Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

parenting

15 Cerita Rakyat Pendek dari Berbagai Daerah di Indonesia Menarik & Terpopuler

Hasna Fadhilah   |   HaiBunda

Kamis, 31 Aug 2023 20:10 WIB

Cerita Rakyat Indonesia
15 Cerita Rakyat Pendek dari Berbagai Daerah di Indonesia / Foto: Getty Images/iStockphoto/vatrushka67

Setiap daerah di Indonesia memiliki cerita rakyatnya masing-masing. Cerita rakyat ini berkembang secara turun temurun sejak zaman dulu. Ada banyak cerita rakyat pendek yang dapat Bunda perkenalkan pada Si Kecil. Bukan tanpa alasan, sebab cerita rakyat Nusantara juga mengandung nilai-nilai kehidupan dan pesan moral di dalamnya.

Bunda dapat mengajarkan nilai-nilai kebaikan tersebut sambil membacakan anak dengan sebuah cerita agar mereka lebih mudah menangkap. Nah Bunda, apa saja cerita rakyat pendek yang menarik untuk diceritakan pada anak? Simak kumpulan cerita rakyat pendek dari berbagai wilayah di Indonesia yang menarik dan mengandung nilai moral berikut ini, yuk, Bunda. Namun sebelum itu ketahui lebih dulu yuk apa itu cerita rakyat dan nilai-nilai di dalamnya. 

Pengertian cerita rakyat 

Dikutip dari buku Cerita Rakyat, Budaya dan Masyarakat, penerbit UMMPress (2021), cerita rakyat adalah bagian dari keragaman budaya Indonesia yang umumnya mengisahkan mengenai suatu kejadian atau peristiwa di suatu tempat atau asal muasal suatu tempat. Tokoh-tokoh yang ada di dalam cerita rakyat umumnya berwujud binatang, manusia ataupun dewa.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Selain sebagai hiburan, cerita rakyat juga bisa dijadikan sebagai keteladanan karena mengandung pesan-pesan moral di dalamnya. Setiap wilayah di Indonesia memiliki cerita rakyat yang berbeda-beda dan turun temurun diturunkan secara lisan. Maka dari itu, cerita rakyat tergolong sebagai sastra lisan.

Nilai dalam cerita rakyat

Setiap cerita rakyat pasti mengandung nilai-nilai di dalamnya. Nilai ini merupakan sesuatu yang berharga, berguna dan menunjukkan kualitas bagi manusia. Dalam bidang sastra, nilai ini berwujud makna dibalik apa yang ditulis dan dapat diketahui melalui unsur-unsur instrinsiknya seperti perilaku, dialog, peristiwa dan setting.

Menurut Suherli, dkk yang dikutip dari buku Modul Pembelajaran SMA Bahasa Indonesia, Kementerian Pendidikan Indonesia (2020) terdapat enam nilai dalam cerita rakyat, yaitu:

  • Nilai budaya: nilai yang diambil dari budaya yang berkembang secara turun temurun di masyarakat. Ciri khasnya yaitu nilai dimana masyarakat takut apabila menentangnya karena dikhawatirkan akan menimbulkan hal buruk.
  • Nilai moral: nilai yang berhubungan dengan masalah moral, biasanya berkaitan dengan nasihat seperti budi pekerti, perilaku atau tata susila.
  • Nilai agama: nilai yang berhubungan dengan masalah keagamaan seperti konsep Tuhan, makhluk gaib, dosa-pahala dan surga-neraka.
  • Nilai pendidikan: nilai yang berhubungan dengan proses pengubahan sikap dan perilaku seseorang melalui pengajaran atau latihan.
  • Nilai estetika: nilai yang berkaitan dengan keindahan dan seni.
  • Nilai sosial: nilai yang berhubungan dengan kehidupan di dalam masyarakat, bisa berupa nasihat atau perilaku sehari-hari.

1. Contoh cerita rakyat pendek menarik penghantar tidur

Cerita rakyat asal Sumatera Barat berikut ini dari buku Rangkuman 100 Cerita Rakyat Indonesia dari Sabang sampai Merauke, penerbit Anak Kita (2013).

Asal-usul Danau Maninjau

Di sebuah perkampungan di kaki Gunung Tinjau, ada sepuluh orang bersaudara yang biasa disebut Bujang Sembilan. Si sulung bernama Kukuban dan si bungsu bernama Sani. Mereka mempunyai seorang paman bernama Datuk Limbatang. Datuk Limbatang mempunyai seorang putra bernama Giran. Suatu hari, Datuk Limbatang berkunjung ke rumah Bujang Sembilan. Saat itu lah Sani dan Giran menyadari bahwa mereka saling menaruh hati.

Ketika musim panen, di kampung tersebut diadakan adu silat. Para pemuda kampung termasuk Kukuban dan Giran ikut mendaftarkan diri. Di acara tersebut Kukuban berhadapan dengan Giran.

