Tulisan Ali Redaksi Jong Celebes 1928, Hadirnya Organisasi Kepemudaan dari Sulawesi

- Jumat, 7 Juli 2023 | 07:45 WIB
Ilustrasi Jong Celebes (Istimewa)
Ilustrasi Jong Celebes (Istimewa)

2e. Terhadap pemuda-pemuda Jawa, Sumatera, Eropa, China, dan lainlain melainkan hal ini pun merapatkan mereka berserikat dalam satu serikatan, sebagaimana nampak di tanah Jawa, Jong-Java dan lainlain tersebut tahadi (tadi) itu.

Baca Juga: Jabatannya Dicopot, Ini Tulisan TB Simatupang soal Kemarahan Presiden Soekarno dan Kudeta Gagal 1952

Walaupun bagitu (begitu), maka Bes tuur (Pengurus) "JONG CELEBES" tentu lebih mengetahui akan sebabnya.

Sekadar (sekedar) hendak menduga arti terhadap pembicaraan p.t. Colijn itu.

Oleh yang tersebut tahadi (tadi) itu tak dapat tiada lambat laun mereka datang dalam pendirian "JONG CELEBES" kita itu.

Jikalau kita samakan dengan nenek moyang kita, yang bermula-mula mencahari penutup badan dan tubuh, beserta makanan yang untuk mempertahankan hidup mereka saja secara manusia yang bernafas buat hidup, maka nampaklah suatu hal pada kita, bahwa telah hidup kita, dalam suatu dewasa, di mana sebahagian besar dari penduduk Boemipoetera melapari (lapar), mendabagai (mendambakan), memerlui (memerlukan) makanan roh, sepentingnya juga kita memerlui (memerlukan) sekarang sabun untuk mencuci badan kita.

Lahir dan batin kita harus dipelihara bersama.

Dalam ibaratnya lapar dan dahaga tidak segala minuman dan makanan pun dapat mematikan (menghilangkan) haus dan lapar.

Maknanya, dalam perjalanan kemajuan pemuda-pemuda kita, patutlah diiringi pesanan orang tua-tua.

Bukannya oleh karena yang tua ialah yang tahu, malahan sebaliknya kaum muda yang dikaruniakan kepandaian, kecerdikan, dan kecerdasan.

Tetapi teringat saya bahasa (bahwa) seorang pengarang Belanda, yang umpamakan fikiran dan phantasie (fantasi) seorang muda, laksana menunggang kuda Janggi-Hijau, yang berkilau-kilau warnanya, yang terbang kian kemari diliputi nyala api dan menyemburkan api.

Demikian dewasa kemudaan itu. Itulah dewasa ideaal (sesuai dengan idaman), hendak berkata apa yang tahu (diketahui), apa yang dirasa, apa yang nampak pada mata.

Tetapi tak dapat disangkal juga, dewasa itu, dewasa yang mulia, lida (lidah) dan pena belum dituntun atau dihentar (dipengaruhi) oleh keakalan tipu muslihat, sebagaimana manusia di dunia yang hendak menerkam sama manusianya oleh peperangan, perampasan sesuap nasi.

Tak dapat disangkal dewasa kemudaan itu, dewasa yang termulia sebab nampak pada mata kita daun dan rumput sungguh hijau warnanya, langit yang biru, biru warnanya, dawat (tinta) yang hitam, hitam warnanya. [Bersambung]

Saudara pemuda. Jauhlah kiranya padamu waktu dan saat itu, yang mana pemandangan (pandangan)mu berubah. dawat (tinta) yang hitam dikatakanmu (kamu katakan) putih, langit yang biru dika tukanmu (kamu katakan) merah.

Halaman:

Editor: Y Fernando Hamonangan

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Rio Reifan Kapok, Lima Kali Terlibat Narkoba

Sabtu, 4 Mei 2024 | 08:19 WIB
X