Sunan Drajat adalah salah satu Wali Songo yang menyebarkan agama Islam di Jawa Timur pada abad ke-15 dan 16 Masehi. Ia mendirikan pusat dakwahnya di Desa Drajat, Lamongan. Filsafat dan ajarannya menekankan kebajikan seperti membantu orang miskin dan membutakan ilmu kepada yang membutuhkan. Metode dakwahnya meliputi pengajian di masjid, pendidikan di pesantren, dan memberikan fatwa
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
WALI SONGO 9 - PDF
1.
2. Metode Dakwah :
1. Berdagang
Abdul Wahab mengatakan aktivitas pertama yang dilakukan Kakek Bantal di
Leran adalah berdagang.
Warung milik Kakek Bantal itu, menjual makanan dan kebutuhan pokok
dengan harga murah. Alhasil, dalam waktu singkat, warung tersebut ramai
dikunjungi orang.
2. Pergaulan
Dia mempunyai sikap ramah dan selalu bertutur sopan ke siapapun tanpa
sekat. Tua-muda, kaya-miskin, golongan sudra, ksatria maupun brahmana
dirangkulnya tanpa ada kasta ataupun marka pembeda
3. Pengobatan Gratis
Atas kemampuannya dalam ilmu pengobatan, namanya-pun tersohor hingga
ke telinga Raja Majapahit. Konon, Kakek Bantal pernah dipanggil sang raja
untuk mengobati istrinya yang sakit
APA YANG DIMAKSUD WALI SONGO?
Walisongo atau Walisanga dikenal sebagai penyebar agama Islam di
tanah Jawa pada abad ke 14. Mereka tinggal di tiga wilayah penting pantai
utara Pulau Jawa, yaitu Surabaya-Gresik-Lamongan-Tuban di Jawa Timur,
Demak-Kudus-Muria di Jawa Tengah, dan Cirebon di Jawa Barat.
Era Walisongo adalah era berakhirnya dominasi Hindu-Budha dalam
budaya Nusantara untuk digantikan dengan kebudayaan Islam.
Mereka adalah simbol penyebaran Islam di Indonesia, khususnya di Jawa.
1. SUNAN GRESIK (Maulana Malik Ibrahim)
Biasa juga dipanggil dengan kakek bantal
Lahir = Paruh awal abad ke-14, Uzbekistan
Nama ayah = Jamaluddin Akba al-Husaini
Wafat = 12 Robiul Awal 822H atau 9 April
1419
Dimakamkan = Gapuro Sukolilo, Kecamatan Kota
Gresik
Tempat Dakwah = Jawa Timur
3. 4. Bercocok Tanam
menggagas sistem irigasi dengan mengalirkan air pegunungan ke lahan
pertanian penduduk.
Istri :
1. Siti Fathimah binti Ali Nurul Alam Maulana Israil (Raja Champa)
2 anak, yaitu : Maulana Moqfaroh dan Syarifah Sarah
2. Siti Maryam binti Syaikh Subakir
4 anak, yaitu : Abdullah, Ibrahim, Abdul Ghafur, dan Ahmad
3. Wan Jamilah binti Ibrahim Zainuddin Al-Akbar Asmaraqandi
2 anak, yaitu : Abbas dan Yusuf
Peninggalan :
1. Masjid Pesucinan
2. Air sumur penyembuhan
Wafat :
Dahulu dalam perjalanan dakwahnya,
Sunan Gresik singgah di Desa Leran
Kecamatan Manyar Kabupaten
Gresik yang berada dalam kekuasaan
kerajaan majapahit. Dalam masa itulah
masjid ini dibangun sebagai simbol
penyiaran Agama Islam di wilayah
Gresik
Setelah selesai membangun
dan menata pondokan tempat
belajar agama di Leran, Syeh
Maulana Malik Ibrahim wafat
tahun 1419. Makamnya kini
terdapat di desa Gapura,
Gresik, Jawa Timur.