Keduanya sama kuat hingga pada suatu kesempatan Giran berhasil menangkis serangan dari Kukuban, hingga Kukuban berguling di tanah dan dinyatakan kalah. Hal itu ternyata membuat Kukuban merasa kesal dan dendam terhadap Giran.

Beberapa hari setelah acara tersebut, Datuk Limbatang datang untuk meminang Sani. Namun, karena dendam, Kukuban menolak pinangan tersebut. Selain itu, Kukuban juga memperlihatkan bekas kakinya yang patah karena Giran. Datuk Limbatang dengan bijak menjelaskan bahwa hal itu adalah wajar dalam sebuah pertandingan. Namun, Kukuban tetap bersikukuh.

Sani dan Giran pun sedih. Mereka sepakat untuk bertemu di ladang untuk mencari jalan keluar. Saat sedang berbicara, sepotong ranting berduri terangkut pada sarung Sani dan membuat pahanya terluka. Giran pun segera mengobatinya dengan daun obat yang telah ia ramu.

Tiba-tiba puluhan orang muncul dan menuduh mereka telah melakukan perbuatan terlarang, sehingga harus dihukum. Mereka berusaha membela diri tetapi sia-sia dan langsung diarak menuju puncak Gunung Tinjau. Sebelum dihukum, Giran berdoa jika memang mereka bersalah, ia rela tubuhnya hancur di dalam air kawah gunung. 

Namun, jika tidak bersalah, letuskanlah gunung ini dan kutuk Bujang Sembilang menjadi ikan. Setelah itu Giran dan Sani segera melompat ke dalam kawah. Beberapa saat berselang, gunung itu meletus yang sangat keras dan menghancurkan semua yang berada di sekitarnya.

Bujang sembilan pun menjelma menjadi ikan. Letusan Gunung Tinjau itu menyisakan kawah luas yang berubah menjadi danau, yang akhirnya diberi nama Danau Maninjau.

2. Contoh cerita rakyat pendek Batu Menangis asal Kalimantan Barat

Cerita rakyat asal Kalimantan Barat berikut dikutip dari buku Dongeng Nusantara: Kebo Iwo, Batu Belah, Batu Menangis, penerbit Bestari (2019)

Batu Menangis

Di sebuah desa di daerah pedalaman Kalimantan, hiduplah seorang gadis cantik bersama ibunya yang sudah tua. Mereka hidup serba kekurangan. Akan tetapi gadis itu justru manja dan ingin tampil serba mewah tanpa mau bekerja keras sedikit pun. Ia malas membantu ibunya. 

Pekerjaannya setiap hari hanya bersolek di depan cermin mengagumi kecantikannya. Bahkan gadis itu berani memerintah orang tuanya. Bila kemauannya tidak dituruti ia lekat sekali marah. Terpaksa ibunya banting tulang memenuhi segala keinginannya. 

Suatu hari ia diajak ibunya berbelanja ke pasar. Letak pasar cukup jauh. Gadis itu segera berdandan secantik mungkin dan mengenakan pakaiannya yang terindah. Sebaliknya ibunya memakai baju lusuh. Lalu berjalanlah keduanya. Tapi gadis itu merasa malu beriringan dengan ibunya. Ia selalu berjalan di depan, sedangkan ibunya yang membawa keranjang sengaja ia suruh mengikuti dari belakangnya. 

Tidak ada yang menyangka bahwa mereka berdua ibu dan anak. 

Di tengah jalan banyak pemuda berusaha berkenalan dengan gadis itu. “Hai gadis cantik, dari mana asalmu? Boleh kita berkenalan?” 

Gadis itu merasa amat senang dikagumi banyak pemuda. Namun ketika para pemuda itu menanyakan siapa wanita kurus yang berjalan di belakangnya. Ia berjalan dengan ketus “Oh dia pembantuku!” Pada mulanya ibunya dapat menahan diri mendengar jawaban putrinya. 

Tibalah mereka di pasar. Orang-orang semakin memandang ke arah gadis itu mengagumi kecantikannya. Sebaliknya, ibunya sibuk mengisi keranjang dengan berbagai barang belanjaan. Tapi gadis itu sama sekali tidak membantunya. Sebaliknya ia justru memperlakukan ibunya seperti pembantu. 

Demikian pula ketika pulang, gadis itu malah berleha-leha. Sedangkan ibunya susah payah membawa barang belanjaan di belakangnya. Setiap kali ada orang yang bertanya, ia selalu menjawab “Dia budakku!”

Sakit hati ibunya kini tak tertahankan lagi. Ia berdoa kepada Tuhan agar mengutuk anaknya yang durhaka itu. Seketika petir menyambar di langit disusul turun hujan lebat. Gadis itu terperanjat dan tiba-tiba berubah menjadi batu.

