Erupsi Gunung Ruang yang Rawan Picu Tsunami, Sebaran Abu Bisa Meluas ke Kalimantan

Indra Zakaria
- Sabtu, 20 April 2024 | 08:58 WIB
Gunung Ruang meletus.
Gunung Ruang meletus.

 

Sesuai catatan BMKG, pada 1871 erupsi Gunung Ruang menimbulkan tsunami. Saat itu jumlah korbannya diperkirakan mencapai 300–400 jiwa.

 

LETUSAN Gunung Ruang di Sulawesi Utara membuat semua pihak waspada. Kamis (18/4), Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengeluarkan peringatan untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap gelombang tinggi. Ada potensi tsunami bila sebagian atau keseluruhan tubuh Gunung Ruang runtuh.

Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono menerangkan, BMKG mengeluarkan peringatan tersebut untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap tsunami. Dengan peningkatan kewaspadaan, diharapkan tidak timbul korban bila Gunung Ruang mengalami kondisi yang lebih membahayakan. ”Agar masyarakat di pesisir pantai lebih waspada,” katanya.

Baca Juga: Diduga Lakukan Pelecehan Seksual, Ketua KPU Hasyim Asy'ari Didesak Dipecat dari Jabatannya

Antisipasi perlu dilakukan karena gunung dengan ketinggian 725 meter di atas permukaan laut (mdpl) itu memiliki riwayat tsunami. Sesuai dengan catatan BMKG, pada 1871 erupsi Gunung Ruang menimbulkan tsunami. Saat itu jumlah korbannya diperkirakan mencapai 300–400 jiwa. ”Pada erupsi 1871, diperkirakan tsunami disebabkan deformasi tubuh gunung,” paparnya.

Tsunami bisa makin parah bila terjadi shock wave. Yakni, gelombang kejut akibat tekanan gas dalam skala besar yang keluar tiba-tiba. ”Kondisi ini bisa terjadi saat erupsi gunung berapi,” jelas alumnus Prodi Meteorologi dan Geofisika Universitas Indonesia tersebut. Dia meyakinkan masyarakat bahwa BMKG terus memonitor permukaan laut di sekitar Gunung Ruang. Bahkan, petugas menggunakan istilah ”tak berkedip” untuk mendeteksi dini terjadinya tsunami. ”Kami menggunakan alat tide gauge milik Badan Informasi Geospasial dan automatic weather system maritime BMKG,” terangnya kemarin.

Hingga kemarin siang, dipastikan tidak terlihat anomali permukaan laut sebagai indikasi warning tsunami nonseismik. Terdapat lima titik yang menjadi lokasi monitoring permukaan laut, yakni Pulau Siau, Ngalipaeng, Tahuna, Petta, dan Maritim Bitung. ”Semua peralatan di lokasi itu terintegrasi dengan BMKG,” ujarnya. Sementara itu, Kepala Pusat Meteorologi Penerbangan Achadi Subarkah Raharjo menuturkan, BMKG mengeluarkan volcano observatory notices for aviation (VONA) sebanyak tiga kali dalam tiga hari belakangan.

VONA merupakan imbauan dampak erupsi gunung berapi terhadap penerbangan. Sekaligus digunakan dalam collaborative decision making (CDM) yang membantu otorita bandara udara memutuskan menutup bandara atau tidak. ”VONA pertama 16 April pukul 05.37, yang kedua hari yang sama pukul 17.08, dan VONA ketiga pada 17 April pukul 12.15,” paparnya.

Berdasar Volcanic Ash Advisory Centre (VAAC) Darwin diketahui bahwa sebaran letusan berupa abu vulkanis berdampak ke ruang penerbangan di sekitar Gunung Ruang. Bahkan meluas hingga ke Maluku Utara, Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Tengah bagian utara, dan sebagian besar Kalimantan. Sesuai dengan peta sebaran abu vulkanis yang didapatkan Jawa Pos, hanya Kalimantan Selatan yang hampir tidak terdampak abu vulkanis.

Dia menjelaskan, kondisi tersebut yang membuat stakeholder terkait melaporkan bahwa Bandara Sam Ratulangi ditutup. Serta, terdapat laporan hasil paper test VA positif di Bandara Kuabang. ”Ini bandara di Maluku Utara,” katanya. Sementara itu, kemarin aktivitas vulkanis Gunung Ruang terus meningkat. Masyarakat diminta tidak melakukan aktivitas apa pun dalam radius 6 km dari puncak gunung.

’’Pos pengamatan Gunung Ruang mencatat, sepanjang periode 1–17 April 2024 telah terjadi 1.439 kali gempa vulkanik dalam (VTA), 569 kali gempa vulkanik dangkal (VTB), 6 kali gempa tektonik lokal, dan 167 kali gempa tektonik jauh serta gempa terasa tercatat 4 kali dengan skala I MMI,’’ terang Ketua Tim Kerja Pengamatan Gunung Api Heruningtyas dalam konferensi pers secara virtual kemarin. Jumlah kejadian gempa vulkanik dalam meningkat signifikan disertai getaran tremor vulkanik menerus dengan amplitudo overscale.

Heruningtyas menyebut, saat ini masih terjadi peretakan batuan disertai migrasi magma dari reservoir magma dalam ke permukaan. Bentuknya berupa erupsi eksplosif berselingan dengan erupsi efusif (aliran lava). Dia menjelaskan, sejak 17 April pukul 20.39 Wita, stasiun mengalami kerusakan dan jaringan listrik mati. Badan Geologi akan memasang stasiun pengganti untuk memastikan pemantauan Gunung Ruang tetap berlangsung.

Halaman:

Editor: Indra Zakaria

Sumber: Jawapos

Tags

Rekomendasi

Terkini

Indonesia Aman dari Efek Gelombang Panas

Jumat, 3 Mei 2024 | 10:30 WIB

Subsidi dan Impor Migas Jadi Tantangan Fiskal

Kamis, 2 Mei 2024 | 08:58 WIB
X