4. 2. SUNAN AMPEL (RADEN RAHMAT)
Lahir : 1401 Masehi
Nama Ayah : Maulana Malik Ibrahim
Nama Ibu : Dewi Chandrawulan
Meninggal : 1478 Masehi
Tempat Dakwah : Jawa Timur
Pada tahun 1443, Sunan Ampel hijrah ke
Pulau Jawa.
Di Pulau Jawa, Sunan Ampel mendirikan
Pondok Pesanteren di daerah Ampeldenta,
Surabaya.
Sunan Ampel lalu menikah dengan Putri Adipati tuban yang bernama Nyai
Ageng Manila. Dari hasil pernikahan ini lahirlah 4 anak yang bernama :
a. Putri Nyai Ageng Maloka,
b. Maulana Makdum Ibrahim (Sunan Bonang),
c. Syarifuddin (Sunan Drajat)
d. Syarifah (istri Sunan Kudus)
Metode :
Melakukan pembauran dengan masyarakat akar rumput yang merupakan titik
sentral sasaran dakwahnya.
Hasil didikan yang terkenal adalah falsafah Moh Limo atau tidak mau
melakukan lima hal tercela yaitu :
a. Moh Main atau tidak mau berjudi
b. Moh Ngombe atau tidak mau minum arak atau bermabuk-mabukan
c. Moh Maling atau tidak mau mencuri
d. Moh Madat atau tidak mau mengisap candu, ganja dan lain-lain.
e. Moh Madon atau tidak mau berzinah/main perempuan yang bukan
isterinya.
Peninggalan :
Masjid Ampel
sebuah masjid kuno yang
terletak di kelurahan
Ampel, kecamatan
Semampir, Surabaya, Jawa
Timur.
Masjid seluas 120 x 180
meter persegi ini didirikan
pada tahun 1421 oleh
Sunan Ampel, yang
didekatnya terdapat
kompleks pemakakaman
Sunan Ampel.
5. 3. SUNAN BONANG (MAKHDUN
IBRAHIM)
Metode Dakwah :
a. Peningkatan jumlah dan mutu kader dai.
b. Terjun langsung ke tengah-tengah masyarakat.
c. Berusaha mengurangi takhayaul.
d. Kodifikasi dakwah
e. Mendirikan pesantren
f. Gending dan Tembang
Masyarakat Tuban pada saat itu sangat senang sekali mendengarkan
gending atau tembang. Selain itu beliau juga sangat mahir dalam
permainan gending atau bonang.
Bila beliau membunyikan bonang atau gending rakyat yang mendengar
akan berbondong untuk mendengarkan lebih dekat,
Sunan Bonang pun sudah memperhitungkan hal itu, sebelumnya
beliau sudah membuat kolam di depan masjid, siapa yang masuk
masjid harus membasuh kakinya terlebih dahulu. setelah orang-orang
berkumpul di dalam Masiid, beliau mengalunkan suara tembang-
tembang yang bernalaskan ajaran Islam. Sepulang dari Masjid
tembang-tembang itu mereka hafalkan serta memahami artinya.
Akhirnya, sedikit demi sedikit mereka mengenal dan bersimpati kepada
agama lslam.
Latar Belakang
Sunan Ampel dilahirkan di negeri Champa (Sepanjang pantai
Vietnam). Negeri Champa diketahui berdiri pada tahun 192 Masehi. Sampai
sekarang masih ada komunitas masyarakat Champa di Vietnam, Thailand,
Kamboja, Malaysia dan Pulau Hainan (Tiongkok). Ayah Sunan Ampel
merupakan Sunan Gresik yaitu keturunan Syekh Jamalluddin Jumadil Kubra
atau seorang Ahlussunnah bermazhab syafi’i. Syekh Jamalluddin merupakan
ulama yang berasal dari Samarqand, Uzbekistan. Samarqand merupakan
daerah dilahirkannya Ulama-Ulama besar.
Salah satunya adalah Imam Bukhari yang dikenal sebagai pewaris
hadist yang shahih.
Lahir : 1465 M
Wafat : 1525 M
Nama Ayah : Sunan Ampel
Nama Ibu : Nyai Ageng Manila
Tempat Dakwah : Jawa Timur
Nama Sunan Bonang diduga adalah Bong Ang
sesuai nama marga Bong seperti nama ayahnya
Bong Swi Hoo alias Sunan Ampel.
Dalam Serat Darmo Gandhul, Sunan Bonang
disebut Sayyid Kramat merupakan seorang Arab
keturunan Nabi Muhammad.
6. Karya Sastra :
Suluk
Suluk Sunan Bonang disimpan rapi di
perpustakaan Universitas Leiden, Belanda.
Suluk berasal dari bahasa Arab
“Salakattariiqa” artinya menempuh jalan
(tasawuf) atau tarikat. Ilmunya sering disebut
Ilmu Suluk. Ajaran yang biasanya
disampaikan dengan sekar atau tembang
disebut Suluk, sedangkan bila diungkapkan
secara biasa dalam bentuk prosa disebut wirid
Kubur Sunan Bonang ada 2 :
Murid-murid yang berada di Pulau Bawean hendak memakamkan beliau di
Pulau Bawean. Tetapi murid yang berasal dari Madura dan Surabaya
menginginkan jenasah beliau dimakamkan di dekat ayahnya yaitu Sunan
Ampel di Surabaya. Dalam hal memberikan kain kafan pembungkus jenasah
mereka pun tak mau kalah. Jenasah yang sudah dibungkus dengan kain
kafan milik orang bawean masih ditambah lagi dengan kain kafan dari
Surabaya.
Pada malam harinya, orang-orang Madura dan Surabaya menggunakan ilmu
sirep untuk membikin ngantuk orang-orang Bawean dan Tuban. Lalu
mengangkut jenasah Sunan Bonang kedalam kapal dan hendak dibawa ke
Surabaya. Karena tindakannya tergesa-gesa kain kafan jenasah tertinggal
satu.
Kapal layar segera bergerak ke arah Surabaya, tetapi ketika berada
diperairan Tuban tiba-tiba kapal yang dipergunakan tidak bisa bergerak
akhirnya jenasah Sunan Bonang dimakamkan di Tuban yaitu sebelah barat
Mesjid Jami’ Tuban.
Sementara kain kafannya yang ditinggal di Bawean ternyata juga ada
jenasahnya. Orang-orang Bawean pun menguburkannya dengan penuh
khidmat.
Perpustakaan Universitas Leiden
7. Situs Peninggalan Sunan Bonang
1. Bende
adalah benda berbentuk gong
kecil berwarna hitam ini hanya
memiliki garis tengah 10 cm.
Sunan Bonang menggunakan
"Bende" ini untuk memberi
kabar atau undangan kepada
teman Wali Songo. Salain itu
"Bende Becak" juga berfungsi sebagai tanda pemberitahuan akan terjadinya
suatu peperangan atau musibah. Bende becak juga salah satu benda
peninggalan sunan Bonang sewaktu berdakwah di Bonang desa kecil di
Kecamatan Lasem Kabupaten Rembang,
Setiap tanggal 10 Dzulhijah (Hari Raya Idul Adha), pada Acara Penjamasan
Bende Becak, juru kunci desa Bonang Kec. Lasem membagikan ketan kuning
dengan kelapa manis.
2. Pasujudan Sunan Bonang
3. Menggubah Gamelan
Sunan Bonang menggubah gamelan Jawa yang
waktu itu sangat kental sekali
dengan estetika Hindu, juga memberi nuansa baru
Dia itu temasuk kreator gamelan Jawa sampai
seperti sekarang ini juga
menambahakan instrument boning
Gubahannya waktu itu diberi nuansa dzikir yang
mendorong kecintaan marang
kehidupan transedental (alam malakut)
Fasilitas yang tersedia di sini adalah:
a. Batu bekas tempat bersujud Sunan
Bonang
b. Bekas kediaman Sunan Bonang
c. Joran Pancing milik Sunan Bonang
d. Makam-makam kuno lainnya
8. 3. SUNAN DRAJAT (RADEN SYARIFUDIN)
Lahir : 1470
Wafat : 1522
Orangtua : Sunan Ampel, Nyai Ageng Manila
Anak : Rekyana, Dewi Wuryan, Sandi
Saudara : Sunan Bonang
Daerah Dakwah : Drajat, Kecamatan Paciran,
Lamongan
Sejarah Singkat :
Sunan Drajat bernama kecil Raden Syarifuddin atau
Raden Qosim putra Sunan Ampel yang terkenal cerdas.
