Uang Sumbangan Batal Usai Siswa SMKN 1 Boyolangu Lakukan Aksi Demo

Para siswa SMKN 1 Boyolangu saat melakukan aksi unjuk rasa di halaman dalam sekolah, Senin (5/9) kemarin. [wiwieko]

Tulungagung, Bhirawa
Penarikan dana sumbangan dari orangtua/wali siswa di SMKN 1 Boyolangu untuk tahun 2022 dibatalkan, Senin (5/9). Pembatalan dilakukan setelah ribuan siswa mulai kelas X sampai XII melakukan aksi demonstrasi.
Kepala SMKN 1 Boyolangu, Arik Eko Lestari, usai menemui siswa di tengah aksi unjuk rasa itu menyatakan, telah diputuskan untuk membatalkan hasil rapat antara orangtua/wali siswa dengan komite sekolah dan sekolah pada Sabtu (3/9) lalu. Yakni, terkait penarikan dana sumbangan tahun 2022.
“Sudah disepakati, hasil rapat hari Sabtu kemarin dibatalkan. Nanti akan kita bahas lagi bagaimana mekanismenya. Bagi yang sudah terlanjur membayar akan kita data dan dirinci,” ujarnya.
Arik menandaskan, sumbangan orangtua/wali siswa tersebut bukan wajib, tetapi sukarela. Yang menyumbang yang mampu. Anak yatim bebas sumbangan. Bagi yang adik- kakak diringankan. Jadi kata harus tidak ada.
Perempuan berjilbab ini enggan menjelaskan rincian dana yang dibutuhkan dari sumbangan orangtua/wali siswa. Namun, menurut Ketua Komite SMKN 1 Boyolangu, Winarto, kebutuhannya bisa mencapai angka miliaran dari jumlah siswa yang secara keseluruhan sekitar 2.400 siswa.
“Kebutuhan dana untuk pembangunan toko modern yang dibiayai pemerintah sebesar 70%, kekurangannya yang 30% dari sumbangan. Selain juga untuk kegiatan tahunan lainnya seperti di antaranya wisuda di hotel. Kalau di sekolah (acara wisuda) siswa tidak mau,” paparnya.
Sebelumnya, Nofa Alfida, siswa kelas XII, mengungkapkan keluhannya terkait dana sumbangan yang ditarik setiap tahun, tetapi tidak jelas peruntukannya. ”Ini kan sekolah negeri, kok sumbangan – sumbangan terus seperti sekolah swasta,” tuturnya.
Aksi demonstrasi yang diikuti semua siswa SMKN 1 Boyolangu itu, menurut dia, dilakukan karena akumulasi kekecewaan atas tarikan sumbangan itu. ”Kami ini bukan anak orang kaya,” tandasnya.
Hal yang sama dikatakan Adelya Putri. Ia yang sempat mengikuti pertemuan dengan komite sekolah dan pihak sekolah saat demo berlangsung, menyatakan keluhannya terkait rencana pembangunan tempat parkir yang tidak kunjung terealisasi.
“Kami sudah membayar (sumbangan) sejak dua tahun lalu. Mana parkir dua lantainya, sampai sekarang tidak ada. Terus uang yang terkumpul kemarin tidak ada laporannya. Kami maunya transparansi,” tuturnya.
Informasi yang diperoleh, sumbangan yang diminta pada orangtua/wali siswa hasil rapat dengan komite sekolah dan sekolah, Sabtu (3/9) lalu, dan kini sudah dibatalkan besarannya beragam. Untuk siswa kelas X sebesar Rp2,735 juta, kelas XI (Rp1,24 juta) dan kelas XII (Rp1,645 juta). [wed.fen]

Tags: