sosmed sosmed sosmed sosmed
get app

Harga Telur di Zimbabwe Pernah Tembus ZWL100 Miliar, Contoh Nyata Hiperinflasi

Economics editor Kurnia Nadya
17/01/2024 19:04 WIB
Zimbabwe adalah salah satu contoh hiperinflasi terparah, negara tersebut pernah hiperinflasi hingga harga telur mencapai miliaran dalam mata uang lokal.
Harga Telur di Zimbabwe Pernah Tembus ZWL100 Miliar, Contoh Nyata Hiperinflasi. (Foto: MNC Media)
Harga Telur di Zimbabwe Pernah Tembus ZWL100 Miliar, Contoh Nyata Hiperinflasi. (Foto: MNC Media)

IDXChannelHarga telur di Zimbabwe pernah menyentuh ZWL100 miliar (Zimbabwe dolar). Hal ini merupakan dampak dari hiperinflasi yang mulai terjadi pada 2007 dan berlangsung terus menerus di negara tersebut. 

Apa itu hiperinflasi? Mengutip OCBC NISP (17/1), hiperinflasi terjadi ketika inflasi meningkat dengan cepat dan tidak terkendali. Fenomenanya ditandai dengan kenaikan harga barang dan penurunan nilai mata uang secara drastis. 

Suatu negara dikatakan memasuki masa hiperinflasi ketika laju perubahan harganya mencapai 50-100% dalam kurun waktu sebulan. Dalam contoh ini, Zimbabwe mengalami puncak hiperinflasi pada 2008-2009. 

Pada periode tersebut, laju inflasi Zimbabwe bahkan melampui 100%, yakni menembus 79,6 miliar persen secara bulanan (month to month), dan 89,7 sextillion persen secara tahunan. 

Nilai dolar Zimbabwe menurun drastis dan menjadi sangat tidak berharga. Satu lembar Zimbabwe dolar senilai 10 miliar dan 550 miliar hanya dapat ditukar dengan roti tawar di pasar. Demikian juga dengan harga telur. 

Pada April 2009, pemerintah Zimbabwe berhenti mencetak mata uang dan mulai menggunakan mata uang asing sebagai alat transaksi umum di negaranya, antara dolar AS, Euro, atau Rand (mata uang Afrika Selatan). 

Hiperinflasi di Zimbabwe masih terjadi hingga hari ini. Pada pertengahan Juli 2019, tingkat hiperinflasi negara itu masih menyentuh angka 175%, dan kembali naik menjadi 500% pada Maret 2020. 

Mengutip France24, laju inflasi Zimbabwe pada Agustus 2023 masih menyentuh angka 77,2%, dan dalam setahun angka inflasi bergerak di kisaran ratusan persen atau setidaknya di atas 70%. 

Harga Telur di Zimbabwe Pernah Miliaran Dolar, Bagaimana Awal Mulanya?

Apa yang menyebabkan hiperinflasi? Fenomena ini terjadi ketika suatu negara mencetak uang secara berlebihan, tidak seimbang dengan jumlah barang dan jasa yang ada di negara tersebut, sehingga nilai mata uangnya turun. 

Negara yang hendak membiayai pengeluarannya, biasanya memungut pajak atau menerbitkan surat utang (obligasi) untuk memperoleh dana segar. Namun ada pula yang mencetak uang baru, sehingga berisiko membanjiri pasar dengan uang berlebih. 

Hiperinflasi juga kerap dikaitkan dengan perang, depresiasi ekonomi, dan kondisi geopolitik suatu negara yang memanas. Perang dan kondisi geopolitik yang buruk dalam jangka panjang berisiko menurunkan produktivitas dan menghambat sektor ekonomi. 

Hal inilah terjadi pada Zimbabwe. Sejak pendirian negara pada 18 April 1980, Zimbabwe yang sebelumnya adalah Republik Rhodesia, mengganti mata uang negara sebelumnya dengan dolar Zimbabwe (ZWL) dengan nilai wajar. 

Setelah merdeka dari Inggris dan mendirikan negara baru, Zimbabwe mencatatkan pertumbuhan dan perkembangan ekonomi yang cukup baik. Produksi gandum dan tembakau domestik berkembang baik. 

Masalah dimulai Ketika Presiden Zimbabwe Robert Mugabe menerapkan kebijakan penyesuaian ekonomi pada 1991-1996 dengan melakukan reformasi tanah. Lahan-lahan yang dulu dikuasai orang kulit putih, direbut kembali dan diserahkan ke penduduk asli. 

Namun demikian, sayangnya banyak di antaranya adalah petani baru yang sama sekali tak berpengalaman mengurus lahan pertanian. Akhirnya, banyak petani yang gagal mengelola lahan dan lahan tersebut diserahkan kembali ke simpatisan Presiden Mugabe. 

Sejak 1999-2009, Zimbabwe akhirnya mencatatkan penurunan tajam produksi pangan. Hasil produksi pangan merosot hingga 45%, sementara sektor manufaktur merosot sampai 29% pada 2005. Tingkat pengangguran juga akhirnya naik hingga 80%. 

Bank Sentral Zimbabwe menyalahkan penalti ekonomi yang diterapkan Amerika, IMF, dan Uni Eropa. Namun, hiperinflasi dan devaluasi mata uang ini juga dikontribusi oleh pencetakan uang berlebih oleh pemerintah Zimbabwe sendiri. 

Pemerintah mencetak uang baru untuk membiayai keterlibatan militer Zimbabwe di Kongo, termasuk untuk membayar tentara dan pemerintah negara. Denominasi uang yang dicetak juga makin lama makin besar. 

Dari yang hanya satu digit per lembar uang, menjadi triliunan dalam kurun waktu yang singkat. Bank Sentral Zimbabwe bahkan pernah mencetak uang ZWL1 triliun untuk membayar utang ke IMF. 

Pemerintahan tidak melawan inflasi dengan pemberlakuan kebijakan fiskal dan moneter, namun dengan mencetak uang baru dengan denominasi yang tidak masuk akal. Hingga pada 2008 ketika hiperinflasi memuncak, mesin ATM di Zimbabwe tidak bisa memproses transaksi tarik tunai karena mesinnya tidak mampu memproses terlalu banyak digit angka. 

Mata uang dolar Zimbabwe kini bukanlah mata uang utama dalam transaksi sehari-hari masyarakatnya sampai hari ini. Barang-barang dijual dalam mata uang asing, atau jikapun dengan ZWL, harganya sangat tinggi. 

Itulah sekilas cerita tentang hiperinflasi yang menyebabkan harga telur di Zimbabwe mencapai triliunan dolar dalam mata uang lokalnya. (NKK)