Pemikiran KH. Ahmad Dahlan Tentang Modernisasi Pendidikan Islam di Indonesia (Penelitian Pustaka)

Pemuda Adalah Perekat Persatuan Bangsa
Oktober 28, 2022
Bupati Algafry Harapkan 2023 Seluruh Pulau Nangka Terang Benderang
Oktober 28, 2022

Oleh: Khairunisa

Mahasiswi S2 Manajemen Universitas Muhammadiyah Malang 

 

PENDAHULUAN

Pendidikan Islam dikembangkan sesuai ajaran Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW. Pendidikan Islam terus mengalami perubahan kurikulum yang diharapkan lembaga pendidikan Islam. Meskipun beberapa perubahan sebenarnya telah terlihat dalam pendidikan Islam dan terjadi secara alamiah, namun upaya masih diperlukan.

Setidaknya ada 5 tahapan untuk memahami untuk menjelaskan periode pendidikan Islam, yang Pertama adalah periode perkembangan pendidikan Islam yang terjadi pada awal kenabian Muhammad SAW. Kedua, adalah periode perkembangan dan pengembangan pendidikan Islam, yaitu situasi pendidikan Islam yang terjadi pada masa Nabi Muhammad SAW dan masa Khulafaurrasyidin. Ketiga, masa kejayaan pendidikan Islam. Keempat, Kemerosotan Pendidikan Islam Selama kurun waktu tersebut, situasi umat Islam saat itu lebih mengandalkan pemikiran rasional daripada menggunakan model pemikiran rasional yang lazim digunakan di Barat. Kelima, pada masa pembaharuan atau modernisasi pendidikan Islam ini, banyak muncul tokoh pendidikan Islam (khususnya di Indonesia), salah satunya adalah KH. Ahmad dahlan.

Ahmad Dahlan (KH. Ahmad Dahlan) tampaknya telah menciptakan sistem pendidikan yang berorientasi pada pendidikan modern, yaitu dengan menggunakan sistem pendidikan klasik, pekerjaan yang dilakukannya saat itu masih sangat jarang di lembaga pendidikan Islam saat itu. Di sini, ia menggabungkan sistem pendidikan Belanda dengan sistem pendidikan tradisional. Muslim tradisional terlalu menekankan aspek spiritual dalam kehidupan sehari-hari. Namun, berbeda dengan kyai lain yang lebih condong ke agama. Saat itu, KH Ahmad Dahlan meyakini bahwa kemajuan materiil Itu menjadi prioritas, karena dengan cara ini kesejahteraan mereka akan setara dengan para penjajah. Untuk itu perhatian penulis dalam artikel ini adalah untuk mengkaji lebih jauh karyanya dalam rangka mengetahui bagaimana pemikiran KH Ahmad Dahlan tentang modernisasi pendidikan Islam.

 

BAHASAN

Pemikiran berasal dari istilah dasar “berpikir”, yang berarti proses, cara atau perilaku berpikir, yaitu penggunaan akal untuk memutuskan masalah dengan mempertimbangkan semua masalah secara bijaksana. Dalam hal ini berpikir dapat diartikan sebagai upaya bijak dari proses kerja pikiran dan pikiran untuk menemukan fenomena dan berusaha mencari solusi secara bijak. Pendidikan mengacu pada proses mengubah sikap dan perilaku seseorang atau sekelompok orang menjadi manusia dewasa melalui upaya pengajaran dan pelatihan, proses pendidikan, metode, dan tindakan.

Dari uraian tersebut dapat dikatakan bahwa pendidikan sangat penting dan dibutuhkan dalam perkembangan manusia menuju peradaban maju, dan berbeda dengan makhluk lainnya.  Hampir semua pemikiran KH.Ahmad Dahlan melenceng dari perhatiannya terhadap situasi dan kondisi global umat Islam saat itu, terjerumus ke dalam stagnasi (stagnasi), kebodohan dan ketertinggalan. Kebijakan kolonial terhadap Belanda yang tidak kondusif bagi masyarakat Indonesia ini semakin memperburuk keadaan ini, yang melatarbelakangi situasi dan kondisi tersebut yang menginspirasi reformasi KH. Pikiran Ahmad Dahlan. Sejak kunjungan pertamanya ke Mekah, ide ini muncul. Ini berarti bahwa kedua kunjungan tersebut merupakan proses awal dari kontak pengetahuan langsung atau tidak langsungnya. Ide-ide inovatif yang muncul di Timur Tengah pada awal abad ke-20.

