Jumat, Mei 3, 2024
BerandaBerita TerbaruMikroba Pemakan Batuan Luar Angkasa, Temuan Terbaru Para Ilmuwan

Mikroba Pemakan Batuan Luar Angkasa, Temuan Terbaru Para Ilmuwan

Mikroba pemakan batuan luar angkasa telah ditemukan oleh para ilmuwan. Mikroba tersebut telah didapatkan dari batuan luar angkasa yang jatuh di Bumi.

Dari hasil temuan para ilmuwan, dapat diketahui jika mikroba tersebut juga dapat tumbuh subur pada logam.

Ilmuwan Mengidentifikasi Mikroba Pemakan Batuan Luar Angkasa

Para ahli astrobiologi yang mempelajari mikroba tersebut memberinya nama Metallospaera sedula. Kemampuan mikroba tersebut sangat unik karena dapat energi dari sumber luar angkasa anorganik.

Pada awalnya Metallosphaera sedula diisolasi dari medan vulkanik di Italia, hal tersebut merupakan jurnal terbitan dari Scientific Reports.

Temuan organisme ini merupakan chemolithotropic. Mereka memanfaatkan energi dari sumber anorganik melewati proses oksidasi.

Metallosphaera sedula mengkonsumsi senyawa anorganik yang ditemukan dalam meteroit. Organisme ini berbeda dengan organisme lainnya.

Untuk dapat melakukan penelitian, para ahli menempatkan mikroba pemakan batuan luar angkasa ke bongkahan meteorit NWA 1172. Namun sebelumnya, batu meteorit tersebut telah disterilkan.

Batu meteorit tersebut kaya akan kandungan zat besi. Batu tersebut ditemukan di Aljazair pada 19 tahun silam.

Para ilmuwan juga melaksanakan pengujian yang sama dengan menggunakan sample dari permukaan tanah.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa meteorit terbukti menjadi makanan utama bagi Metallosphaera sedula. Pertumbuhan dan kolonisasi dari mikroba tersebut lebih cepat.

Dilansir dari laman IFL Science, kemampuan mikroba pemakan batuan luar angkasa juga mempunyai manfaat tersendiri.

Peneliti dapat melacak sidik jari Metallosphaera sedula yang tertinggal di batuan luar angkasa. Hal ini terlacak melalui pergerakan konstituen anorganik dari meteorit di dalam sel mikroba.

Disamping itu, juga dapat dipakai sebagai alat untuk mempelajari biogeokimia meteorit serta untuk menemukan bukti kehidupan di luar Bumi.

Meteorit Sumber Kehidupan

Saat asteroid bertabrakan antara satu dengan yang lainnya, maka akan pecah menjadi beberapa bagian. Hasil pecahan tersebut dinamakan meteorit.

Bebatuan tersebut akan habis terbakar di langit. Akan tetapi, ada juga yang tidak habis terbakar dan mencapai permukaan Bumi. Meteorit yang mencapai atmosfer Bumi disebut batu meteor.

Mikroorganisme chemolithotrophic akan memperoleh energi berasal dari sumber anorganik. Meteorit telah menghasilkan senyawa untuk evolusi kehidupan.

Mikroba pemakan batuan luar angkasa ini telah menunjukkan bahwa batuan antariksa kemungkinan akan membawa kehidupan melintasi kosmos.

Karena meteorit mempunyai peran penting dapat mendepositkan unsur langka yang dibutuhkan sebagai perkembangbiakan kehidupan kompleks di Bumi.

Para peneliti tertarik untuk menentukan kehidupan mikroba ini, apakah dapat bertahan dari mineral yang terkandung di dalamnya atau tidak.

Telah diketahui bahwa beberapa bakteri telah mengoksidasi besi di dalam meteorit. Para peneliti juga akan mencari tahu tentang sesuatu yang merupakan bagian dari batuan ruang angkasa yang membangkitkan selera makan mikroba tersebut.

Karena, dari hasil percobaan menunjukkan bahwa mikroba tersebut selalu mengkonsumsi batuan luar angkasa. Mereka memakan mineral yang terkandung dalam sample.

Penelitian menunjukkan jika eksplorasi kimia bioinorganik ekstraterestrial yang disinyalir dapat terjadi di Tata Surya. Sel-sel mikroba pemakan batuan luar angkasa ini akan lebih cepat menjelajah materi meteorit. Apabila dibandingkan dengan mineral-mineral yang berasal dari planet kita.

Telah diketahui sebelumnya bahwa ada beberapa jenis mikroba yang mampu bertahan dalam ruang hampa sekalipun. Kini, telah terbukti juga jika ada mikroba yang dapat bertahan dengan menumpang hidup pada meteorit.

Para ilmuwan menyelidiki konstituen anorganik batuan luar angkasa ke dalam sel mikroba. Kemudian menyelidiki perilaku redoks besi.

Antarmuka meteorit dengan mikroba juga dianalisis pada resolusi spasial skala nanometer. Mereka menggabungkan beberapa teknik spektroskopi analistis.

Selain itu juga menggunakan mikroskop elektron transmisi. Sehingga, serangkaian sidik jari biogeokimia yang tersisa pada pertumbuhan Metallosphaera sedula dapat ditemukan dengan mudah pada meteorit NWA 1172.

Jadi investigasi lebih ditekankan pada kemampuan mikroba tersebut dalam melakukan biotransformasi dengan mineral meteorit.

Selain itu juga untuk mengurai sidik jari mikroba dan menentukan langkah lanjutan agar lebih paham mengenai biogeokimia meteorit.

Mikroba pemakan batuan luar angkasa merupakan organisme yang mempunyai ukuran sangat kecil. Sehingga untuk dapat melihat atau mengamatinya diperlukan alat bantuan seperti mikroskop. (R10/HR-Online)

Cek berita dan artikel lainnya di Google News