Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Menilik Sejarah Tambang Salido Sumatra Barat, Tambang Emas Tertua di Indonesia yang Dikelola VOC

Menilik Sejarah Tambang Salido Sumatra Barat, Tambang Emas Tertua di Indonesia yang Dikelola VOC<br>

Menilik Sejarah Tambang Salido Sumatra Barat, Tambang Emas Tertua di Indonesia yang Dikelola VOC

Aktivitas pertambangan di Pulau Sumatea sudah berlangsung sejak era pendudukan VOC pada abad ke-19.

Nusantara dulunya memiliki kekayaan alam yang begitu luar biasa melimpah, baik itu di bidang pertanian hingga pertambangan. Aktivitas pertambangan dulunya sudah dipelopori oleh serikat dagang Belanda, yaitu VOC.

Di samping perburuan rempah-rempah di beberapa wilayah Nusantara, rupanya tambang juga menjadi komoditas lain yang tak kalah menjanjikan. Tak heran jika pihak asing seperti VOC mengirimkan orang-orang terbaiknya untuk melakukan penelitian kandungan emas.

(Foto: Wikipedia)

Berbicara soal pertambangan, Pulau Sumatra merupakan salah satu daerah yang menjadi perhatian Belanda. Tambang Salido atau Tambang Gunung Arum merupakan tambang emas tertua di Indonesia yang dikelola langsung oleh VOC.

VOC sudah mengelola pertambangan emas yang berada di Desa Salido Ketek, Nagari Tambang, Sumatra Barat ini selama kurang lebih 150 tahun. Di sekitar galian emas itu terdapat 300 anak tangga yang menuju perbukitan serta terowongan sepanjang 300 meter.

Konsesi Dagang VOC

Mengutip beberapa sumber, awal mula pembukaan tambang emas Salido ini saat konsesi dagang VOC di Sumatra's Westkust melalui Perjanjian Painan. VOC kemudian berhak menguasai Pulau Cingkuak pada tahun 1662.

Dengan menguasai Pulau Cingkuak, VOC pun semakin mudah untuk menduduki Kota Padang. Bahkan, pulau ini berperan penting sebagai loji untuk keperluan perdagangan lada dan pala sekaligus mengelola tambang emas Salido.

Secara periodisasi, Tambang Emas Salido mulai berjalan sejak tahun 1669 setelah VOC berhasil menguasai Desa Salido Ketek yang bertujuan untuk keperluan dagang di Pantai Barat Sumatra.

Eksploitasi tambang emas Salido ini berada di bawah jabatan Commandeur Jacob Horizon Pitt yang menjabat pada tahun 1667 hingga 1678. Ia adalah Commandeur VOC ketiga untuk wilayah Padang.

Datangkan Budak

VOC pertama kalinya mendatangkan pakar ahli tambang ke Salido yang berasal dari Hongaria, yaitu Nicolaas Frederich Fisher dan Johan de Graf. Para pekerja tambang emas di sini sebagian besar adalah budak yang di bawa VOC dari Madagaskar serta tawanan perang.

Selain budak asal Madagaskar, beberapa ahli juga menyebut di tambang emas Salido juga mempekerjakan budak-budak yang berasal dari Pulau Nias. Dengan melakukan eksploitasi, tambang emas Salido menyumbang keuntungan yang cukup besar.

Menilik Sejarah Tambang Salido Sumatra Barat, Tambang Emas Tertua di Indonesia yang Dikelola VOC

Di samping mendatangkan budak, VOC juga mendatangkan beberapa pakar ahli seperti Johann Wilhelm Vogel asal Jerman, Benjamin Olitzsch dan Elias Hesse. Benjamin pun meninggal dunia pada tahun 1682 karena sakit. Ia dimakamkan di Pulau Cingkuak.

Mengutip peragaanmuseumgeologi.wordpress.com, Elias Hesse mencatat mulai 9 November 1680 hingga 16 Juni 1681 sebanyak 32 dari 262 budak tambang di Salido meninggal dunia.

(Foto: Pixabay)

Alami Kerugian

Seiring berjalannya waktu, tambang emas Salido mulai menurun ketika di bawah arahan Gabriel Muller. Kehidupan di sana semakin memburuk serta faktor Belanda yang saat itu sedang berperang melawan Prancis sehingga berdampak ke negeri jajahannya.

Setelah sempat ditutup, tambang emas Salido kembali dibuka pada tahun 1724 serta mendatangkan ahli tambang asal Jerman, Mettenus. Namun, bertepatan dengan dibukanya Salido, rupanya VOC juga menemukan spot penambangan baru di Jawa Barat.

Alhasil, usaha membuka tambang Salido kali ini tampaknya tidak bernilai besar. VOC pun dilanda kerugian, akhirnya tambang Salido pun resmi ditutup kembali.

Kembali Meningkat

Pada tahun 1732, tambang emas Salido dibuka lagi dengan meningkatkan eksplorasi dengan membuat lubang galian bernama cloon-tunnel sepanjang 300 meter. Rentang tahun 1732-1733 penghasilan emas di daerah ini terpantau meningkat.

