Sebelum disensor, adegan vulgar banjiri film horor
Merdeka.com - Berdasarkan data dari Lembaga Sensor Film (LSF) Indonesia, jumlah produksi film nasional di tahun 2011 memang mengalami kenaikan sekitar 5,2 % jika dibandingkan dengan tahun 2010. Namun, tak sedikit pula jumlah film yang di tahun itu ditolak karena tak layak tayang.
Menurut Wakil Ketua LSF, Nunus Supardi, biasanya film-film itu ditolak karena judul atau cover yang bermasalah, kualitas materi yang tidak layak tayang serta adegan-adegan yang dipertontokan tidak mendidik. Namun, jika ada produser yang bersedia mengganti atau memperbaiki poin-poin yang mendapat penilaian buruk, maka LSF akan memberikan kelonggoran pada mereka untuk memperbaiki.
"Dan kalau memang setelah diperbaiki memang layak tayang kita ya berarti lulus sensor dan layak tayang," kata Nunus saat berbincang dengan merdeka.com, Minggu (29/4).
Nunus menambahkan, film yang banyak ditolak atau dinyatakan tidak lulus sensor adalah film horor. Parahnya lagi ternyata film horor itu produksi dalam negeri.
"Pernah suatu kali saya masuk ke ruang sensor. Lalu saya tanya kepada karyawan kita, itu film horor karya siapa kok adegannya seperti itu. Kata mereka itu dari produksi Indonesia. Wuah saya benar-benar nggak nyangka, kok ada ya orang Indonesia mau produksi film kaya begitu," keluh Nunus.
Sayang Nunus tidak merinci adegan seperti apa yang dianggapnya tidak senonoh itu. Yang jelas katanya, untuk film horor Indonesia cukup banyak adegan yang harus dipotong sebelum akhirnya dinyatakan lulus sensor.
"Berapa banyak durasi dan seperti apanya saya tidak ingat persis. Tapi cukup yah..begitu, misalnya ada agendan di ranjang, ya kita sebisa mungkin memotong kalau memang itu tidak layang tayang, paling kita ambilnya tempat tidurnya saja, untuk menandakan itu kamar tidur," tambahnya.
"Tapi kan ada juga yang kalau itu sesuai tempatnya ya gak masalah, misalnya pakai bikini di pantai. Kalau pakai di jalan umum ya kita potong juga lah," kelakarnya.
Dikatakan Nunus, LSF sebagai lembaga sensor tentu mempunyai panduan agedan, kalimat seperti apa yang harus dipotong dalam sebuah film. Seperti, tidak menyinggung soal agama, tidak mengandung ajaran radikal, tidak ada sangkut paut dengan ideologi politik, saat pengambilan gambar tidak mengganggu kepentingan umum, poster atau adegan tidak mengandung asusila, dan tidak boleh membawa-bawa SARA.
"Dan kriteria yang kita cermati itu seperti judul film, adegan atau gambar seperti ada gambar seronok, kekerasan, darah, kemudia dialog atau bahasanya juga cover film itu sendiri," jelas Nunus.
Saat ditanya, siapakah yang berhak dipersalahkan atas buruknya kualitas perfilman Indonesia terutama film horor saat ini, Nunus tidak bisa menunjuk hidung satu pihak saja. Yang jelas, Indonesia tidak lihai memasarkan film-film bagusnya ke kancah yang lebih bergengsi lagi seperti yang dilakukan Bollywood.
"Ya memang bisa dikatakan perhatian pemerintah kita sangat kurang. Kita juga nggak punya kekuatan untuk memasarkan, maka itu kualitasnya masih jauh dari harapan," tandas Nunus.
(mdk/war)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Film layar lebar apa saja yang sukses besar dari segi penjualan tiketnya?
Baca SelengkapnyaPenyidik masih menunggu jaksa peneliti memeriksa kelengkapan berkas perkara apakah lengkap secara materiil dan formil.
Baca SelengkapnyaPerayaan ulang tahun yang diselenggarakan di rumah Mayjen Kunto Arief dipenuhi dengan kehadiran para 'setan'. Bagaimana momen 'horor'-nya?
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Pihak Siskaeee mengklaim belum menerima surat panggilan kedua dari penyidik Ditreskrimsus Polda Metro Jaya untuk kembali diperiksa pada Jumat (19/1) besok.
Baca SelengkapnyaSiskaeee dua kali gagal diperiksa polisi dalam kasus film porno
Baca SelengkapnyaDulu gambar toong sempat viral di masanya, anak-anak yang ingin menonton diharuskan membayar sebesar Rp5 sampai Rp10 rupiah
Baca SelengkapnyaSedangkan untuk tersangka pemeran pria yang telah diketahui inisialnya adalah Bima Prawira (BP) dan Fatra Ardianata (AFL).
Baca SelengkapnyaTulus bilang, kejadian macet horor di Pelabuhan Merak selalu berulang di setiap musim mudik Lebaran.
Baca SelengkapnyaFilm berlatar horor itu terinspirasi dari kisah nyata berjudul 'Sinden Gaib'.
Baca Selengkapnya