JAKARTA, iNews.id - Puluhan tahun berperang, Taliban kini menguasai Afghanistan. Kelompok yang didirikan di Kandahar itu juga telah menduduki kota terbesar sekaligus jantung pemerintahan, Kabul.
Dalam sejarahnya, bukan hanya orang-orang Afghanistan yang terlibat dalam kecamuk perang. Pertempuran melawan invasi asing juga menarik minat beberapa orang dari luar negeri untuk ikut serta.
Salah satunya, Imam Samudra. Terpidana mati perkara terorisme Bom Bali I 2002 itu pernah mendatangi negara Asia Tengah tersebut untuk berperang yang diklaim sebagai jihad.
Imam Samudra alias Abdul Aziz alias Qudama/Kudama alias Abu Umar dalam bukunya, ‘Imam Samudra: Aku Melawan Teroris’, menulis dilahirkan di Desa Lopang Gede, Kampung Lopang, Kecamatan/Kabupaten Serang, Banten. Masa sekolahnya mulai SD, SMP dan MAN. Pada masa sekolah itu dia banyak berprestasi.
Imam Samudra dikenal juga rajin membaca. Mengutip sebuah studi UIN Walisongo disebutkan, dari literatur yang dibaca, terdapat buku ‘Ayatur Rahman fi Jihadi Afghan’ karangan Abdullah Azzam. Buku inilah yang membekas di pikirannya sehingga muncul keinginan untuk pergi ke Afghanistan.
Suatu ketika setelah lulus MAN, Imam Samudra bertemu dengan Jabir di Kramat Raya, Jakarta Pusat. Jabir--kelak terlibat dalam bom Antapani, Bandung--memberitahu tentang rekrutmen mujahidin ke Afghanistan dengan biaya Rp300.000.
“Imam Samudra tidak menyia-nyiakan kesempatan itu. Dia bergabung untuk berjihad di Afganistan,” tulis studi tersebut.
Editor : Zen Teguh
Lokasi Tidak Terdeteksi
- Sumatra
- Jawa
- Kalimantan
- Sulawesi
- Papua
- Kepulauan Nusa Tenggara
- Kepulauan Bali
- Kepulauan Maluku