Menilik Sejarah Tambang Salido Sumatra Barat, Tambang Emas Tertua di Indonesia yang Dikelola VOC

Kemudian, eksploitasi emas di Salido kali ini ada yang mendanai serta tergiur dengan keuntungan yang menjanjikan. Di bawah pimpinan yang baru yaitu Arthur Clay, mempekerjakan 6 orang ahli Eropa, dan 50 hingga 60 pekerja kontrak dan 200 orang kuli bebas.

Namun, di bawah kendalinya tambang emas Salido terus merugi. Setelah itu, keadaan di daerah tersebut mulai memburuk dan akhirnya tidak lagi dilanjutkan sejak tahun 1928.

Kondisi Saat ini

Setelah hampir 150 tahun dieksploitasi oleh VOC dengan pasang surutnya, kondisinya kini hanya tersisa peninggalan-peninggalan sejarah saja. Contohnya saja seperti pembangkit listrik tenaga air yang di bangun oleh Belanda dan anak tangga yang jumlahnya sekitar 300 buah.

Kemudian di bagian hulunya terdapat sebuah terowongan dengan panjang kira-kira 500 meter yang dilengkapi jembatan air di bagian atasnya. Pembuatan jembatan air itu berfungsi menyalurkan air di atas sebuah lembah di perbukitan Salido.

Menelusuri Sejarah Jembatan Tertua di Pulau Sumatra, Diresmikan oleh Wapres RI Pertama
Menelusuri Sejarah Jembatan Tertua di Pulau Sumatra, Diresmikan oleh Wapres RI Pertama

Jembatan yang satu ini konon menjadi jembatan tertua yang ada di Pulau Sumatera.

Baca Selengkapnya
Sejarah Orang-orang Jawa Imigrasi ke Pulau Sumatera, Bekerja Jadi Buruh Tani Milik Belanda
Sejarah Orang-orang Jawa Imigrasi ke Pulau Sumatera, Bekerja Jadi Buruh Tani Milik Belanda

Sejak tingginya aktivitas imigrasi orang-orang Jawa ke Sumatera, mereka menetap dan membentuk sebuah komunitas.

Baca Selengkapnya
Pernah Melawan Penjajah Belanda Sampai 50 Tahun, Begini Sejarah Suku Basemah di Sumatera Selatan
Pernah Melawan Penjajah Belanda Sampai 50 Tahun, Begini Sejarah Suku Basemah di Sumatera Selatan

Suku asli dari kota Pagaralam, Ogan Komering Ulu Selatan, dan Muara Enim ini melakukan perlawanan terlama dalam sejarah.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Berawal dari Keinginan Masyarakat Setempat, Ini Sejarah Kabupaten Batu Bara di Sumatra Utara
Berawal dari Keinginan Masyarakat Setempat, Ini Sejarah Kabupaten Batu Bara di Sumatra Utara

Salah satu kabupaten yang berada di Provinsi Sumatra Utara ini merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Asahan.

Baca Selengkapnya
Mengenal Suku Orang Laut, Penghuni Perairan Sumatra Timur yang Dulunya Dikenal Kawanan Perompak
Mengenal Suku Orang Laut, Penghuni Perairan Sumatra Timur yang Dulunya Dikenal Kawanan Perompak

Salah satu masyarakat asli Sumatra Timur yang kesehariannya hidup di perairan ini berperan dalam melestarikan kehidupan bahari.

Baca Selengkapnya
Sejarah Jalur Rempah di Bumi Sumatra, Punya Kualitas Terbaik hingga Jadi Perburuan Pedagang Eropa
Sejarah Jalur Rempah di Bumi Sumatra, Punya Kualitas Terbaik hingga Jadi Perburuan Pedagang Eropa

Tak hanya wilayah Timur saja yang kaya akan rempah-rempah. Pulau Sumatra juga tidak kalah kaya dengan hasil rempah yang juga menjadi incaran pedagang Eropa.

Baca Selengkapnya
Sejarah Tari Serampang XII, Perpaduan Budaya Melayu dengan 12 Macam Gerakan Tarian
Sejarah Tari Serampang XII, Perpaduan Budaya Melayu dengan 12 Macam Gerakan Tarian

Tari Serampang XII, kesenian tradisional dari Sumatra Utara yang menggambarkan kisah asmara dengan 12 ragam gerakan berbeda.

Baca Selengkapnya
Menyusuri Sejarah Kereta Api di Padang Panjang, Awalnya Untuk Distribusi Kopi dari Desa ke Kota
Menyusuri Sejarah Kereta Api di Padang Panjang, Awalnya Untuk Distribusi Kopi dari Desa ke Kota

Perkembangan jalur kereta api di Pulau Sumatera sudah mulai dibangun sejak zaman kolonial Belanda untuk mempermudah akses pengiriman logistik dari Desa ke Kota.

Baca Selengkapnya
Sejarah Padang Mangateh, Peternakan Tertua dan Terbesar di Sumatra Barat Warisan Kolonial
Sejarah Padang Mangateh, Peternakan Tertua dan Terbesar di Sumatra Barat Warisan Kolonial

Sebuah daerah khusus peternakan ini dikenal mirip seperti padang rumput yang berada di Selandia Baru dan didirikan langsung oleh Pemerintah Hinda Belanda.

Baca Selengkapnya