Mohon tunggu...
Dwiki Setiyawan
Dwiki Setiyawan Mohon Tunggu... karyawan swasta -

#Blogger #Solo #Jakarta | Penyuka #Traveling #Sastra & #Politik Indonesia| Penggiat #MediaSosial; #EventOrganizer; #SEO; http://dwikisetiyawan.wordpress.com https://www.facebook.com/dwiki.setiyawan http://twitter.com/dwikis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Secarik Kisah Konyol Menjadi M Alfan Alfian

5 Oktober 2009   18:23 Diperbarui: 26 Juni 2015   19:38 1534
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

M Alfan Alfian (sumber: Akun Facebook Alfan)

INI kisah nyata, unik dan lucu sekaligus konyol diri saya sendiri pada sekitar kurun waktu lebih dari empat tahun yang silam. Apabila membaca tulisan ini hingga tuntas, dijamin pembaca belum pernah menemukan tandingan dan padanan kisah serupa dari yang pernah saya alami. Kita mulai saja jalannya satu tonggak perjalanan kehidupan nan unik ini...

Siang yang terik dan menyengat di luar, namun kala saya memasuki ruang administrasi dan keuangan harian Media Indonesia (MI) di bilangan Kedoya Jakarta Barat untuk mengambil honor tulisan, langsung "mak nyes". Terasa segar dan nyaman, meskipun bulir-bulir keringat sebesar biji padi masih menempel membasahi punggung, leher dan pelipis. Maklum, datang ke sana mengendarai angkutan umum, mikrolet merah B-14 jurusan Citraland-Puri Indah yang lewat dekat kantor MI Kedoya. Sudah penuh sesak oleh penumpang, mikrolet itu, sebentar-sebentar berhenti lagi. Dan mengalami kejadian semacam itu, bukan hanya satu-dua, namun berkali-kali.

Mbak Hesti, staf administrasi dan keuangan MI, dengan senyum khasnya segera menyambut dan mengulurkan tangan. Berjabatan tangan. Mempersilakan saya duduk, dan dengan renyah menyapa, "Halo Mas Alfan. Bagaimana kabarnya?" "Baik-baik Mbak Hesti," jawab saya. Seolah sudah tahu arti kedatangan saya, ia bertanya, "Artikel hari apa ya Mas Alfan?" Saya sebutkan judul artikel, hari dan tanggal pemuatan artikel di MI, dan ia dengan sigap mengambil kwitansi honor. Kemudian menyerahkan kwitansi itu pada saya sembari tidak lupa meminta fotocopy KTP, seraya mempersilakan agar saya ke bagian kasir yang tidak jauh dari situ guna mencairkan honor. Di loket kasir, tidak usah basa-basi, petugasnya sudah menyunggingkan senyum begitu kepala saya nongol, dan ia sudah mahfum maksud kehadiran saya. Di sini, saya juga menyerahkan fotocopy KTP. Menandatangani kwitansi, dan bukti PPH, secepat kilat uang honor artikel yang telah dihitung dan disiapkan beralih ke dompet saya. Kadang perempuan petugas kasir itu hanya berseloroh, "Lha bukankah beberapa hari yang lalu baru saja mengambil honor mas?" Saya hanya "cengar-cengir" mendengar seloroh itu.

***

Begitulah. Boleh percaya atau tidak? Di kalangan staf bagian administrasi dan keuangan MI, sudah terpatri di hati bila disebutkan sosok M Alfan Alfian maka orangnya ya saya ini. Saya juga tidak habis pikir, bertahun-tahun "menjadi M Alfan Alfian" di kantor MI, mereka tidak bisa membedakan antara M Alfan Alfian asli yang sosoknya tinggi besar dengan M Alfan Alfian palsu yang agak tinggi kurus ceking ini. He..he..he.... Mungkin pula mereka berpikir, bahwa nama M Alfan Alfian bukan hanya satu. Jadi kalau saya ke sana, ini Alfan yang satunya lagi.

Bila tengah menunggu giliran menghadap Mbak Hesti, di kantin MI, kadang saya kepergok rekan sesama almamater dari UNS Solo, Saudara Budiono (kini Korlip Metro-TV) atau Saudara Mas'ad (Narator Metro-TV). Awal-awal ketemu, mereka menanyakan ada keperluan apa saya ke MI. Dan jawab saya, mengambil honor tulisan. Selanjutnya bila ketemu mereka, seakan sudah sama-sama mahfum. Untungnya mereka tidak tanya lebih lanjut, judul artikel dan kapan pemuatannya. Dikiranya pasti tulisan saya sendiri, karena mereka tahu sejak di Solo saya memang telah aktif menulis, padahal itu tulisan Saudara M Alfan Alfian!

Apabila ditotal, honor-honor artikel M Alfan Alfian di MI tersebut sudah jutaan rupiah yang saya ambil. Tahun-tahun terakhir sebelum saya mengakhiri "menjadi M Alfan Alfian", honor tulisan dia saya konversi dalam bentuk pembayaran premi asuransi pendidikan anaknya.

Rentang waktu mengambil dan "memiliki" honor artikel itu cukup lama. Semenjak aktif di Bakornas Lembaga Pers PB HMI tahun 1997 hingga 2005. Mulai dari Mbak Hesti, staf administrasi dan keuangan MI di atas belum memiliki putra/i hingga foto anaknya yang lucu dipajang di meja kerjanya. Tatkala ia cuti melahirkan anak pertamanya, staf lain mengambil alih tugasnya, dan soal pengambilan kwitansi honor tulisan masih lancar-lancar saja. Seperti Mbak Hesti, ungkapan yang terlontar saat saya datang nyaris segendang sepenarian, "Halo Mas Alfan. Bagaimana kabarnya?"

Yang mungkin aneh bagi pembaca, kesemua honor itu merupakah "hibah murni" tanpa komitmen apa-apa buat pribadi saya sendiri. Ini semata-mata suatu jalinan pertemanan yang agak unik dan cukup langka. Saya sendiri juga lupa tanggal, bulan dan tahunnya M Alfan Alfian "berkomitmen" honor tulisannya di MI direlakan buat diri saya. Yang saya ingat, saat di Bakornas Lembaga Pers PB HMI, ia hanya "menyuruh" saya mengambil dan memiliki honor, kala artikelnya dimuat di MI. Mungkin saja ia merasa sudah cukup dapat honor dari "big newspaper" semacam Kompas.

Ajaib pula, istri M Alfan Alfian, Saudari Alfiasih, mengetahui bahwa honor-honor tulisan suaminya di MI "dihibahkan" untuk saya. Belum pernah saya dengar istrinya protes soal "hibah honor" itu. Tentang istrinya ini, ia tak lain dan tak bukan seorang karib saya saat di HMI Cabang Solo. Dan keduanya bisa berjodoh karena saya ikut andil mencomblanginya (untuk lika-liku mereka merajut tali pernikahan Klik Sini).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun