Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lokasi Penemuan Manusia Purba di Indonesia

Kompas.com - 12/06/2021, 15:00 WIB
Widya Lestari Ningsih,
Nibras Nada Nailufar

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Para ahli sejarah meyakini bahwa Indonesia merupakan salah satu tempat ditemukannya fosil manusia purba tertua di Indonesia.

Beberapa lokasi penemuan situs purbakala pun tersebar hampir di seluruh wilayah Indonesia.

Salah satu contohnya adalah Sangiran, situs terpenting bagi para peneliti kehidupan manusia prasejarah.

Situs Sangiran menyimpan kekayaan fosil-fosil purbakala, mulai dari fosil manusia purba, binatang-binatang purba, hingga hasil kebudayaan manusia praaksara.

Selain sangiran, di mana saja lokasi penemuan fosil manusia purba?

Berikut ini merupakan situs-situs penemuan manusia purba di Indonesia.

Baca juga: Peralatan Manusia Purba dan Fungsinya

Sangiran

Sangiran terletak di kaki Gunung Lawu, sekitar 15 km dari lembah Sungai Bengawan Solo.

Para peneliti bahkan menganggap Sangiran sebagai pusat peradaban besar, penting, dan lengkap manusia purba di dunia.

Sangiran menjadi salah satu situs yang memberikan petunjuk tentang keberadaan manusia sejak 150.000 tahun lalu.

Pada 1864, P.E.C. Schemulling mengawali penyelidikan purbakala di Sangiran dengan meneliti fosil vertebrata.

Eugene Dubois kemudian juga mendatangi tempat ini pada 1895, tetapi tidak melanjutkan penelitiannya karena tidak menemukan apa-apa.

Setelah sekian lama, von Koenigswald berhasil menemukan berbagai peralatan manusia purba dengan berbekal peta geologi yang dibuat oleh L.J.C van Es pada 1932.

Koenigswald menemukan seribu peralatan sederhana dari batuan kalsedon yang dapat digunakan untuk memotong, menyerut, dan melancipi tombak kayu.

Pada 1936, penduduk setempat menyerahkan fosil rahang kanan manusia purba kepada Koenigswald.

Inilah temuan pertama fosil manusia purba, yang kemudian diberi kode S1 (Sangiran 1).
Sejak saat itu hingga 1941, Koenigswald menemukan fosil manusia purba Homo erectus.

Dari situlah situs Sangiran menjadi sangat terkenal dan ditetapkan sebagai Warisan Dunia pada 1996.

Lebih menarik lagi, lapisan batuan Sangiran memperlihatkan proses evolusi lingkungan yang sangat panjang.

Mulai dari formasi Kalibeng dari akhir Pliosen, berlanjut formasi Pucangan dari Pleistosen Bawah, formasi Kabuh dari Pleistosen Tengah, formasi Notopuro dari Pleistosen Atas, hingga endapan-endapan teras Resen.

Baca juga: Corak Kehidupan Manusia Zaman Prasejarah

Trinil

Selain Sangiran, situs purba di sekitar Bengawan Solo adalah Trinil, di Kabupaten Ngawi, Jawa Timur.

Trinil menjadi hunian kehidupan purba, tepatnya pada masa Pleistosen Tengah.

Penelitian manusia purba di Trinil pertama kali dilakukan oleh Eugene Dubois pada 1890, sebelum penelitian von Koenigswald di Sangiran.

Eugene Dubois menemukan tulang rahang, dan kemudian menemukan gigi geraham, bagian atas tengkorak, serta tulang paha kiri pada penggalian berikutnya.

Setelah melakukan rekonstruksi pada hasil temuannya, Eugene Dubois memberi nama penemuannya Pithecathropus erectus.

Penemuan fosil manusia purba pertama pada 1890 ini kemudian mendorong beberapa penelitian lain.

Seperti penemuan Lenore Selenka pada 1907-1908 yang berhasil menemukan fosil-fosil hewan dan tumbuhan yang dapat digunakan untuk menggambarkan lingkungan hidup Pithecanthropus erectus.

Baca juga: Pembabakan Masa Prasejarah Berdasarkan Geologi

Wajak

Nama daerah Wajak di Tulungagung mulai mengemuka pada 1889, saat B.D. Reitschoten menemukan sebuah fosil tengkorak.

Fosil ini kemudian diserahkan kepada Eugene Dubois, yang menganggap temuan tersebut sebagai missing link asal usul manusia.

Dubois akhirnya tinggal selama lima tahun di Wajak dan berhasil menemukan sisa fosil reptil, mamalia, serta fosil tengkorak manusia.

Hasil temuan Dubois tersebut kemudian dinamakan Homo Wajakensis.

Flores

Flores merupakan salah satu pulau di gugusan Kepulauan Nusa Tenggara.

Penelitian di daerah ini dimulai pada 2003, oleh peneliti dari Indonesia dan Australia.

Tim Indonesia dipimpin oleh Raden Pandji Soejono dari Pusat Penelitian Arkeologi Nasional dan tim Australia dipimpin oleh Mike Morwood dari Universitas New England.

Pada penggalian di Gua Liang Bua, Flores, mereka menemukan fosil manusia kerdil yang diberi nama Homo floresiensis.

 

Referensi:

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com