Kehidupan Dramatis Aristoteles, Sang Bapak Ilmu Pengetahuan (384 SM – 322 SM)

Google News
Aristoteles
Ilustrasi: Aristoteles - WordPress.com

Pewartanusantara.com – Aristoteles lahir di tahun 385 SM, tepatnya di sebuah kota yang bernama Stageira, Chalcidine. Ia adalah anak dari Nicomachus, dokter pribadi Raja Amytas di Makedonia. Aristoteles muda mendapatkan didikan aristokrat sampai ia berusia 17 tahun. Untuk melanjutkan belajarnya tersebut, ia kemudian pergi ke Athena untuk mendapatkan pendidikan di perguruan tinggi milik Plato. Ia kemudian tinggal di akademi selama 20 tahun hingga Plato meninggal.

Aristoteles kemudian menikah bersama Pythias yang sayangnya tak lama kemudian, istrinya tersebut meninggal dunia. Aristoteles kemudian menutuskan untuk menikah lagi dengan wanita bernama Herpyllis. Dari pernikahannya dengan Herypyllis tersebut, Aristoteles memiliki anak laki-laki yang kemudian ia beri nama sebagai Nicomachus.

Plato menjadi sosok yang sangat disukai oleh Aristoteles. Dan setelah Plato meninggal, Aristoteles pun memutuskan untuk pergi ke tempat lain, dan diantara tempat yang pernah ia kunjungi adalah Xenocrates, Lesbos dan Theophrastus. Selama perjalanannya tersebut, Aristoteles sempat melakukan riset dalam bidang Botani maupun Zoologi bersama rekan-rekannya.

Alexander Agung muda juga sempat menjadi salah satu murid Aristoteles. Alexander, putra dari raja Philip yang berkuasa di Makedonia pada masa itu, masih berusia 13 tahun. Kemudian di tahun 335 SM, saat Alexander naik tahta kerajaan sebagai raja, Aristoteles memutuskan untuk pindah ke Athena. Ia merasa bahwa ilmu yang dibekalkan kepada Alexander sudah cukup untuk menjadi seorang raja.

Alexander Agung dengan pencapaiannya yang luar biasa, menjadi sosok penguasa diktator yang membuat Aristoteles kurang setuju kepimpinannya tersebut. Hubungan diantara Alexander dengan Aristoteles pun bisa dikatakan kurang harmonis, bahkan Alexander sempat berniat membunuh Aristoteles. Hingga sepupu Aritoteles dijatuhi hukuman mati oleh Alexander dengan tuduhan pengkhianatan.

Walau bagaimanapun, Aristoteles memiliki hubungan yang erat dengan rakyat Athena dan menjadi tokoh terpercaya. Ia mendirikan sebuah akademi yang kemudian diberi nama Lyceum dan sempat ia kelola 12 tahun lamanya. Aristotles sendiri tetap memberikan kontribusi dengan karya yang luar biasa di tengah kesibukannya mengelola perguruan tinggi di Athena tersebut.

Karya-karya yang dihasilkan Aristoteles tersebut diantaranya berupa buku diktat untuk akademi dan tidak pernah diterbitkan di luar perguruan tinggi. Beberapa buku diktat kuliah tersebut diantaranya Physics, Metaphysics, Politics, Nicomachean Ethics dan De Anima. Tak sedikit sumbangsih yang diberikan oleh Aristoteles untuk ilmu pengetahuan. Sebut saja dari bidang ilmu pengetahuan alam, filsafat, ilmu pendidikan, ilmu budaya asing, sastra dan puisi. Hingga saat ini, Aristoteles memiliki 47 karya yang sekaligus membuatnya dikenal menguasai berbagai bidang ilmu.

Aristoteles mungkin memiliki banyak kesamaan dengan Plato, tetapi ada pula metode dapat dibedakan di antara kedua tokoh tersebut. Aristoteles memperkenalkan metode ilmiah dengan sifat deduktif dan induktif, sementara Plato mengenalkan metode ilmiah yang bersifat deduktif dan apriori, yang mana penilaian benar dan salah diberikan sejak sebelum terjadi ataupun saat mengalami kejadian. Metode berpikir deduktif ini masih digunakan hingga sekarang di tiap pelajaran yang membahas terkait logika formal.

Aristoteles memiliki penilaian bahwa ilmu pengetahuan bisa dijelajahi dengan cara praktis empiris, teoritik maupun seni puitis. Selain itu, Aristoteles juga masih memiliki kerangka berfikir lainnya yaitu yang membahas tentang silogisme yang digunakan dalam menarik suatu kesimpulan berdasar pada fakta-fakta yang sudah ada.

“Excellence is never an accident. It is always the result of high intention, sincere effort, and intelligent execution; it represents the wise choice of many alternatives – choice, not chance, determines your destiny.”
― Aristoteles

Tak heran jika kemudian Aristoteles dianggap sebagai Bapak Ilmu Empiris karena memang ialah yang pertama kali menggagasnya. Pengumpulan data harus dilakukan dengan komprehensif dan sistematis. Alam semesta, menurut Aristoteles, memiliki tujuan dalam hal penciptaannya yang kemudian menghasilkan konsekuensi yang disebutnya sebagai filsafat etika. Filsafat etika di mana setiap tindakan yang dilakukan manusia, sudah dipikirkan secara rasional dan bijaksana dengan tujuan untuk kebajikan.

Baca juga: Biografi Plato dan Pemikirannya (427 SM – 347 SM)