Meneladani Pendiri Nahdlatul Ulama KH Hasyim Asy'ari

- Selasa, 10 Oktober 2023 | 07:36 WIB
Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy'ari, pendiri Nahdlatul Ulama. (Instagram @pwnujatim)
Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy'ari, pendiri Nahdlatul Ulama. (Instagram @pwnujatim)

SILANEWS - Belajar sejarah negeri sendiri berarti pula mendalami berbagai peristiwa dan banyak tokoh masa lalu untuk dapat diteladani kebaikannya, dan dibuang keburukannya.

Untuk kalangan muslim, khususnya pada lingkup Nahdlatul Ulama/NU (arti harfiah: kebangkitan ulama), banyak keteladanan yang dimiliki sosok pendirinya, yaitu Hadratussyekh KH M Hasyim Asy'ari (selain KH Bisri Syansuri, dan KH Abdul Wahab Hasbullah).

Ia kelahiran Jombang – Jawa Timur (Jatim) pada 1871, dan wafat pada usia 76 tahun di kabupaten yang sama pada 1947.

Dalam rangka menyongsong Hari Santri 2023, Wakil Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (Wasekjen PBNU) - H Nur Hidayat mengajak para santri NU untuk meneladani kiprah Hadratussyekh.

Baca Juga: Presiden Jokowi Dukung Digitalisasi di NU untuk Tingkatkan Kualitas Nahdliyin

Ucapan Nur Hidayat disampaikan dalam upaya menyemangati para santri dalam acara ‘Santri Fest’ yang digelar Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (PP IPNU) di Pusat Perfilman H Usmar Ismail, Jakarta Selatan, Rabu (27/9/2023).

Penetapan Hari Santri pada setiap 22 Oktober merujuk pada peristiwa dikeluarkannya ‘Resolusi Jihad’ oleh KH Hasyim Asy'ari, ketika itu menjabat sebagai Rais Akbar PBNU, pada 22 Oktober 1945

Fatwa untuk melawan kolonial Belanda di Surabaya itu menyulut keberanian dan semangat juang para santri maupun pemuda untuk melawan penjajah, sekaligus mempertahankan kemerdekaan.

Dengan ketokohan Hadratussyekh Hasyim Asy'ari itu, Nur Hidayat mengajak para santri untuk melihat sejarah orang-orang penting di masa lalu, termasuk Rais Akbar NU itu.

Baca Juga: Presiden Jokowi Hadiri Resepsi Puncak Satu Abad NU

Diungkapkannya,  Hadratussyekh Hasyim Asy'ari lahir pada 1871. Pada usia 18 tahun (1899), kakek dari Presiden ke4 RI - KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) itu mendirikan Pondok Pesantren Tebuireng di Jombang, Jawa Timur.

“Waktu itu usia beliau 18 tahun, sudah bikin pesantren dengan segala kapasitas keilmuan yang beliau miliki, dengan segala riyadhah yang beliau lakukan. Pesantren itu hari ini sudah berumur 124 tahun, dan tetap berdiri kokoh dan menyumbangkan ribuan alumni di seluruh pelosok negeri,” ungkap Nur Hidayat.

Tak hanya Hadratussyekh Hasyim Asy'ari, Nur Hidayat pun menceritakan kehebatan KH A Wahid Hasyim (putra Hasyim Asy'ari, ayah Gusdur) yang juga memiliki kapasitas kepemimpinan mumpuni.

Sebab pada usia muda (35 tahun), sudah bisa menjadi seorang Menteri Agama Republik Indonesia Serikat (RIS), menjadi Ketua Umum PBNU (37 tahun).

Halaman:

Editor: Aris Heru Utomo

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Meneladani Pendiri Nahdlatul Ulama KH Hasyim Asy'ari

Selasa, 10 Oktober 2023 | 07:36 WIB

Bung Karno di Mata Sang Pemberontak

Sabtu, 17 Juni 2023 | 15:53 WIB

Jejak Tjong A Fie di Kota Medan

Selasa, 14 Maret 2023 | 07:43 WIB

Meneladani Semangat Membaca Sukarno

Minggu, 25 Desember 2022 | 19:22 WIB
X