Sejarah Sepeda Onthel

- Senin, 19 Juni 2023 | 14:05 WIB
Sejarah Sepeda Onthel (UPI/FM)
Sejarah Sepeda Onthel (UPI/FM)

KORAN GALA - Sepeda lawas atau sepeda onthel seperti yang dikenal saat ini berawal dari Eropa. Tepatnya tahun 1790-an saat Inggris berhasil membuat sepeda.

Jangan bayangkan bentuk sepeda seperti saat ini. Yang pasti, rancang bangun sepeda  yang dinamai Hobby Horses dan Celeriferes tersebut menjadi cikal bakal cetak biru sepeda era milenia.

Hobby Horses dan Celeriferes tidak dibekali mekanisme sepeda masa kini dengan batang kemudi dan sistem pedal. Sepeda yang dimaksud saat itu lebih mirip rangka kayu yang diberi dua roda. Ukurannya juga jauh dari ramping dan sama sekali tidak fleksibel dalam hal gerakan.

Tapi dari segi kegunaan duo sepeda perdana itu cukup membantu mobilitas orang-orang pada masanya. Temuan penting di dunia gowes ini menemukan momentum berikutnya di tangan  Baron Karl Von Drais.

Mahasiswa matematika dan mekanik di Heidelberg, Jerman ini berhasil melakukan terobosan yang membuatnya diakui sebagai peletak dasar pengembangan sepeda berikutnya.

Baca Juga: Resep Kue Carabikang, Empuk Merekah untuk Camilan Pekan Ini

Hobby Horses dimodifikasi Von Drais sedemikian rupa sehingga bagian roda depannya mempunyai mekanisme kemudi.

Mengandalkan tenaga gerak dari kedua kaki, temuan dasar mekanisme sepeda Von Drais membuatnya meluncur lebih cepat saat dicoba berkeliling kebun. Ia menamai sepeda modifikasinya itu Draisienne. Mendapat apresiasi, Draisienne  sampai diberitakan koran lokal Jerman tahun 1817.

Mekanisme kemudi pada bagian roda depan ala Von Drais menjadi dasar perkembangan sepeda selanjutnya dengan mengambil tenaga gerak kedua kaki untuk menghasilkan luncuran lebih cepat.

Proses penyempurnaan sepeda berikutnya sampai di era Kirkpatrick Macmillan tahun 1839. Macmillan menambahkan batang penggerak yang menghubungkan roda belakang dengan ban depan Draisienne.

Hasilnya adalah sepeda dengan mekanisme yang kita kenal saat ini: dikayuh dengan pedal.

Baca Juga: Resep Martabak Bolu, Mudah dan Lembut untuk 2 Loyang

Dan butuh tiga dekade hingga James Starley menciptakan terobosan berikutnya, sepeda dengan jari-jari. Tapi Starley masih menghadapi persoalan keseimbangan.

Sepeda jari-jari hasil pengembangannya memiliki roda depan berukuran raksasa dan roda belakang yang sangat kecil.

Sepeda Starley dengan roda berjari-jari dan bermetode cross-tangent itu dikenal di tahun  1870-an dengan sebutan high wheel bicycle.

Meski dari tampilan tampak “lucu”, sepeda Starley dengan cepat populer di seluruh Eropa. Sampai saat ini prinsip teknologi Starley masih digunakan. Hal yang menjadikan sepeda Starley populer adalah bobotnya yang jauh lebih ringan saat dikayuh.

Kekurangannya,  sepeda Starley yang memiliki roda depan raksasa dan roda belakang mungil menyulitkan orang-orang berperawakan kecil termasuk perempuan untuk menggowesnya.

Alasannya karena posisi pedal dan joknya yang cukup tinggi sehingga hanya bisa digunakan orang-orang dengan tinggi ideal.

Baca Juga: Resep Kue Monyong Manis Legit Mirip Bugis

Tahun 1886 pencinta sepeda John Kemp Starley menawarkan solusi yang ditunggu. John Kemp Starley tak hanya berhasil membuat sepeda dengan roda berukuran sama hingga posisi pedal lebih rendah. Tapi juga aman dikendarai siapa pun dengan rantai penghubung yang menggerakkan roda.

Soal nama belakang yang sama pengembang sebelumnya, itu karena John Kemp Starley memang keponakan James Starley. Dan hanya dua tahun berselang temuan tak kalah penting ditorehkan John Boyd Dunlop pada 1888.

Dunlop menemukan teknologi ban sepeda yang bisa diisi angin atau pneumatic tire. Sejak temuan Dunlop ini dunia sepeda berkembang pesat. Tak lagi berfokus pada mekanisme gerak tapi meluas pada bentuk.

Perkembangan sepeda di Indonesa sendiri dipengaruhi kaum penjajah, terutama Belanda yang membawa serta sepeda produk Negeri Kincir Angin untuk berkeliling menikmati alam.

Kebiasaan mereka ini menular pada kaum bangsawan pribumi hingga menjadi alat transportasi dengan gengsi tinggi. Seiring waktu penggunaannya kian egaliter dan mulai digunakan dalam aktivitas ekonomi seperti sarana pengangkut warga kebanyakan.

Baca Juga: Resep Martabak Kubang Renyah Gurih Menggugah Selera

Masa keemasan sepeda perlahan memudar dengan kehadiran moda transportasi bertenaga mesin seperti motor. Tapi sepeda lawas kadung mendapat tempat tersendiri di hati penghobinya.

Sepeda lawas yang menjadi koleksi, kebanyakan produk pabrikan Eropa, terutama Belanda dan Inggris dengan tahun peluncuran 1940 sampai 1950-an.

Namun, sepeda lawas para kolektor onthel berbeda dengan sepeda kuno yang banyak juga disewakan di tempat wisata. Sepeda lawas jenis ini biasanya model keluaran tahun 80-90-an dengan pabrikan Cina dan Jepang.

Di Tanah Air, sebutan untuk sepeda lawas tak hanya onthel tapi juga jengki, kumbang, sundung, sapedah baheula dan lainnya.

Soal dominasi sepeda lawas Eropa dipengaruhi oleh embargo produk Amerika di masa Bung Karno. Secara umum ada empat jenis sepeda onthel yang paling populer.

Baca Juga: 5 Mitos dan Fakta Daging Kambing, Pantang Dimakan dengan Durian Hingga Vitalitas Pria

Halaman:

Editor: Mia Fahrani

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X