Mula-mula kakinya lalu merambat ke perutnya kemudian ke dadanya. Ia berteriak-teriak minta tolong sambil menangis. “Ampun ibu… ampuni saya ibu…!” Tapi terlambat. Akhirnya seluruh tubuhnya berubah menjadi batu dengan tetesan air mata di pipinya. 

3. Cerita rakyat pendek Timun Mas dari Jawa Tengah

Cerita rakyat asal Jawa Tengah berikut ini dikutip dari buku Dongeng Nusantara; Timun Mas, Malin Kundang, Sangkuriang, penerbit Bestari (2020). 

Timun Mas

Mbok Rondo hidup sebatang kara di sebuah desa di daerah Jawa. Sudah lama ia menginginkan anak. Ketika sedang melamun tiba-tiba tanah di sekitarnya bergetar hebat. Mbok Rondo terkejut. Munculah sesosok raksasa menakutkan di hadapannya. Raksasa itu tertawa terbahak-bahak.

“Mbok Rondo, aku sanggup memberimu anak. Tapi dengan syarat, saat ia berumur 6 tahun kau harus menyerahkannya padaku untuk kusantap!” Mbok Rondi tidak tahu asal-usul raksasa itu. Tapi karena ia benar-benar menginginkan anak, ia menyanggupinya. 

Raksasa itu lantas memberinya biji mentimun. “Tanamlah. Kelak di dalam salah satu buah mentimun akan kau temukan seorang anak.” kata raksasa itu. Mbok Rondi segera menanam biji mentimun itu. Dirawatnya siang malam. Tak berapa lama, berbuahlah tanaman mentimun itu. Salah satunya menghasilkan buah timun besar berwarna keemasan. 

Ketika memetik dan membelahnya, nampak di dalamnya bayi mungil nan lucu. Betapa gembiranya hati Mbok Rondo. Bayi itu ia beri nama Timun Mas. Ia tumbuh menjadi gadis cantik jelita. Mbok Rondo amat menyayanginya. 

Suatu hari datanglah raksasa menagih janji. “Aku tahu kedatanganmu untuk mengambil Timun Mas. Berilah aku waktu 2 tahun lagi. Kalau ia kuberikan sekarang tentu kurang lezat untuk disantap. Tubuhnya masih kecil.” kata Mbok Rondo. 

“Benar juga. Baiklah 2 tahun lagi aku akan kemari. Kalau bohong, kau yang kusantap!” ancam raksasa. Timun Mas yang bersembunyi di kolong tempat tidur ketakutan setengah mati mendengar percakapan itu. Kemudian Mbok Rondo mencari akal bagaimana bisa menyelamatkan Timun Mas. 

Datanglah ia ke seorang pertama yang memberinya empat bungkusan kecil sebagai penangkal kejahatan raksasa. Bungkusan itu berisi biji mentimun, jarum, garam dan terasi. 

Dua tahun kemudian raksasa itu datang lagi menagih janji. Mbok Rondo cepat-cepat menyuruh Timun Mas lari menyelamatkan diri lewat pintu belakang sambil menyerahkan bungkusan itu. “Ho.. ho.. ho.. walau lari ke ujung dunia sekalipun, kau pasti dapat kutangkap!” kata raksasa sambil mengejar Timun mas. Karena terus berlari, Timun mas kelelahan.

Dalam keadaan terdesak ia menyebar bungkusan pertama berisi biji mentimun. Biji itu tumbuh menjadi tanaman mentimun yang lebat dengan buah yang besar-besar. Dengan rakusnya raksasa memakan buah itu lalu kembali mengejar Timun Mas. 

Timun Mas segera membuka bungkusan kedua dan menaburkan jarum ke tanah. Jarum berubah menjadi hutan bambu yang lebat. Raksasa dapat menerobosnya meskipun kakinya berdarah-darah tertusuk bambu. Raksasa kembali mengejarnya. Timun mas melempar bungkusan ketiga berupa garam, jadilah sebuah lautan. 

Raksasa itu ternyata mampu berenang. “Bocah kurang ajar! Awas kalau tertangkap, kutelan kau bulat-bulat!” raksasa itu semakin marah. Timun Mas segera melempar bungkusan terakhir berisi terasi ke tubuh raksasa.

Tiba-tiba terasi berubah menjadi lautan lumpur yang mendidih. Raksasa itu kepanasan dan mati tenggelam. Timun Mas selamat. Akhirnya ia hidup bahagia bersama Mbok Rondo. 

4. Cerita rakyat pendek yang menarik dari Aceh

Cerita rakyat asal Aceh berikut ini dikutip dari buku Cerita Rakyat Nusantara 34 Provinsi, penerbit Wahyu Media (2015).

