.J., 1986. A Semiquantitative Field Classification of Ichnofabric. Journal of Sedimentary Petrology, 56: 558-559. Gingras, M.K., Pemberton, S.G and Saunders, T., 2000, Firmness Profiles Associated With Tidal Creek Deposit: The Temporal Significance of Glossifungites Assemblages, Journal of Sedimentary Research, vol. 70, No.5, Septembar, 2000, p. 1017-1025. Pemberton, S.G and Wightman, D.M., 1992, Ichnologic Characteristic of brackish water deposit, dalam: Application of Ichnology to Petroleum Exploration: A Core Workshop. SEPM core workshop no. 17, S.G. Pemberton (ed), p. 141 – 167. MacEachern, J.A., Zaitlin, B.A and Pemberton, S.G., 1999, A Sharp-Based Sandstone of The Viking Formation, Jofre Field, Alberta, Canada: Criteria For Recognation of Trasgressive Incised Shoreface Complexes, Journal of Sedimentary Research, vol. 69, No.4, July, 1999, p. 876-892. 11
  • 12. Convention Bandung 2004 (CB2004) rd The 33 Annual Convention & Exhibition 2004 Indonesian Association of Geologist Horizon Hotel, 29-30 Nov, 1 Dec 2004, Bandung Tanjung Panjilatan Muara Kaeli-2 Muara Kaeli-1 Lantang 1 & 2 Muara Ilu GTSL-Tunu Nubi 1,2,3 & 4 Pulau Datu Muara Pegah Muara Jawa Muara Bujit Pulau Bukuan Gambar.1 Lokasi Penelitian di Delta Mahakam Modern 12
  • 13. Convention Bandung 2004 (CB2004) rd The 33 Annual Convention & Exhibition 2004 Indonesian Association of Geologist Horizon Hotel, 29-30 Nov, 1 Dec 2004, Bandung Delta Mahakam Modern Gambar.2 Posisi Delta Mahakam Modern dalam elemen tektonik Pulau Kalimantan 13
  • 14. Convention Bandung 2004 (CB2004) rd The 33 Annual Convention & Exhibition 2004 Indonesian Association of Geologist Horizon Hotel, 29-30 Nov, 1 Dec 2004, Bandung Delta Mahakam Modern Gambar.3 Posisi Delta Mahakam dalam klasifikasi delta Galloway (1975) 14
  • 15. Convention Bandung 2004 (CB2004) rd The 33 Annual Convention & Exhibition 2004 Indonesian Association of Geologist Horizon Hotel, 29-30 Nov, 1 Dec 2004, Bandung Gambar.4 Model endapan dan karakteristik ichnologi distributary channel di Pulau Datu 15
  • 16. Convention Bandung 2004 (CB2004) rd The 33 Annual Convention & Exhibition 2004 Indonesian Association of Geologist Horizon Hotel, 29-30 Nov, 1 Dec 2004, Bandung Gambar.5 Model endapan dan karakteristik ichnologi distributary channel di Muara Jawa 16
  • 17. Convention Bandung 2004 (CB2004) rd The 33 Annual Convention & Exhibition 2004 Indonesian Association of Geologist Horizon Hotel, 29-30 Nov, 1 Dec 2004, Bandung Gambar.6 Model endapan dan karakteristik ichnologi tidal bar-interdistributary bay di Nubi-2 17
  • 18. Convention Bandung 2004 (CB2004) rd The 33 Annual Convention & Exhibition 2004 Indonesian Association of Geologist Horizon Hotel, 29-30 Nov, 1 Dec 2004, Bandung Gambar.7 Model tiga dimensi endapan dan distribusi ichnofasies tidal bar-interdistributary bay di Nubi 18
  • 19. Convention Bandung 2004 (CB2004) rd The 33 Annual Convention & Exhibition 2004 Indonesian Association of Geologist Horizon Hotel, 29-30 Nov, 1 Dec 2004, Bandung Gambar.8 Model endapan dan karakteristik ichnologi tidal bar estuarine channel di Pulau Lantang-2 19
  • 20. Convention Bandung 2004 (CB2004) rd The 33 Annual Convention & Exhibition 2004 Indonesian Association of Geologist Horizon Hotel, 29-30 Nov, 1 Dec 2004, Bandung 20
  • 21. Convention Bandung 2004 (CB2004) rd The 33 Annual Convention & Exhibition 2004 Indonesian Association of Geologist Horizon Hotel, 29-30 Nov, 1 Dec 2004, Bandung Gambar. 9 Model lateral dan distribusi ichnofasies endapan tidal bar estuarine channel di Pulau Lantang 21
  • 22. Convention Bandung 2004 (CB2004) rd The 33 Annual Convention & Exhibition 2004 Indonesian Association of Geologist Horizon Hotel, 29-30 Nov, 1 Dec 2004, Bandung A Gambar. 10. Ichnofasies Glossifungites (A) Skolithos, (B) Thallasinoides B 22
  • 23. Convention Bandung 2004 (CB2004) rd The 33 Annual Convention & Exhibition 2004 Indonesian Association of Geologist Horizon Hotel, 29-30 Nov, 1 Dec 2004, Bandung Gambar.10 Model endapan dan karakteristik ichnologi tidal mouth bar estuarine channel di Pulau Datu 23
  • 24. Convention Bandung 2004 (CB2004) rd The 33 Annual Convention & Exhibition 2004 Indonesian Association of Geologist Horizon Hotel, 29-30 Nov, 1 Dec 2004, Bandung Gambar. 11 Model lateral dan distribusi ichnofasies endapan tidal mouth bar estuarine channel di Muara Kaeli 24
  • 25. Convention Bandung 2004 (CB2004) rd The 33 Annual Convention & Exhibition 2004 Indonesian Association of Geologist Horizon Hotel, 29-30 Nov, 1 Dec 2004, Bandung Gambar. 12 Model endapan dan karakteristik ichnologi distributary mouth bar di Tanjung Panjilatan 25
  • 26. Convention Bandung 2004 (CB2004) rd The 33 Annual Convention & Exhibition 2004 Indonesian Association of Geologist Horizon Hotel, 29-30 Nov, 1 Dec 2004, Bandung Gambar. 13 Model lateral, struktur sedimen permukaan dan distribusi ichnofasies endapan distributary mouth bar di Muara Bujit. 26