Catatan Pinggir, 9 Tahun Menunggu Janji Tragedi Lumpur Lapindo hingga Sekarang Masih Menyisakan Cerita Miris

- Minggu, 2 April 2023 | 06:11 WIB
PENULIS mengabadikan prasasti dari batu sebagai bentuk protes korban Tragedi Lumpur Lapindo, Sidoarjo, Jawa Timur.  (Irianto Amama)
PENULIS mengabadikan prasasti dari batu sebagai bentuk protes korban Tragedi Lumpur Lapindo, Sidoarjo, Jawa Timur. (Irianto Amama)

Untuk memenuhi kehidupan sehari-hari keduanya terpaksa menjadi tukang ojek. Setiap orang yang masuk harus membayar Rp10.000/orang. Tidak termasuk sewa ojek. ''Untuk berkeliling di kawasan tersebut, pengunjung dikenai sewa 20.000/orang,'' ujar Minsarimin.

Keduanya mengaku, awalnya pemerintah masih memberi bantuan, namun sekarang ini tidak lagi. Kami hanya menerima janji-janji palsu. Sebagai bentuk protes warga membuat prasasti (Monumen) yang terbuat dari batu bertuliskan;

"TRAGEDI LUMPUR LAPINDO". LUMPUR LAPINDO TELAH MENGUBUR KAMPUNG KAMI. LAPINDO HANYA MENGOBRAL JANJI PALSU.NEGARA ABAI MEMULIHKAN KEHIDUPAN KAMI. SUARA KAMI TAK PERNAH PADAM AGAR BANGSA INI TIDAK LUPA. TGL. 29 Mei 2009.

Baca Juga: Simak Keistimewaan, Keberkahan dan Rahasia Waktu Subuh

Ada mitos tragedi Lumpur Lapindo dikait-kaitkan gara-gara "Inul goyang bor".

Saat saat penulis berada di kawasan Lumpur Lapindo dari jarak 100 hingga 500 meter sudah tercium bau belerang yang menyengat hidung.

Dari pantauan, kawasan Lumpur Lapindo telah berubah menjadi Danau'yang sewaktu-waktu bisa saja terjadi tragedi part 2 yang akan mengancam keselamatan jiwa warga sekitar dan pengendara motor. Lantaran lokasi ini hanya berjarak kisaran 100 meter dari bibir jalan poros Sidoarjo dan rel kereta api.

Awal ketika tragedi ini terjadi berbagai upaya dilakukan pemerintah dan pengelola untuk membendung rembesan Lumpur Lapindo agar tidak mengalir ke badan jalan dan ke lintasan rel kereta api dengan menembakkan bola besi raksasa ke lubang-lubang sumur yang mengeluarkan lumpur.

Bahkan, di sepanjang pinggiran lumpur ditimbun dengan tanah setinggi 15 M dengan lebar pematang 3 (tiga) meter dari permukaan jalan raya. ''Upaya ini dilakukan agar tragedi Lumpur Lapindo part (2) tidak terulang lagi,'' kata salah seorang tokoh masyarakat, Sudikar yang juga sebagai mantan Lurah.

PARA korban Tragedi Lumpur Lapindo yang kini mengais rejeki sebagai tukang ojek.
PARA korban Tragedi Lumpur Lapindo yang kini mengais rejeki sebagai tukang ojek. (Irianto Amama)

Empat belas tahun telah berlalu. Namun, bayang-bayang tragedi Lumpur Lapindo masih saja menghantui kehidupan Kifli dan Minsarimin. Karena selama sembilan tahun para korban Lapindo menunggu janji. ''Sepertinya negara mengabaikan kehidupan kami. Lupa akan janjinya,'' tulis di batu monumen.

Menurutnya, monumen itu dipasang untuk mengingatkan kepada kita, pemerintah bahwa Lapindo telah 'mengubur' harapan para korban Lapindo. Karena suara mereka, para korban Lapindo tak pernah padam untuk menyuarakan derita yang dialami.

Semoga saja pemerintah membuka mata dan mengetuk pintu hati para dermawan untuk meringankan kehidupan mereka," imbuh Sukidar. ***

Halaman:

Editor: Mustafa Kufung

Tags

Rekomendasi

Terkini

X