Secara garis besar pembaharuan pemikiran KH. Ahmad Dahlan dapat dibedakan menjadi dua aspek, yaitu: Pertama, berupaya mensucikan dan mensucikan ajaran Islam dari akidah, ibadah dan agama Islam. Kedua, melalui reinterpretasi ajaran Islam, umat Islam dapat melepaskan diri dari belenggu pemikiran tradisional. Menurut Ahmad Dahlan (KH. Ahmad Dahlan), upaya strategis mentransformasikan umat Islam dari pemikiran statis menjadi pemikiran dinamis melalui pendidikan. Oleh karena itu, pendidikan harus diutamakan dalam proses pembangunan masyarakat. Mereka berpendidikan tinggi dan memiliki keterampilan analitis yang kritis dan tajam. Hubungan antara pendidikan dan masyarakat adalah bahwa keberadaan kegiatan pendidikan merupakan hasil dari proses sosialisasi yang terjadi di masyarakat.

Benar bahwa modernisasi paling awal dari sistem pendidikan Indonesia tidak bersumber dari umat Islam sendiri. Pemerintah kolonial Belanda memperkenalkan sistem pendidikan modern pertama, yang selanjutnya mempengaruhi sistem pendidikan Islam. Ini dimulai pada paruh kedua abad ke-19 dengan kesempatan bagi penduduk setempat untuk menerima pendidikan. Program tersebut dilaksanakan oleh pemerintah kolonial Belanda melalui pendirian sekolah komunitas atau sekolah pedesaan.

Indikasi sebelum pendidikan islam di Indonesia mengalami modernisasi, antara lain: (1) Pendidikan non klasik. Waktu untuk menerima pendidikan ini tidak dibatasi atau ditentukan oleh lamanya studi, (2) Mata pelajaran tersebut murni mata pelajaran agama dari kitab-kitab Islam klasik. Tidak mengajar mata pelajaran ilmu umum, (3) Metode yang digunakan adalah Sorogan, Wetonan, Hafalan dan Mudzakarah, (4) Ijazah tidak diutamakan untuk membuktikan bahwa personel yang bersangkutan telah menyelesaikan atau menyelesaikan studinya; (5) Tradisi kehidupan pesantren dominan di antara suku Kiai dan Santri.

KH.   Ahmad   Dahlan berpandangan   ada   problem   yang mendasar berkaitan dengan lembaga pendidikan di kalangan umat Islam,   khususnya   lembaga   pendidikan   pesantren. Pertanyaan ini terkait dengan proses pengajaran, kurikulum dan bahan ajar. Dalam proses belajar mengajar, sistem yang digunakan masih menggunakan sorongan dan weton dan guru dianggap sebagai kebenaran yang tidak bisa dikritik. Situasi ini membuat pengajaran tampak tidak demokratis. Bahkan fasilitas modern yang bermanfaat dilarang digunakan karena seperti kafir. Karena kurangnya pemahaman terhadap zaman, pendidikan Islam pada masa itu akhirnya tertinggal.

Gagasan utama KH Ahmad Dahlan tidak terlepas dari motivasi berdirinya Lembaga Pendidikan Islam Muhammadiya. Ada dua alasan munculnya modernisasi pendidikan Islam oleh KH Ahmad Dahlan, yaitu:

1.        Faktor Internal : Kondisi obyektif pesantren dan sekolah

Menghadapi tantangan zaman yang semakin maju dan tiada henti, pesantren hanya mengajarkan agama, tidak sekompleks sekolah umum. Maka, KH Ahmad Dahlan menukar  sistem pondok  dan  pesantren  dengan  sisitem  pendidikan  yang  modern sesuai  dengan  tuntutan  zaman.  Usaha  tersebut  di  wujudkan  dalam bentuk    lembaga    pendidikan yang bersifat spesifik, yaitu mengadopsi sistem pendidikan barat, dimodifikasi sedemikian  rupa  sehingga  berjiwa  Nusantara  yang  mempunyai misi Islam.

