Bila Suku Anak Dalam Jambi Merajuk Lewat Syair, Makna dan Bunyinya Menyayat Hati

- Minggu, 4 Juni 2023 | 09:05 WIB
Orang Rimba memiliki kesenian berupa nyanyian dan berdedekiron yang tak banyak diketahui oleh orang luar (foto: dok/kkiwarsi)
Orang Rimba memiliki kesenian berupa nyanyian dan berdedekiron yang tak banyak diketahui oleh orang luar (foto: dok/kkiwarsi)

METROJAMBI.COM - Selain tradisi nyanyian seperti Belalak Gendang, Suku Anak Dalam Jambi juga memiliki jenis nyanyian lainnya yang mereka sebut ber-dedekiron.

Ber-dedekiron ini merupakan cara suku pedalaman yang juga dikenal dengan nama Orang Rimba ini untuk mengenang kisah-kisah para leluhur mereka.

Dalam ber-dedekiron, Orang Rimba menggunakan bahasa nenek moyang mereka, dan hanya orang-orang tua atau para rerayo yang bisa memahami artinya.

Baca Juga: BSI Ingatkan Nasabah Berhati-Hati dengan Modus Penipuan Baru, Abaikan Nomor Tak Dikenal

Dedekiron terdiri dari beberapa macam, salah satunya adalah dedekiron merajuk.

Dedikiron merajuk ini mengandung makna dan penghayatan terhadap perubahan budaya karena pengaruh budaya luar yang ikut membuat pergeseran dalam budaya Orang Rimba.

Berikut ini lirik dedekiron merajuk Orang Rimba di Taman Nasional Bukit Duabelas (TNBD) Jambi dikutip dari database KKI Warsi:

Baca Juga: Ini Pesan Khusus Presiden Jokowi Untuk Jamaah Haji Indonesia di Makkah dan Madinah

La... elih... elih... buang kami la to buang...
He... la helang jedi to olah helang...
Pancil he... umat to o... pancil...
Sesuai kami di tengah bah... nyak dengan...
Banyak mengenang la mo dah lagi lamo...e...
Ibo la hati i oabo... o... hatiibo...
Lah tu meniti air lah mato...
Mengenang tinggal ta akan tinggal...
Le elih... alih...
Takapo mengenang kami memencil duduk memencil
He... buang surang to o... buang...
Pencil he urang to o... banci...

Baca Juga: Juara Piala FA, Manchester City Semakin Dekat Raih Treble Winner Musim Ini

Itulah lirik dedekiron merajuk yang masih dilestarikan oleh para rerayo Orang Rimba di sekitar Bukit Duabelas, Jambi.

Bagi yang mengerti maknanya, syair ini cukup menyayat hati, tentang suku pedalaman yang merasa terbuang.

Editor: Herma Yulis

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X