Sukses

Cerita di Balik Sepeda Ontel Peninggalan Pasukan Rimba Gorontalo

Sepeda buatan Amsterdam, Belanda ini memiliki catatan sejarah perjuangan masyarakat Gorontalo, dalam mempertahankan kemerdekaan kala itu.

Liputan6.com, Gorontalo - Sepeda Ontel kuno merk Hima masih tersimpan bagus di Museum Purbakala Popa Eyato Provinsi Gorontalo. Sepeda buatan Amsterdam, Belanda ini memiliki catatan sejarah perjuangan masyarakat Gorontalo, dalam mempertahankan kemerdekaan kala itu.

Sepeda ontel itu kendaraan satu-satunya yang dipakai pasukan rimba dalam peperangan melawan sekutu. Tak mengenal jarak tempuh yang jauh, pasukan rimba Gorontalo tetap menggunakan sepeda tersebut untuk berjuang.

Kepala Bidang pengelola Museum Gorontalo Suharto Nasaru mengatakan, sepeda tersebut merupakan hibah dari Bapak Harry Manueke warga Desa Helumo, Kecamatan Suwawa, Kabupaten Bone Bolango (Bonebol). 

"Beliau berinisiatif mengantarkan sepeda tersebut ke museum sejak tahun 2016 lalu. Ia memilih menyimpan benda bersejarah ini karena ada sejarahnya," kata Suharto.

Setelah penjajah hengkang dari Indonesia, sepeda itu kemudian jadi milik Jonder Manueke, seorang kepala polisi di Gorontalo. Mereka menjadikan sepeda tersebut sebagai kendaraan operasional dinas Polres Kota Madya yang kini berganti dengan Polres Gorontalo Kota.

"Setelah digunakan pasukan rimba dalam mengusir penjajah, sepeda tersebut kemudian digunakan polisi pada zaman dulu," ujarnya kepada Liputan6.com sembari menceritakan sejarah sepeda itu.

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Simak Video Pilihan Berikut Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Melawan Permesta

Tidak hanya itu, sepeda tersebut juga pernah dijadikan sebagai kendaraan yang difungsikan untuk membawa amunisi prajurit saat terjadi Perang Rakyat Semesta (Permesta) atau yang dikenal dengan Gerakan Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) pada tahun 1958 sillam. 

"Keinginan PRRI saat itu untuk memutuskan hubungan dengan pemerintah Republik Indonesia, dan membentuk negara Indonesia Timur. Namun saat itu, warga Gorontalo menolak," jelasnya.

"Nah sepeda ini lagi yang kemudian menjadi saksi sejarah melawan Permesta," tuturnya.

Kala itu, masyarakat Gorontalo membentuk kelompok yang dinamakan pasukan gerilya. Bahkan beberapa kali sempat mengalami pertempuran wilayah yang sudah dikuasai permesta. Pasukan Gorontalo sempat melakukan pencurian senjata di pos tentara permesta dengan menggunakan sepeda tersebut. 

"Saat itu, sepeda tersebut merupakan alat transportasi satu-satunya digunakan untuk misi tersembunyi. Salah satunya mengangkut senjata rampasan dari permesta," terangnya.

Setelah itu, pasukan rimbah menarik diri untuk bersembunyi di salah satu hutan yang ada di Kabupaten Bonebol. Senjata yang mereka ambil dari tentara permesta disembunyikan dalam hutan untuk mengepung musuh.

"Setelah terlibat pertempuran, pasukan warga Gorontalo yang dibantu pasukan angkatan perang Republik Indonesia, berhasil menumpas permesta di Gorontalo," katanya.

"Itulah mengapa jika sepeda tersebut diserahkan oleh pihak keluarga di museum agar orang lebih mengenal kendaraan apa yang digunakan penjajah kala itu," tutur dia.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.