Putri Hijau dan Sultan Mukhayat Syach

Alkisah, di Desa Siberaya, dekat hulu Sungai Deli, hidup tiga orang kakak-beradik yatim-piatu bernama Mambang Jazid, Mambang Khayali, dan Putri Hijau. Mereka bertiga ada lah anak kembar dari Sultan Sulaiman penguasa Kerajaan Deli yang telah wafat.

Konon ketiga anak Sultan tersebut masing-masing memiliki keunikan tersendiri. Mambang Jazid bisa menjelma menjadi ular naga, sedangkan Mambang Khayali bisa menjelma menjadi meriam. Namun, yang paling tersohor di antara ketiganya adalah Putri Hijau. Kecantikannya mampu memancarkan warna kehijauan yang berkilau sampai ke berbagai pelosok negeri, mulai dari Aceh hingga Malaka. 

Suatu ketika, Sultan Mukhayat Syah dari Aceh yang sedang beristirahat di mahligainya melihat cahaya hijau Sang Putri dari arah timur. Sultan segera memanggil wazirnya dan menanyakan apakah gerangan cahaya itu. "Wahai wazir, berasal dari manakah kilau cahaya indah ini?" 

"Yang Mulia, cahaya itu berasal dari tubuh Putri Hijau di Deli Tua." jawab wazir. Sultan Mukhayat Syah kemudian jatuh cinta, sekalipun ia belum pernah melihat wajah Putri Hijau dengan jelas.

Keesokan harinya, ia segera me ngirimkan seorang utusan untuk meminang Sang Putri. Akan tetapi, Putri Hijau menolak lamaran Sultan Mukhayat Syah. Ia berkata kepada utusan, "Sampaikan permintaan maafku kepada Sultan Mukhayat Syah, karena aku belum berniat menikah dalam kurun waktu dekat.” 

Mendengar hal tersebut, tentu saja Sultan amat marah. la merasa dia dan kerajaannya dihina sehingga jatuhlah perintah untuk segera menyerang kerajaan Putri Hijau. Peperangan sengit pun terjadi.

Banyak prajurit yang menjadi korban karena kerajaannya terancam tumbang. Mambang Khayali,  salah satu saudari Putri Hijau, segera menjelmakan dirinya menjadi sebuah meriam yang dapat menembak musuh.

Namun, tatkala pertempuran berlangsung dengan hebatnya, ia merasa amat haus dan lelah. Tiba-tiba tubuhnya patah menjadi dua. Kepala meriamnya terpental sampai ke Aceh sedangkan bagian belakangnya tetap tinggal di Deli. 

Putri Hijau lalu tertangkap dan tertawan. Prajurit raja memasukkan sang putri ke dalam peti kaca. Setelah itu, mereka segera membawanya ke atas kapal. Mereka kemudian berlayar ke Aceh meninggalkan Deli. Di tengah lautan, Putri Hijau meronta, "Tolong lepaskan aku!" 

Namun, tak ada satu pun yang mendengarkannya. Di tengah keputusasaannya, Putri Hijau memanggil-manggil nama kakaknya, Mambang Jazid, "Mambang Jazid, di mana kau? Tolong... Aku sangat takut.”

Tiba-tiba, berhembuslah angin ribut, hujan lebat disertai halilintar. Serta gulungan ombak yang amat dahsyat Dunia seakan-akan hampir muncullah seekor naga kiamat raksasa dari dalam ombak dan langsung menuju ke kapal Sultan Aceh. 

Di hantamnya kapal itu dengan ekornya hingga kapal terbelah menjadi dua dan karam dengan segera. Dalam keadaan yang kacau itu, Sang Naga meluncur menghampiri keranda yang mengurung Putri Hijau, lalu mengangkatnya dengan kepalanya. Pada akhirnya Putri Hijau bisa selamat dan dibawa Sang Naga yang merupakan jelmaan Mambang Jazid ke Selat Malaka. Gerakan itu amat cepat sehingga para prajurit Sultan Aceh tidak dapat berbuat apa-apa.

5. Dongeng rakyat singkat Danau Toba

Dongeng Danau Toba berikut dikutip dari buku Cerita Rakyat Nusantara Terpopuler Sepanjang Masa, penerbit Cikal Aksara (2016). 

Danau Toba

Pada zaman dahulu, di sebuah desa di Sumatera Utara. Hiduplah seorang petani bernama Toba. Setiap harinya ia bekerja menggarap ladang dan mencari ikan. Suatu hari, Toba pergi ke sungai, ia bermaksud mencari ikan. Dengan berbekal kail dan umpan, ia langsung melemparkannya ke sungai. 