2.        Faktor Eksternal : Kondisi sosial politik

Pada tahun 1909 Kh Ahmad Dahlan bergabung dengan Budi Utomo. Ia berharap pada akhirnya dengan cara ini bisa menawarkan kursus agama di sekolah umum, anggota Budi Utomo biasanya bekerja di sekolah-sekolah binaan pemerintah dan instansi pemerintah. Selama menunaikan ibadah haji Kh Ahmad Dahlan terus menimba ilmu agama dan bahasa Arab selama lima tahun di Mekkah. Di sini, dia dan Muhammad, Al-afghani, Rasyid Rida dan Ibn Taymiyah. Reformasi Muhammadiyah sangat menginspirasi pemikiran dan pemikirannya.Tujuan reformasi adalah untuk menegakkan kembali pemahaman agama di sebagian besar dunia Islam yang masih ortodoks (konservatif) saat itu. Oleh karena itu, pemahaman agama yang statis ini harus diubah dan diperbarui dengan kembali kepada Alquran dan Sunnah, serta mensucikan ajaran Islam.

Menurut KH. Ahmad Dahlan, upaya strategis untuk menyelamatkan umat Islam dari pola berpikir yang statis menuju pada pemikiran yang dinamis adalah melalui pendidikan. Oleh karena itu, pendidikan hendaknya ditempatkan pada skala prioritas utama dalam proses pembangunan umat. Mereka hendaknya dididik agar cerdas, kritis, dan memiliki daya analisis yang tajam dalam memeta dinamika kehidupannya pada masa depan.

 

SIMPULAN

Alasan yang melatar belakangi munculnya ide modernisasi KH. Ahmad Dahlan pendidikan Islam, bermula dari dua faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah berhubungan dengan institusi pendidikan Islam itu sendiri dan elemennya. Faktor eksternal merupakan faktor eksternal terpenting yang mempengaruhi dan mendorong dinamika institusi pendidikan Islam.  Yaitu karena sosial politik dan sosial budaya. KH. Ahmad Dahlan mencapai modernisasi dan pengembangan lembaga pendidikan Islam di Indonesia melalui upaya berikut: Memasukkan dan melaksanakan kursus agama Islam di lembaga pendidikan milik koloni Belanda, dan mengadopsi metode pendidikan Barat dan lembaga pendidikan Islam.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Susanto, Pemikiran Pendidikan Islam (Jakarta: Amzah, 2009)

Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam perspektif Islam (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010)

Darwyan Syah dkk, Pengembangan Evaluasi Sistem Pendidikan Agama Islam (Jakarta: Diadit Media, 2009)

Hanun Asrohah, Sejarah Pendidikan Islam (Jakarta: PT Logos Wacana Ilmu, 1999)

Hery Sucipto, KH. Ahmad Dahlan Sang pencerah pendidik dan Pendiri Muhammadiyah (Jakarta: Best Media Utama, 2010)

Nurhayati Djamas, Dinamika Pendidikan Islam di Indonesia Pasca Kemerdekaan (Jakarta: Rajawali Pers, 2009)

Nurholis Madjid, Islam dan kemodernan dan KeIndonesiaan (Bandung: Mizan, 1997)

Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2008)

Ramayulis dan Samsul Nizar, Mengenal Tokoh Pendidikan Islam di Dunia Islam dan Indonesia (Jakarta: Quantum Teaching, 2008)

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian (Jakarta: Rineka Cipta, 1996)

S Lestari dan Ngatini, Pendidikan Islam Kontekstual (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010)

Weinata Sairin, Gerakan Pembaruan Muhammadiyah (Jakarta : Pustaka Sinar Harapan, 1995)

Weinata Sairin, Gerakan Pembaruan Muhammadiyah (Jakarta : Pustaka Sinar Harapan, 1995)

Yatimin Abdullah, Studi Islam Kontemporer (Jakarta: Amzah, 2006)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *