Sukses

Sejarah Tari Legong yang Lahir dari Mimpi Raja Bali

Tari legong berasal dari lingkungan keraton yang ada di Bali pada paruh kedua abad ke-19

Liputan6.com, Bali - Selain tari kecak, Pulau Bali juga memiliki tarian tradisional lain yang tak kalah menarik. Adalah tari legong, yang merupakan sebuah tari tradisional yang menggabungkan gerakan tubuh dengan suara gamelan.

Dalam bahasa Bali, legong berasal dari kata 'leg' yang berarti gerakan tari yang luwes, serta 'gong' yang merupakan unsur gamelan. Legong bisa diartikan sebagai tarian yang gerakannya sangat terikat dengan musik dan gamelan pengiringnya.

Tari legong berasal dari lingkungan keraton yang ada di Bali pada paruh kedua abad ke-19. Konon, tarian ini lahir dari mimpi seorang pangeran kerajaan, yakni Pangeran Sukawati.

Cerita yang berkembang meyakini bahwa Pangeran Sukawati mendapatkan mimpi ketika sedang sakit. Dalam mimpinya, sang pangeran sedang melihat dua orang wanita yang sedang menari sangat anggun dengan iringan gamelan khas Bali.

Gerakan tari yang digabungkan dengan alunan musik tersebut membuat Pangeran Sukawati mengilustrasikannya dalam gerakan koreografi yang dipandu oleh pemimpin adat. Akhirnya, saat Sukawati sembuh, ia pun mengajarkan tarian tersebut kepada para wanita di kerajaan.

Dari sanalah, lahir tarian legong yang sakral. Tari legong bermula dari istana dan secara perlahan menjadi dikenal oleh masyarakat.

Kemudian, tarian tersebut diajarkan oleh beberapa guru tari Bali yang berasal dari berbagai desa. Guru ini kemudian mengajarkan kepada murid-muridnya dan menggunakan legong sebagai bagian utama dalam upacara odalan.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Gerak yang Kompleks

Legong merupakan sekelompok tarian klasik Bali yang memiliki pembendaharaan gerak yang sangat kompleks yang terikat dengan struktur tabuh pengiring. Konon, tari legong merupakan pengaruh dari gambuh, yakni teater dramatari Bali yang dianggap paling tinggi mutunya dan paling kaya akan gerak-gerak tari, sehingga dianggap sebagai sumber segala jenis tari klasik Bali.

Gamelan yang digunakan untuk mengiringi tari legong dinamakan Gamelan Semar Pagulingan. Penari legong yang baku adalah dua orang gadis yang belum mengalami siklus menstruasi.

Tari legong ditarikan di bawah sinar bulan purnama di halaman keraton. Kedua penari ini, disebut legong, selalu dilengkapi dengan kipas sebagai alat bantu.

Pada beberapa tari legong terdapat seorang penari tambahan, yakni condong, yang tidak dilengkapi dengan kipas. Struktur tarian pada tari legong umumnya terdiri dari papeson, pangawak, pengecet, dan pakaad.

Terdapat sekitar 18 tari legong yang dikembangkan di selatan Bali, seperti Gianyar (Saba, Bedulu, Pejeng, Peliatan), Badung (Binoh dan Kuta), Denpasar (Kelandis), dan Tabanan (Tista). Beberapa jenis tari legong, di antaranya legong lasem (Kraton), legong jobog, legong legod bawa, legong kuntul, legong smaradahana, serta legong sudarsana.

Beberapa daerah di Bali mempunyai legong yang khas, seperti di Desa Tista (Tabanan) yang terdapat jenis legong yang dinamakan Andir (Nandir). Sementara itu, di pura Payogan Agung (Ketewel) terdapat tari legong dengan menggunakan topeng yang dinamakan Sanghyang ratu dedari atau Topeng ratu dedari.

Tari legong juga tampil di bagian belakang uang baru Indonesia pecahan Rp50.000. Pada bagian belakang uang TE 2022 tersebut menampilkan gambar tari legong Bali yang yang disandingkan dengan bunga jepun Bali serta panorama alam Taman Nasional Komodo.

 

Penulis: Resla Aknaita Chak

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.