Beberapa saat kemudian, kailnya terlihat bergoyang-goyang. Ia segera menarik kailnya. Toba sangat senang karena ikan yang didapatkannya kali ini sangat besar. Namun beberapa saat kemudian Toba terkejut. Ternyata ikan yang ditangkapnya bisa berbicara. “Tolong jangan makan aku, biarkan aku hidup,” ucap ikan itu. Toba kemudian mengembalikan ikan tersebut ke sungai.

Selang beberapa menit, Toba terkejut karena ikan tersebut berubah menjadi seorang wanita yang cantik. “Jangan takut, aku tidak akan menyakitimu,” kata si ikan.

“Siapakah kamu ini? Bukankah kamu seekor ikan?” tanya Toba. “Aku adalah seorang putri yang dikutuk karena melanggar aturan kerajaan,” jawab wanit itu.

“Terima kasih engkau sudah membebaskanku dari kutukan itu. Sebagai imbalannya aku bersedia kau jadikan istri,” kata wanita itu. 

Tanpa pikir panjang, Toba menyetujui hal tersebut. Namun wanita itu mensyaratkan satu permintaan, “Kamu harus berjanji tidak boleh menceritakan asal-usulku yang berasal dari seekor ikan,” kata calon istrinya itu. “Jika janji itu dilanggar, niscaya akan terjadi petaka yang sangat dahsyat,” ucapnya dengan tatapan serius.

Beberapa waktu kemudian, kebahagiaan Toba bertambah karena sang istri melahirkan seorang bayi laki-laki yang diberi nama Samosir. Anak mereka tumbuh menjadi anak yang sangat tampan dan kuat. Namun Samosir merupakan anak yang selalu merasa lapar dan tidak pernah kenyang.

Suatu hari ia mendapat tugas dari ibunya untuk mengantarkan makanan dan minuman ke sawah di mana ayahnya sedang bekerja. Namun tugas tersebut tidak dipenuhinya. Semua makanan yang seharusnya untuk ayahnya dilahap habis. 

Setelah itu ia tertidur pulas di sebuah gubug. Karena sudah tidak tahan menahan lapar, Toba yang berada di sawah langsung pulang ke rumah. Di tengah perjalanan, Toba melihat anaknya sedang tertidur pulas di gubug. “Hei Samosir, bangun!” teriaknya. 

Setelah anaknya terbangun, Toba langsung menanyakan makanannya. “Mana makanan untuk Ayah?” tanyanya. “Sudah habis kumakan,” jawab Samosir. Mendengar hal tersebut, Toba langsung memarahi anaknya. “Anak tidak tahu diuntung! Tak tahu diri! Dasar anak ikan!” umpat Toba tanpa dasar bahwa ia telah melanggar janjinya dengan sang istri. 

Setelah ia mengucapkan kata tersebut, seketika bekas injakan kakinya tiba-tiba menyemburkan air yang sangat deras disertai dengan turunnya hujan dan petir. Air meluap sangat tinggi dan luas hingga membentuk sebuah danau. Danau itulah yang akhirnya dikenal sebagai Danau Toba. Sementara istrinya dan anaknya Samosir entah menghilang kemana. 

6. Cerita legenda pendek Lutung Kasarung

Cerita asal Jawa Barat berikut dikutip dari buku Seri Cerita Rakyat 34 Provinsi : Batu Menangis, penerbit Bhuana Ilmu Populer (2017).

Lutung Kasarung

Dikisahkan di wilayah Jawa Barat terdapat sebuah kerajaan dengan seorang raja bernama Prabu Tapa Agung, Sang raja memiliki dua putri bernama Purbararang dan Purbasari. Meski keduanya bersaudara dan mempunyai wajah cantik, namun sifat mereka sangat berbeda.

Purbararang memiliki sifat sombong, serakah dan juga pemalas. Sementara itu Purbasari dikenal sebagai putri yang ramah, rendah hati, dan juga rajin. 

Purbasari tidak pernah menganggap dirinya sebagai putri raja. Ia bergaul dengan siapa saja, termasuk rakyat jelata sekalipun. Maka tak heran, banyak rakyat yang mencintainya. Sang ayah juga mengetahui hal tersebut. 

Suatu hari, ketika sang raja sudah semakin tua, beliau kemudian memilih Purbasari untuk meneruskan takhtanya. Tentu saja, Purbararang yang mengetahui hal tersebut menjadi berang. 

“Seharusnya aku, Ayah! Akulah putri tertua!” kata Purbararang. 

Prabu Tapa Agung kemudian menjelaskan dengan penuh kasih sayang, “Bukan masalah siapa yang sulung atau bungsu. Ayah memilih Purbasari karena melihat rakyat begitu mencintainya.” ujarnya. Purbararang lantas semakin jengkel, sehingga munculah niat untuk mencelakai adiknya. 

Pada suatu pagi, tiba-tiba terdengar teriakan dari kamar Purbasari. 

