SILANEWS - Peran guru dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia tidak dapat diragukan lagi dalam menanamkan semangat kebangsaan kepada peserta didik dan masyarakat.
Guru merupakan salah satu sosok strategis dalam menentukan keberhasilan pendidikan yang meletakkan dasar serta turut mempersiapkan pemngembangan potensi peserta didik untuk masa depan bangsa.
Untuk menghargai peran guru dalam membangun bangsa, pada tahun 1994 Pemerintah menetapkan 25 November sebagai Hari Guru Nasional. Tanggal ini diambil dari tanggal kelahiran persatuan Guru Republik Indonesia, 25 November 1971.
Baca Juga: Mengagetkan, Situs Badan Siber Sandi Negara Dibobol Hacker
Seperti halnya dengan guru yang dikenal dalam dunia pendidikan pada umumnya, di dunia intelijen pun kita mengenal sosok-sosok “guru” yang mumpuni di bidangnya, baik dalam penguasaan lapangan ataupun teori.
Pengamat intelijen Marsda TNI (Pur) Prayitno Wongsodidjojo Ramelan misalnya menyebutkan ada tiga sosok “guru intelijen” yaitu Mantan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Jenderal (Purn) A.M Hendropriyono dan Letjen (Purn) Marciano Norman dan serta Wakil Kepala BIN KH As'ad Said Ali yang berpengalaman dan mampu menuliskan pengetahuan dan pengalamannya dalam buku.
Baca Juga: Tindak Pidana Pendanaan Terorisme Meningkat Selama Covid, Begini Ajakan BNPT
Prayitno Ramelan menyebutkan bahwa dalam komunitas intelijen, tiga tokoh di atas memiliki kelas khusus, berpengalaman (praktisi) serta pakar di bidang intelijen dan menuliskan menjadi buku berat dan berkelas.
Ditambahkan oleh Prayitno bahwa dalam dunia intelijen sangat terbatas mantan petinggi intelijen yang menuangkan memori, teori serta analisis intelijen, karena memang sulit memilah-milah materi khususnya tentang operasi clandestine.
Prayitno kemudian menyebutkan tiga buku besar dan bagus tentang intelijen dari mantan petiunggi BIN.
Baca Juga: Diproduksi Lebih Cepat, Ini Dua Kapal Perang Buatan Indonesia yang Diserahkan Prabowo
Dua buku ditulis mantan Kepala BIN ; Jenderal (Purn) A.M Hendropriyono berjudul "TERORISME, Fundamentalis Kristen, Yahudi, Islam" dan Letjen (Purn) Marciano Norman, berjudul "INTELIJEN NEGARA, Mengawal Transformasi Indonesia, Menuju Demokrasi yang Terkonsolidasi." Satu lagi buku yang ditulis KH As'ad Said Ali, mantan Wakil Kepala BIN berjudul "Perjalanan INTELIJEN Santri."
Buku "TERORISME, Fundamentalis Kristen, Yahudi, Islam" yang ditulis oleh AM Hendropriyono (mantan Kepala BIN 2001–2004) ini merupakan desertasi ujian doktoralnya di Fakultas Filsafat Universitas Gajah Mada 15 Juli 2009.
Dalam buku ini Hendro mencoba menggambarkan penyebab dan faktor faktor yang bisa mendorong tumbuh suburnya terorisme dengan cara melakukan kajian analitisbahasa terhadap ungkapan ungkapan pelaku terror.