Setelah pelajaran Islam dikuasai, ia mengambil tempat di Desa Drajat wilayah
Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan sebagai pusat kegiatan
dakwahnya sekitar abad XV dan XVI Masehi.
Ia memegang kendali keprajaan di wilayah perdikan Drajat sebagai
otonom kerajaan Demak selama 36 tahun.
Sebagai penghargaan atas keberhasilannya menyebarkan agama Islam dan
usahanya menanggulangi kemiskinan dengan menciptakan kehidupan yang
makmur bagi warganya, ia memperoleh gelar Sunan Mayang Madu
dari Raden Patah Sultan Demak pada tahun saka 1442 atau 1520 M
Filosofi Sunan Drajat :
a. Memangun resep tyasing Sasoma (kita selalu membuat senang hati orang
lain)
b. Jroning suka kudu éling lan waspada (di dalam suasana riang kita harus
tetap ingat dan waspada)
c. Laksmitaning subrata tan nyipta marang pringgabayaning lampah (dalam
perjalanan untuk mencapai cita - cita luhur kita tidak peduli dengan segala
bentuk rintangan)
d. Mèpèr Hardaning Pancadriya (kita harus selalu menekan gelora nafsu-
nafsu)
e. Heneng - Hening - Henung (dalam keadaan diam kita akan memperoleh
keheningan dan dalam keadaan hening itulah kita akan mencapai cita -
cita luhur).
f. Mulya guna Panca Waktu (suatu kebahagiaan lahir batin hanya bisa kita
capai dengan salat lima waktu)
g. Mènèhana teken marang wong kang wuta, Mènèhana mangan marang
wong kang luwé, Mènèhana busana marang wong kang wuda, Mènèhana
ngiyup marang wong kang kodanan (Berilah ilmu agar orang menjadi
pandai, Sejahterakanlah kehidupan masyarakat yang miskin, Ajarilah
kesusilaan pada orang yang tidak punya malu, serta beri perlindungan
orang yang menderita)
9. 4 pokok ajaran Sunan Drajat :
a. wenehono teken marang wong kang wuto (berilah tongkat orang buta),
b. wenehono pangan marang wong kang keluwen (berilah makan orang
kelaparan),
c. wenehono payung marang wong kang kaudanan (berilah payung orang
yang kehujanan),
d. wenehono sandang marang wong kang kawudan (berilah pakaian orang
yang telanjang)
Cara berdakwah :
a. Pengajian secara langsung di masjid atau langgar.
b. Pendidikan di pesantren.
c. Fatwa atau petuah dalam menyelesaikan suatu masalah.
d. Kesenian tradisional
e. Ritual adat tradisional
Penghargaan dan Peninggalan
Pangkur
Gamelan Singo (di Museum Daerah)
Untuk menghormati jasa - jasa Sunan Drajat
sebagai seorang Wali penyebar agama Islam
di wilayah Lamongan Pemerintah Kabupaten
Lamongan mendirikan Museum Daerah Sunan
Drajat disebelah timur Makam. Museum ini
telah diresmikan oleh Gubernur Jawa
Timur tanggal 1 Maret 1992.
Upaya Bupati Lamongan R. Mohamad Faried,
S.H. untuk menyelamatkan dan melestarikan
warisan sejarah bangsa ini mendapat
dukungan penuh Gubernur Jawa Timur dan
pembenaran kembali Mesjid Sunan
Drajat yang diresmikan oleh Menteri
Penerangan RI tanggal 27 Juni 1993.