Tubuh Purbasari mendadak dipenuhi dengan totol-totol hitam yang sebagian di antaranya bahkan mengeluarkan nanah yang bau. Ia pun juga terkejut mengapa kulitnya tiba-tiba berubah. 

Melihat tangisan sang adik, Purbararang justru tidak merasa kasihan. Ia malah menghasut sang ayah untuk mengasingkan Purbasari. 

“Ayah, jangan-jangan penyakit ini menular. Dia harus diasingkan! Ayah pasti tak mau kan seluruh negeri terserang penyakit mengerikan ini?!” 

Prabu Tapa tampak bimbang, apalagi tabib istana pun juga tidak mengerti dengan apa yang terjadi pada kulit Purbasari. 

Pada akhirnya, Purbasari pun diasingkan ke hutan. Di sana patih istana telah membuatkannya sebuah rumah sederhana. Hati Purbasari amat sedih, namun demi rakyatnya, ia akhirnya ikhlas.

Hingga pada suatu hari, Purbararang bertemu dengan seekor lutung berbulu hitam yang bersikap baik padanya. Lutung itu sering membantu Purbasari untuk mencari makanan. Lutung tersebut bernama Lutung Kasarung. 

Meski sudah tinggal di hutan berbulan-bulan, namun penyakit Purbasari tak kunjung sembuh. Lutung Kasarung yang diam-diam melihat hal tersebut lantas mengajak Purbasari untuk pergi ke sebuah telaga yang airnya harum dan bening. Purbasari lalu membasuh diirnya dengan air telaga. 

Ajaibnya, penyakit di kulit Purbasari langsung hilang! Kini kulitnya kembali bersih tak berbintik, bau busuknya pun hilang. 

Bersamaan dengan itu, datanglah Purbararang yang berniat menjenguk adiknya. Alangkah terkejutnya ia ketika melihat penyakit kulit di tubuh Purbasari sudah hilang. 

Purbararang kemudian berusaha memikirkan sebuah rencana agar adiknya tidak kembali ke istana. “Aku harus menjadi ratu! Apalagi kini aku sudah menikah dengan Indrajaya. Kami berdua akan menjadi raja dan ratu yang hebat.” gumamnya. 

Kemudian Purbararang memberikan tantangan ‘siapa yang memiliki tunangan paling tampan’ kepada Purbasari. Namun Purbasari merasa bingung karena ia belum memiliki tunangan. 

Tanpa pikir panjang, Purbasari memilih Lutung Kasarung dan menjadikannya tunangannya. 

Mendengar jawaban dari Purbasari, Purbararang tertawa geli. “Mana mungkin seekor lutung seperti dia bisa mengalahkan tunanganku yang tampan ini” kata Purbararang menunjuk Indrajaya di sampingnya. 

“Kamu kalah. Tinggallah disini selama-lamanya!” ucap sang kakak ketika ia dan Indrajaya hendak bersiap naik ke kereta kencana  dan kembali ke istana.

Namun tiba-tiba terdengar aneh, tubuh Lutung Kasarung mendadak tertutup cahaya putih. Perlahan cahaya itu pudar dan tampaklah seorang pria yang jauh lebih tampan daripada Indrajaya. 

“Si-siapa kamu?” tanya Purbararang terkejut. 

“Aku Lutung Kasarung, calon suami Purbasari.” jawabnya. 

Lutung Kasarung kemudian menceritakan asal-usulnya. “Aku adalah seorang pangeran. Saat masih bayi, aku dikutuk oleh musuh ayahku menjadi seekor lutung. Kutukan itu akan hilang apabila ada seorang perempuan yang berbaik hati mau mengakuiku sebagai calon suaminya.” jelasnya. 

Purbararang, Indrajaya, dan Purbasari yang mengajak Lutung Kasarung kemudian pergi ke istana. Setibanya disana, Purbasari lalu diangkat menjadi ratu. Lutung Kasarung pun juga meminangnya sebagai istri. Akhirnya mereka menikah dan hidup bahagia. 

7. Cerita rakyat Bahasa Jawa Pendek sebelum tidur Kethek Lan Bulus 

Cerita rakyat Bahasa Jawa berikut dikutip dari buku Suluh Basa Jawa Kelas II untuk SD/MI, penerbit Duta (2015).

Kethek lan Bulus

Sawijine dina Kethek ngajak Blusur plesir. Ora lali padha nggawa sangu. Sawentara suwe mlaku, Kethek ngajak Bulus leren. Kethek lan Bulus ngaso sangisore wit.

“Sangumu dipangan bareng dhisik, ya, Lus?” akone Kethek marang Bulus.

“Mengko yen sangumu wis entek, kari mangan sanguku.” Kandhane Kethek. Bulus manut.

