Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kurang Subur, Kodok Betina Ini Pilih Kawini Jantan dari Spesies Lain

Kompas.com - 21/03/2020, 10:03 WIB
Monika Novena,
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Tim Redaksi

Sumber Newsweek

KOMPAS.com - Sebuah studi baru menunjukkan bahwa kodok akan memilih untuk kawin dengan spesies berbeda sebagai upaya untuk bertahan hidup dan memperoleh keturunan yang lebih baik.

Hasil analisis tersebut berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada kodok Plains spadefoot (Spea bombifrons) dan kodok Meksiko spadefoot (Spea multiplicata).

Peneliti dari University of North Carolina di Chapel Hill membiakkan 20 kodok betina Plains spadefoot dan 20 kodok jantan Meksiko spadefoot.

Setelah itu peneliti mengamati karakteristik panggilan kawin serta melacak perkembangan cebong.

Baca juga: Invasi Kodok Beracun Ancam Kehidupan Predator di Madagaskar

Hasilnya, sebanyak 20 persen betina Plains spadefoot kawin dengan pejantan Meksiko spadefoot, meski merupakan spesies kodok berbeda.

Perkawinan akan dilakukan pada musim yang sesuai untuk menghasilkan keturunan yang baik.

Selain itu, hasil pengamatan juga menunjukkan bahwa kodok betina akan aktif memilih spesies yang terbaik di antara yang lainnya.

Menariknya, perkawinan antarspesies tersebut menghasilkan keturunan yang sehat dan berkembang lebih cepat dibandingkan kecebong biasanya.

Baca juga: Masih Bisa Melompat-lompat, Kodok Tanpa Wajah Bingungkan Para Peneliti

Seperti dilansir Newsweek, Kamis (19/3/2020), temuan ini tentu berkebalikan dari pandangan umum yang selama ini menyebut bahwa percampuran antarspesies akan menghasilkan keturunan yang kurang layak.

"Kelas biologi dasar mengajarkan spesies yang berbeda biasanya tidak dapat kawin silang dengan sukses dan jarang menghasilkan keturunan persilangan (hibrida) yang subur dan sehat," ungkap Marlene Zuk, ahli biologi evolusi dan ekologi perilaku.

Meski begitu, belum diketahui seberapa sering perkawinan antarspesies ini terjadi di alam liar.

Lebih lanjut, Catherine Chen, peneliti dari University of North Carolina di Chapel Hill, juga menambahkan bahwa perilaku ini kemungkinan juga dipengaruhi oleh lingkungan dan manusia.

Hal tersebut membuat spesies yang biasanya tak bertemu kemungkinan dapat berhibridisasi bersama.

Hibridisasi adaptif dapat terjadi dengan cara lain, selain kawin dengan individu berkualitas tinggi dari spesies lain.

Bisa saja terjadi jika ada memang ada kebutuhan, yakni ketiadaan spesies yang sama. Jadi ada kemungkinan fenomena ini akan menjadi lebih umum pada masa depan.

"Hibridisasi mungkin buruk, tetapi lebih baik daripada tidak kawin sama sekali," tambah Chen.

Baca juga: Kamasutra Satwa: Uniknya Seks Kodok yang Tak Mampu Bernyanyi

Namun, di sisi lain, percampuran dapat membawa variasi genetik baru pada suatu spesies yang bisa menyelamatkan populasi dari kepunahan. Penelitian ini telah dipublikasikan dalam jurnal Science.

James Hanken, Profesor Biologi dan Direktur Museum Zoologi Komparatif Universitas Harvard, mengatakan, apa yang baru tentang studi ini adalah demonstrasi tentang satu spesies dapat menjadi penengah dari seleksi seksual antara spesies kedua.

"Hal tersebut lantaran kemampuan spesies (kodok) betina untuk memilih (kodok) jantan yang dapat meningkatkan kelangsungan hidup dan keturunan," tambah Hanken.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com