Pada tahun 1993 sampai 1994 pembenahan
dan pembangunan Situs Makam Sunan Drajat
dilanjutkan dengan pembangunan pagar kayu
berukir, renovasi paséban, balé ranté serta Cungkup Sitinggil
10. 5. SUNAN KUDUS (JA’FAR SHADIQ)
Nama Tokoh : Raden Ja’far Shodiq
Lahir : Sekitar 1500 Masehi
Nama Ayah : H. Raden Usman
Nama Ibu : Syarifah
Meninggal : 1550 Masehi
Tempat Dakwah : Kudus
Latar Belakang
Ja’far Shodiq belajar agama dengan
ayahnya. Selain belajar dengan ayahnya, Ja’far
Shodiq juga belajar kepada Kyai Telingsing dan Sunan Ampel.
Kyai Telingsing merupakan ulama China yang datang ke tanah Jawa
bersama Cheng Hoo (Laksamana Jendral dari China yang ingin menyebarkan
agama Islam dan membuat tali persaudaraan dengan orang Jawa)
Raden Ja’far Shodiq dapat mewarisi kepribadian orang China selama
berguru dengan Kyai Telingsing. Semenjak saat itu, Ja’far Shodiq memiliki
kepribadian yang tekun dan disiplin dalam meraih suatu keinginan. Salah satu
keinginan Raden Ja’far Shodiq adalah berdakwah menyebarkan agama Islam
di tengah-tengah masyarakat yang masih beragama Hindu dan Budha.
Setelah selesai berguru dengan Kyai Telingsing, Raden juga berguru dengan
Sunan Ampel selama beberapa tahun di Surabaya.
Cara Berdakwah
Mendekati Masyarakat Hindu
Sunan Kudus mengajarkan toleransi yang tinggi dalam agama Islam kepada
masyarakat Hindu. Ajaran toleransi tersebut adalah menghormati sapi yang
dikramatkan oleh umat Hindu. Selain itu, Sunan Kudus juga membangun
menara masjid yang hampir sama dengan bangunan candi Hindu.
Mendekati Masyarakat Budha
Setelah Masjid dibangun, Sunan Kudus membuat sebuah tempat wudhu yang
berbentuk pancuran sebanyak delapan buah. Setiap pancuran diberi arca
Kebo Gumarang yang dihormati umat Budha. Setelah umat Budha melihat
arca tersebut, mereka penasaran dan masuk ke area masjid. Setelah masuk
ke masjid, mereka terpengaruh dengan penjelasan Sunan Kudus. Akhirnya
mereka masuk ke agama Islam.
Mengubah Inti Ritual Mitoni (Selametan)
Inti dari acara Mitoni adalah bersyukur atas dikaruniai seorang anak. Namun,
masyarakat Hindu-Budha dulu tidak bersyukur kepada Allah SWT, melainkan
kepada patung-patung dan arca. Sunan Kudus tidak menghapus Selametan
dalam kebiasaan masyarakat. Tapi, Sunan kudus meluruskan acara mitoni
menuju ke arah Islami.
11. Peninggalan
Masjid dan Menara Kudus
unikanya dari masjid ini
memiliki menara yang serupa
candi serta pola arsitektur yang
memadukan konsep budaya Islam
dengan budaya Hindu-
Buddhis sehingga menunjukkan
terjadinya proses akulturasi dalam
pengislaman Jawa
Keris Cintoko dan tombak
6. SUNAN GIRI (RADEN ‘AINUL YAQIN)
Lahir : Blambangan, 1442 Masehi
Nama Ayah : Maulana Ishaq
Nama Ibu : Dewi Sekardadu
Meninggal : Giri, 1506
Tempat Dakhwah : Gresik, Madura, Lombok,
Kalimantan, Sulawesi dan Maluku
Nama julukan : Raden Paku, Prabu Satmata,
Sultan Abdul Faqih dan Joko Samudro
Latar Belakang
Kelahiran Raden Paku diangap membawa petaka
berupa wabah penyakit di wilayah Blambangan, Pasai.
Sehingga Dewi dipaksa Prabu Menak Sembuyung (ayahnya) untuk
membuang Raden Paku yang masih bayi. Dewi Sekardadu akhirnya
membuang putranya ke Selat Bali.
Kemudian Raden Paku ditemukan oleh sekelompok awak kapal, yaitu
Sabar dan Sobir. Bayi tersebut dibawa ke daerah Gresik. Saat tiba di Gresik,
Raden Paku diangkat menjadi anak dari saudagar kapal, Nyai Gede Pinatih.
Karena ditemukan di laut, Raden Patah saat itu dinamakan Joko Samudra.
Ketika masa remaja, Joko Samudra diperintahkan oleh ibunya untuk berguru
kepada Sunan Ampel. Setelah tidak lama mengajar Raden Paku, Sunan
Ampel mengetahui siapa Joko Samudra yang sesungguhnya. Sehingga Joko
12. Samudra bersama Sunan Bonang dikirim menuju Pasai untuk mendalami
ajaran Islam. Setelah sampai di Pasai, mereka diterima oleh Maulana Ishaq
yaitu ayah Joko sendiri. Disinilah Joko Samudra mengetahui nama dia yang
sesungguhnya, yaitu Raden Paku. Raden Paku juga mengetahui asal mula
kenapa dia dibuang dari Blambangan
Kisah Perjuangan
Setelah tinggal di Pasai selama 3 tahun, Raden Paku dan Sunan
Bonang dipersilahkan kembali ke tanah Jawa. Ayahnya memberikan sebuah
bungkusan kain kecil yang berisi tanah. Ayah Raden Paku berpesan kepada
anaknya untuk membangun sebuah pesantren di Gresik dengan mencari
tanah yang sama persis dengan tanah yang ada di bungkusan itu.
Akhirnya Mereka berdua kembali ke tanah Jawa dan melaporkan
semua pembelajarannya kepada Sunan Ampel. Lalu Sunan Ampel
memerintahkan Sunan Bonang untuk berdakwah di Tuban, sedangkan Raden
Paku diperintahkan untuk pulang ke Gresik.
Setelah tiba di Gresik, Raden Paku mendirikan sebuah pesantren.
Raden Paku memulai perjalanannya mencari tempat yang cocok untuk
membangun pesantren sesuai pesan ayahnya. Setelah berjalan jauh, Raden
Paku sampai di sebuah tempat yang sejuk dan membuat hatinya damai. Dia
mencocokkan tanah yang dibawa dengan
tanah ditempat itu. Ternyata hasilnya
sama persis. Kemudian Raden Paku
mendirikan sebuah pesantren di tempat
tersebut. Desa tersebut bernama desa
Sidomukti. Karena pesantren terletak di
dataran tinggi, maka pesantren tersebut
diberi nama Pesantren Giri. Karena Giri
bermakna sebagai gunung (dataran
tinggi).
Atas terkenalnya pesantren Giri,
banyak murid-murid baru masuk ke pesantren Giri. Hal ini membuat semakin
mudah Sunan Giri untuk berdakwah.
Sunan Giri sangat berpengaruh besar bagi kerajaan Islam di Jawa
maupun di luar Jawa. Sunan Giri juga mendirikan sebuah kerajaan yang
diberi nama Giri Kedaton.
Giri Kedaton atau Kerajaan Giri bertahan selama 200 tahun. Setelah
Sunan Giri meninggal, beliau digantikan keturunannya yaitu :
• Sunan Dalem
• Sunan Sedomargi
• Sunan Giri Prapen
• Sunan Kawis Guwa
• Panembahan Ageng Giri
• Panembahan Mas Witana Sideng Rana
• Pangeran Singonegoro (bukan keturunan Sunan Giri)
13. Cara Berdakwah :
a. ceramah
b. permainan tradisional anak-anak, seperti Jelungan dan Cublak Suweng.
Peninggalan :
7. SUNAN KALIJAGA (RADEN MAS SAID)
Nama Tokoh :Raden Abdurrahman/Syekh
Malaya)
Lahir :Tuban, 1450M
Nama Ayah :Tumenggung Wilatikta
Nama Ibu :Dewi Sukati
Meninggal : -
Nama julukan :Lokajaya, Syekh Malaya,
Pangeran Tuban dan Raden Abdurrahman
Tempat Dakhwah : Kadilangu, Demak
Masjid Sunan Giri
Peninggalan yang pertama adalah
sebuah tempat bernama Giri
Kedaton. Giri artinya bukit, kedaton
artinya keraton, koreksi kalau saya
salah. Nah dulunya, Giri Kedaton ini
merupakan tempat yang dijadikan
sebagai pusat pemerintahan Giri
sekaligus sebagai sebuah pesantren.