Kewan loro iku banjur telap-telep mangan. Sanguine Bulus entek dipangan bareng. Sawise mangan banjur nerusake laku. Tekan papan sing dituju panase sumelet. Kewan loro mau banjur ngaso.

“Ayo saiki genti sangumu dipangan bareng.” Pangajake Bulus.

“Aja! Sanguku arep tak pangan dhewe.” Sumaure Kethek.

Kethek menek wit banjur mangan sangune dhewekan. Bulus ora diwenehi.

Sawise mangan Kethek mudhun maneh. Nalika angin sumilir, Kethek ngantuk banjur keturon. Bulus ngrasa ngelak dan luwe banget. “Ssst, cepet lungo saka kene! Anak tukang mbedhag!” Bulus krungu swara lirih.

Bareng ditolek jebul manuk Derkuku. Bulus banjur gedhampal-gedhampal umpetan. Sauntara iku, Kethek sing keturon ora ngerti yen ana bilahi. Dheweke kecekel tukang mbedhag banjur digawa lunga.

8. Dongeng pendek sebelum tidur yang kaya pesan moral

Dongen pendek penuh pesan moral asal Sumatera Selatan berikut dikutip dari buku 101 Cerita Nusantara, penerbit Transmedia Pustaka (2009).

Si Pahit Lidah dan Si Mata Empat

Ada dua pendekar yang gagah perkasa, bernama si Pahit Lidah dan si Mata Empat. Sayangnya mereka selalu bersaing dan merasa dirinya yang paling hebat. Hingga suatu hari mereka bertarung untuk menentukan siapa yang paling hebat. Pertarungan itu berimbang. 

Untuk menentukan siapa yang menang, akhirnya mereka memutuskan salah satu dari mereka untuk bertelungkup di bawah pohon aren dan lawannya akan menjatuhkan tandan bunga aren dari atas pohon secara bergantian. Dan siapa yang terkena tandan bunga aren dinyatakan kalah. 

Si Mata Empat mendapat giliran pertama. Si Mata Empat memiliki empat mata yaitu dua di depan dan dua di belakang kepalanya. Dengan gesit si Pahit Lidah memanjat pohon aren dan berhasil memotong bunganya. Sementara si Mata Empat bertelungkup di bawah pohon aren. Karena memiliki empat mata, si Mata Empat berhasil menghindar. Selamatlah si Mata Empat.

Kini giliran si Mata Empat memanjat pohon aren. Sedangkan si Pahit Lidah bertelungkup di bawah pohon aren. Dengan cepat si Mata Empat memotong bunga aren dan menjatuhkannya ke tubuh si Lidah Pahit. Akibatnya si Lidah Pahit terkena bunga aren yang tajam. Seketika itu juga ia tewas. 

Si Mata Empat kemudian menjadi pendekar paling sakti. Namun si Mata Empat masih penasaran dengan lidah yang dimiliki si Lidah Pahit. Apakah lidahnya benar-benar pahit seperti namanya? Dibukalah mulut si Lidah Pahit. Kemudian ia menempelkan jari telunjuknya ke lidah si Lidah Pahit. Lalu ia menjilat jarinya itu. 

“Ups! Benar-benar rasanya sangat pahit!” Memang benar rasa pahit itu ternyata adalah racun mematikan yang ada di lidah si Lidah Pahit. Akhirnya si Mata Empat pun tewas seketika.

Kini tidak ada lagi pendekar yang terkenal saat itu. Mereka tewas dengan sia-sia akibat kesombongannya sendiri.

9. Dongeng Nusantara populer Malin Kundang

Dongeng populer Malin Kundang dari Sumatera Barat berikut dikutip dari buku 101 Cerita Nusantara, penerbit Transmedia Pustaka (2009).

Malin Kundang

Di sebuah desa nelayan, hidup seorang ibu dengan seorang anak lelakinya bernama Malin. Hidup mereka sangat miskin. Ayah Malin sudah lama meninggal. Ketika dewasa, Malin memutuskan untuk pergi merantau ke negeri seberang. 

Setelah berhasil ia menjadi seorang pedagang kaya. 

Suatu hari Malin singgah di sebuah pulau yang ternyata merupakan kampung halamannya. Dengan penuh suka cita ibunya yang sudah menunggunya dari lama lantas segera pergi ke pelabuhan untuk menemui Malin. 

Sesampainya di pelabuhan, ia melihat Malin keluar dari kapal besar dengan pakaian yang mewah nan indah. “Ya Tuhan… itu Malin…” seru ibunya. 

Namun saat sang ibu mendekatinya, Malin malah mendorong ibunya sampai jatuh tersungkur di tanah. Ibunya terkejut. “Aku ibumu Malin. Biar kulihat apakau kau anakku Malin atau bukan.” sang ibu lantas menyingkap pakaian Malin.

Tampak sebuah bekas luka di lengannya yang sama persis dengan luka Malin sewaktu masih kecil.

