Mohon tunggu...
ROMO NTB
ROMO NTB Mohon Tunggu... Wiraswasta - muslim, plural, akar rumput

Aku adalah apa yang diinginkan Tuhan atas diriku

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Pelecing Lombok, Pedasnya Menggoda, tapi Penuh Dilema

22 Maret 2022   19:33 Diperbarui: 23 Maret 2022   00:52 965
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pelecing, Kuliner Khas Lombok

Pelecing. Nama kuliner yang satu ini bisa jadi cukup aneh didengar. Salah satu kuliner khas Lombok - NTB ini merupakan sajian makanan yang paling sering dicari, khususnya untuk para penggemar pedas. Berbahan baku kangkung asli Lombok, dicampur dengan sambal hasil olahan cabe, tomat dan sedikit terasi racikan tangan, ditambah dengan parutan kelapa sebagai penghias. Mak nyus, buat para penggemar kuliner pedas. Pelecing biasa disajikan sebagai pengganti sayur. Bersama dengan Ayam Taliwang atau Ikan Bakar. Perpaduan rasa yang menggoda tersebut menjadikan pelecing selalu dicari, baik oleh pengunjung lokal maupun wisatawan luar NTB yang sedang datang ke Lombok. Kurang lengkap rasanya, jika datang ke Lombok, tanpa menikmati pelecing dengan bumbu khas Lombok ini.

Menurut sejarahnya, sebagaimana dikutip dalam budaya-indonesia.org, sejarah Pelecing mempunyai kisahnya asal muasal terciptanya makanan tersebut. Pada zaman dahulu, hiduplah seorang putri yang sangat cantik tapi tak ada satupun yang pernah melihat kecantikan sang putri tersebut karena setiap harinya sang putri selalu menutup wajahnya dengan penutup. Dalam kerajaan tersebut, tinggal pula seorang juru masak yang sangat terkenal dengan masakannya yang sangat enak dan lezat. Suatu hari, juru masak tersebut sangat penasaran untuk melihat kecantikan wajah Sang Putri tersebut.  Si juru masak pun berpikir keras untuk menciptakan sebuah makanan yang sangat aneh caranya untuk di hidangkan agar mampu melihat wajah Sang Putri. Setelah lama mengolah makanan tersebut, si juru masak mulai memperkenalkan makanan temuannya itu kepada semua penghuni Istana. Si juru masak ternyata menghidangkan makanan sayuran panjang yang tidak potong-potong.  Juru masak tersebut memperagakan cara menikmati makanan tersebut dengan menengadahkan kepalanya ke atas dan menjulangkan makanan tersebut ke mulutnya.  Setelah itu para pengabdi istana penasaran dan ingin mencoba masakan temuan juru masak tersebut. Namun, juru masak tersebut malah mempersilahkan sang putri untuk mencobanya terlebih dahulu.  Putri istana pun lalu mencobanya dan juru masak tersebut berhasil melihat wajah sang putri yang begitu cantik dan menawan setiap hati yang melihatnya. Nah, seperti itulah kisah makanan tradisional Lombok yang sangat unik ini.

Sejarah Pelecing Lombok tersebut bisa jadi hanya mitos belaka, namun hal tersebut tentu tidak mengurangi kenikmatan rasa Pelecing Lombok.  Teknik olahan kangkung, sebagai bahan baku yang tidak dipotong-potong, bumbu yang diracik dengan tangan dan bukan dengan mesin serta cara menikmatinya yang khas menjadikan penggemar kuliner khususnya kuliner rasa pedas pasti menjadikan kangkung sebagai daftar kuliner yang harus dicari ketika berkunjung ke Lombok.  Salah satu ciri khas Pelecing Kangkung Lombok dengan olahan sejenis lainnya justru ada pada kangkungnya. Pelecing Lombok harus dibuat dengan kangkung yang tumbuh di tanah Lombok, karena tekstur yang khas dan lebih lembut ketika direbus sebagai bahan dasar pelecing.  Apakah ini karena pengaruh iklim di Lombok sehingga mempengaruhi rasa kangkung Lombok, tentu saja masih membutuhkan penelitian yang lebih mendalam. Ruang inovatif kreatif ini tentu dapat menjadi "pekerjaan rumah" bagi kawan-kawan di NTB maupun Indonesia untuk menjadikan sebagai sebuah objek penelitian ilmiah. 

Pekerjaan rumah lain yang terkait dengan Pelecing Lombok adalah olahan turunannya. JIka terus disajikan dalam bentuk pelecing siap saji, tentu masa kadaluwarsa dan higienitas makanannya tidak akan tahan lama.  Inovasi terkait metode penyajian Pelecing Lombok dengan daya tahan lebih lama tentu harus menjadi perhatian bersama, dengan tidak mengubah rasa tentu saja.  Beberapa penggiat kuliner di Lombok Tengah - NTB telah berinovasi melakukan pengolahan Pelecing Lombok dengan cara penyajian merubahnya menjadi Stick Pelecing - Lombok.  Kreasi ini perlu mendapat perhatian agar Pelecing Lombok terus mendapat tempat dalam kancah kuliner Nusantara, sebagai salah satu kekhas-an tanah Lombok - NTB.

Salah satu masalah lain adalah ketersediaan bahan baku. Bahan baku kangkung Lombok yang juga sudah semakin terbatas pun sering menjadi masalah untuk mempertahankan kuliner khas Lombok ini.  Kangkung Lombok yang dibudidayakan di air tawar semakin tersisih lokasi budidayanya karena pembangunan wilayah yang semakin menuntut ruang untuk dipenuhi.  Jumlah penduduk yang semakin meningkat yang diikuti dengan pembangunan perumahan layak huni semakin mempersempit ruang budidaya kangkung Lombok. Hal ini jelas harus menjadi perhatian bersama oleh seluruh pihak.

Kangkung, sebagai bahan baku utama Pelecing Lombok, jelas tidak bisa digantikan oleh komoditas lain. Kangkung Lombok sebagai bahan baku utama Pelecing Lombok jelas adalah identitas kuliner itu sendiri. Para ahli budidaya pertanian harus memikirkan solusi bagaimana agar budidaya kangkung Lombok tetap eksis ditengah prmbangunan pemukiman yang semakin masif. Jika tidak, maka eksistensi kangkung Lombok, jelas hanya tinggal cerita.

Pelecing, adalah kuliner khas Lombok -NTB. Bahan baku dasarnya ya Kangkung Lombok. Eksistensinya harus terus dijaga, dan bentuk olahan Pelecing Lombok yang bisa tahan lama dan tetap higienis, dengan tidak mengurangi rasa, jelas menjadi PR kita bersama. Cita rasa pedas yang menggoda, dan rasa kangkung yang lembut, menjadi tugas semua untuk mempertahankannya. Semoga Pelecing Lombok bisa terus bertahan, ditengah modernisasi jaman. Amin.

Ingat Lombok, ingat Pelecing. Sekali mencoba, pastinya ingin terus mencicipnya.

Referensi :

https://budaya-indonesia.org/Plecing-Kangkung-Lombok

Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun