Selasa, 7 Mei 2024

Ikan Cupang Juga Butuh Nyalon

- Minggu, 7 Maret 2021 | 20:10 WIB
BUTUH KETELITIAN: Maslihan memeriksa ekor, sirip bawah, dan dasi ikan cupang jenis halfmoon multicolour. (Robertus Risky/Jawa Pos)
BUTUH KETELITIAN: Maslihan memeriksa ekor, sirip bawah, dan dasi ikan cupang jenis halfmoon multicolour. (Robertus Risky/Jawa Pos)

Sebagai penghobi yang sudah lama berkecimpung di dunia cupang, Maslihan paham betul dinamika yang berkembang di dunia kontes. Banyak orang yang rela merogoh kantong dalam-dalam agar ikan jagoannya tampil cantik di ajang kompetisi dan menyabet juara. Melihat peluang itulah, Maslihan membuka salon. Salon cupang.

---

BEGITU memasuki halaman rumahnya di Tambak Sumur, Waru, Sidoarjo, pertengahan pekan lalu, ratusan ekor cupang langsung menyambut. Ikan-ikan itu dijejer di tank kaca mini pada rak besi lima susun. Posisi rak yang membujur ke selatan itu membuat orang yang datang tak sekaligus tahu bahwa rumah di Jalan Zaenal Abidin tersebut adalah salon cupang. Tapi, begitu masuk ke balik rak itu, barulah tampak jelas dunia Maslihan yang sebenarnya.

Layaknya salon pada umumnya, berbagai perkakas tertata rapi di rak paling bawah. Mulai cotton bud, silet, pemotong kuku, pinset, gunting, hingga tatakan tipis untuk melakukan ”operasi”. Yang sedikit membedakan dengan salon manusia adalah lampu sorot kecil dan styrofoam berisi air.

”Sejak 2007 sih main cupangnya,” bukanya sembari mempersiapkan alat-alatnya. Siang itu, Kamis (4/3), sudah ada 10 ekor cupang yang siap disalon. Dia mengatakan, rata-rata cupang yang masuk salonnya sudah memenuhi standar nasional Indonesia (SNI) untuk mengikuti kontes. Sebagian besar berjenis plakat. Namun, tak tertutup kemungkinan halfmoon, crowntail dan giant.

Dia bercerita, sebelum memilih jalur persalonan, dirinya sempat berjualan cupang di Jalan Irian Barat, Gubeng. Karena sering kena obrak, akhirnya dia memilih untuk berjualan secara daring pada 2010. Selang dua tahun, akhirnya dia memilih jalur persalonan itu lantaran mengetahui banyaknya penghobi bettafish yang membuang ikannya karena kurang apik.

”Awalnya tahu dari teman. Terus ikuti pelan-pelan caranya, rasanya. Setelah itu, ketemu banyak penghobi dari Tangerang, Bekasi,” tuturnya. Selama dua tahun itulah, dia menimba ilmu persalonan cupang dari mana saja. Hingga akhirnya, pada 2012 memutuskan untuk membuka salon cupang.

Cupang yang masuk salon biasanya yang hendak bertarung dalam kontes. Tujuannya memang ingin menang. Hal itu sudah mafhum sesuai standar dari SNI dan internasional betta congress (IBC). ”IBC dan SNI itu berbeda. Makanya, yang buka salon itu harus paham pakem cupang,” jelasnya.

Muslihan mengatakan bukan cupang yang sempurna. Namun, sayang jika ikan yang memiliki performa bagus, tapi lantaran memiliki sedikit minus, langsung dibuang begitu saja. Sebab, menurut dia, juri kontes selalu mencari minus yang paling sedikit.

Menurut pria 32 tahun tersebut, salon cupang tidak melulu menyulap ikan menjadi juara. Melainkan sebuah pekerjaan seni lantaran membutuhkan rasa dan insting. Karena itu, sebelum cupang disalon, ada beberapa syarat wajib yang mesti dipenuhi. Misalnya, tidak boleh dalam keadaan kenyang. Lalu, ikan harus dalam kondisi fit dan tidak ada white spot, kutil, ataupun dropsi pada tubuhnya.

Pekerjaan salon cupang pada dasarnya adalah mempercantik bentuk dorsal, ekor, dan dasi. Sebab, hal itulah yang menjadi penilaian saat kontes. Dalam satu hari, Muslihan bisa menggarap 50–60 ekor cupang. Bahkan, sebelum pandemi bisa sampai 80 ekor.

Selama pengerjaan pun, dia selalu menerapkan keterbukaan. Dia juga tak segan-segan menolak jika menemui ikan yang akan disalon itu tidak sesuai dengan kriteria dan standar yang telah ditetapkan. ”Langsung ngomong di depan. Kalau nggak bisa ya nggak bisa,” jelasnya.

Agar tak banyak bergerak saat digarap, cupang harus dibius. Biusnya bukan pakai zat kimia. Awalnya, dia pernah menggunakan es batu. Tapi, sekarang Maslihan memakai metode tembakau rokok. ”Jadi bikin nge-fly. Risiko kematian sedikit,” jelasnya. Pembiusan itu berlangsung selama 5 menit dengan kondisi ikan yang masih sadar. Butuh 15–20 menit hingga ikan tersebut sadar.

Baca Juga: 5 Karyawan Kimia Farma Gelapkan Obat Apotek untuk Dijual tanpa Resep

Tarif salon cupang di Maslihan pun terbilang terjangkau. Per ekor hanya Rp 30 ribu, sedangkan cupang jenis giant Rp 35 ribu. Menurut dia, sudah banyak ikan pelanggannya yang naik harga setelah disalon. Misalnya, plakat marble leopard dari harga Rp 300 ribu terjual Rp 800 ribu setelah disalon. Lalu, dari harga semula Rp 1,5 juta menjadi Rp 2,5 juta.

Saksikan video menarik berikut ini:

https://youtu.be/YJpg9yO1jTQ

Editor: Dhimas Ginanjar

Tags

Konten berikut adalah iklan platform Geozo, media kami tidak terkait dengan materi konten ini.

Terkini

Top Up Genshin Murah? Lapakgaming Solusinya

Kamis, 18 April 2024 | 17:45 WIB