14. Latar Belakang
Masa hidup Sunan Kalijaga
diperkirakan mencapai lebih dari 100
tahun. Dengan demikian ia mengalami
masa akhir kekuasaan Majapahit
(berakhir 1478), Kesultanan Demak,
Kesultanan Cirebon dan Banten, bahkan
juga Kerajaan Pajang yang lahir pada
1546 serta awal kehadiran Kerajaan
Mataram dibawah pimpinan Panembahan Senopati. Ia ikut pula merancang
pembangunan Masjid Agung Cirebon dan Masjid Agung Demak. Tiang "tatal"
(pecahan kayu) yang merupakan salah satu dari tiang utama masjid adalah
kreasi Sunan Kalijaga.
Cara Berdakwah
Pencipta baju takwa
Sufistik berbasis salaf
Menggunakan wayang dan gamelan
sebagai media dakwahnya
Mengembangkan seni suara, ukir,
busana, pahat, dan kesusastraan
Mengarang cerita-cerita
pewayangan
Perancang masjid Demak (Tata dan pecahan kayu)
Filosifi
• Urip Iku Urup
Hidup itu Nyala, Hidup itu hendaknya memberi manfaat bagi orang lain
disekitar kita, semakin besar manfaat yang bisa kita berikan tentu akan
lebih baik
• Memayu Hayuning Bawono, Ambrasto dur Hangkoro
Manusia hidup di dunia harus mengusahakan keselamatan, kebahagiaan
dan kesejahteraan; serta memberantas sifat angkara murka, serakah dan
tamak
• Suro Diro Joyo Jayaningrat, Lebur Dening Pangastuti
segala sifat keras hati, picik, angkara murka, hanya bisa dikalahkan dgn
sikap bijak, lembut hati dan sabar
• Nglruk Tanpo Bolo, Menang Tanpo Ngasorake, Sekti Tanpo Aji-Aji,
Sugih Tanpa Bondho
Berjuang tanpa perlu membawa massa; Menang tanpa merendahkan atau
mempermalukan; Berwibawa tanpa mengandalkan kekuatan; Kaya tanpa
didasari kebendaan
• Datan Serik Lamun Ketaman, Datan Susah Lamun Kelangan
Jangan gampang sakit hati manakala musibah menimpa diri; Jangan
sedih manakala kehilangan sesuatu
15. • Ojo Gumunan, Ojo Getunan, ojo Kagetan, ojo Aleman
Jangan mudah terheran-heran; Jangan mudah menyesal; Jangan mudah
terkejut-kejut; Jangan mudah kolokan atau manja
• Ojo Ketungkul Marang Kalungguhan, Kadonyan lan Kemareman
Janganlah terobsesi atau terkungkung oleh keinginan untuk memperoleh
kedudukan, kebendaan dan kepuasan duniawi
• Ojo Kuminter Mundak Keblinger, ojo Cidra Mundak Cilaka
Jangan merasa paling pandai agar tidak salah arah; Jangan suka berbuat
curang agar tidak celaka
• Ojo Milik Barang Kang Melok, Aja Mangro Mundak Kendo
Jangan tergiur oleh hal-hal yang tampak mewah, cantik, indah; Jangan
berfikir mendua agar tidak kendor niat dan kendor semangat
• Ojo Adigang, Adigung, Adiguno
Jangan sok kuasa, sok besar, sok sakti
Bgjhsbd
Peninggalan
Rompi Ontokusumo
Keris Kyai Carubuk : ampuh dan diwariskan
turun temurun. Keris ini bahkan dapat
mengalahkan kesaktian keris setan kober
yang dipunyai Arya Penangsang saat terjadi
pemberontakan di Mataram.
Saat Sunan Kalijaga
menancapkan tongkatnya ke
tanah dalam perjalanan
dakwahnya, tiba-tiba
berhembus gas yang kemudian
menjadi api dengan ukuran
diameter 1,5 meter.
16. 8. SUNAN MURIA
Nama Tokoh : Raden Umar Said
Nama Ayah : Sunan Kalijaga
Nama Ibu : Dewi Saroh
Tempak Dakhwah : Jepara, Taju, Juana, Pati, Kudus
Latar Belakang
Raden Said merupakan putra Sunan Kalijaga
dengan Dewi Saroh. Seperti ayahnya, dalam
berdakwah beliau menggunakan cara yang halus.
Itulah cara yang ditempuh untuk mengajarkan agama
Islam di sekitar Gunung Muria. Tempat tinggal Raden
Said berada di gunung Muria yang salah satu
puncaknya bernama Colo.
Letaknya adalah di sebelah utara kota Kudus. Sasaran dakwah beliau
adalah para pedagang, nelayan, dan rakyat jelata. Beliau satu-satunya wali
yang tetap mempertahankan kesenian gamelan dan wayang sebagai alat
dakwah untuk menyampaikan ajaran-ajaran Islam, beliau pula yang
menciptakan tembang Sinom dan Kinanti.
Sunan Muria adalah Wali yang sakti dan kuat. Hal itu dapat dibuktikan
dengan letak tempat tinggalnya yang berada diatas gunung. Tangga menuju
ke atas melalu tangga bisa sampai 750 meter lebih.
Keterampilan yang dimiliki Sunan Muria adalah bercocok tanam,
berdagang dan melau. Sunan Muria seringkali dijadikan pula sebagai
penengah dalam konflik internal di Kesultanan Demak (1518-1530). Dia
dikenal sebagai pribadi yang mampu memecahkan berbagai masalah yang
sangat rumit sekalipu. Solusi pemecahannya pun selalu dapat diterima oleh
semua pihak yang berseteru.
Cara Berdakwah
Halus
Kesenian
Daerah-daerah pegunungan sebagai pusat kegiatan dakwah
Peninggalan
Masjid Muria Kudus
Tembang Sinom dan Kinanti
17. 9. Sunan Gunung Jati
Nama Tokoh : Syekh Syarif Hidayatullah
(Syekh Maulana Jati)
Lahir : Tahun 1448M
Nama Ayah : Syarief Abdullah
Nama Ibu : Nyai Rara Santang
(Putri Prabu Siliwangi)
Meninggal : Tahun 1568M
Tempat Dakhwah : Cirebon, Banten dan Demak
Latar Belakang
Syekh Syarief Hidayatullah dengan didukung murid-muridnya,
disukung Tumenggung Cerbon Sri Manggana Cakrabuana alias Pangeran
Walangsungsang dan didukung Kerajaan Demak, dinobatkan menjadi Raja
Cerbon dengan gelar Maulana Jati pada tahun 1479.
Sejak saat itu pembangunan insfrastruktur Kerajaan Cirebon dalam
masa pembangunan dan dibantu Sunan Kalijaga, dan arsiteknya adalah
Demak Raden Sepat, yaitu Pembangunan Keraton Pakungwati, Masjid Agung
Sang Cipta Rasa, jalan pinggir laut antara Keraajaan Pakungwati dan
Amparan Jati serta Pelabuhan Muara Jati.
Kisah Perjuangan
Syekh Maulana Jati menyebarkan Islam hingga Banten dan
menjadikannya Daerah Kerajaan Cirebon pada Tahun 1526 Masehi.
Syekh Maulan Jati melakukan dakwah menyebarkan Agama Islam ke
lapisan Masyarakat dengan dukungan personel dan dukungan aspek
organisasi kelompok Forum Wali Songo.
Cara Berdakwah
• Mengajarkan dunia kemasyarakatan peninggalan-peninggalan Sunan
Gunung Jati
• Masjid Gunung Jati
• Pembinaan intern kesultanan dan rakyat yang masuk wilayah Demak
ditangani para wali senior.