“Lancang benar wanita tua ini. Mana mungkin kamu ibuku. Pakaianmu compang camping begini. Ibuku sudah lama meninggal.” hardik Malin. 

Betapa sakitnya hati ibu Malin. Tak disangka Malin kini berubah menjadi anak yang durhaka. 

“Kenapa kau tega berkata seperti itu anakku? Baiklah jika kamu benar anakku, aku kutuk kau menjadi batu.” sumpah sang ibu sambil menangis. 

Tiba-tiba angin berembus dengan kencang. Badai pun datang menghancurkan kapal Malin yang besar dan mewah. Perlahan tubuh Malin menjadi kaku. Namun sebelum berubah menjadi batu, Malin sempat berteriak, “Ibu, maafkan aku. Aku memang Malin anakmu..” 

Namun penyesalan Malin sudah terlambat. Ia pun berubah menjadi batu. 

10. Cerita dongeng pendek Legenda Matahari dan Pemanah Ulung

Dongeng yang berasal dari wilayah Jambi berikut ini dikutip dari buku 101 Cerita Nusantara, penerbit Transmedia Pustaka (2009). 

Legenda Matahari dan Pemanah Ulung

Konon pada zaman dulu matahari berjumlah 10 buah, sehingga suhu di bumi pun panas luar biasa. Pada saat itu, ada seorang satria ahli memanah. Ia lalu menolong umat manusia yang kepanasan dengan memanah jatuh sembilan matahari dan menyisakan satu buah matahari untuk kehidupan manusia.

Atas jasanya tersebut, sang satria diangkat menjadi raja. Namun sayangnya ia kemudian menjadi raja yang kejam. Ketika diangkat menjadi raja, sang satria belum menikah. Pada suatu malam ia bertemu dengan Dewa Pengatur Jodoh. Kata sang dewa, pernikahannya masih lama karena jodohnya masih anak-anak.

Dewa itu lalu memperlihatkan di atas awan beberapa anak perempuan kecil sedang bermain. Salah seorang di antaranya adalah calon istri sang raja. 

Melihat hal itu, sang raja marah sekali karena dianggapnya sebagai penghinaan. Maka ia mengambil busur dan anak panah untuk memanah anak perempuan tersebut. Karena kesaktiannya, anak panah itu tepat mengenai dadanya tetapi untungnya jiwa anak tersebut bisa tertolong. 

Beberapa tahun kemudian sang raja pun menikahi anak perempuan itu yang sekarang telah tumbuh menjadi seorang putri yang cantik. Namun setelah menikah, istrinya sering mengalami sakit pada bagian dada. Rupanya hal itu akibat luka anak panah sang raja yang pernah mengenainya sewaktu ia kecil dulu. 

Saat mengetahui hal tersebut, sang istri menjadi amat kecewa. Maka ia pun memutuskan untuk memakan obat dewa yang membuat tubuhnya menjadi ringan dan melayang ke bulan serta bermukim di sana. 

Setelah kepergian sang istri ke bulan, sang raja menyesal dan kemudian ia bertobat menjadi orang yang baik dan mengundurkan diri sebagai raja. Atas kesungguhan hatinya, Dewa pun kemudian menyuruhnya tinggal di matahari. Maka sejak peristiwa itu, secara bergantian matahari dan bulan menerangi bumi siang dan malam. 

11. Cerita rakyat Indonesia pendek Legenda Batu Bertangkup

Cerita Batu Bertangkup dari Kepulauan Riau berikut ini dikutip dari buku Cerita Rakyat Nusantara 34 Provinsi, penerbit Wahyu Media (2015). 

Batu Tertangkup

Pada suatu masa, di sebuah dusun di Indragiri Hilir Kepulauan Riau, hiduplah seorang janda bernama Mak Minah dengan ketiga orang anaknya. Anaknya yang pertama adalah seorang perempuan, ia bernama Diang. Sedangkan dua orang yang lain adalah laki-laki yang masing-masing bernama Utuh dan Ucin. 

Ketiga anak Mak Minah ini sangat nakal. Mereka kerap membantah perintah dari ibunya. Setiap hari mereka hanya suka bermain-main. Bahkan tak jarang mereka pulang ke rumah setelah malam telah larut.

Suatu ketika setelah selesai memasak makanan untuk ke tiga anaknya, Mak Minah bergegas pergi ke sungai. la kemudian mendekati sebuah batu sambil berbicara mencurahkan isi hatinya. Batu tersebut bentuknya agak mirip seperti kerang, di tengahnya terbelah dan ia bisa membuka lalu menutup kembali.

Orang-orang sering menyebutnya dengan Batu Bertangkup. "Wahai Batu Bertangkup, telanlah saya. Saya tak sanggup lagi hidup dengan ketiga anak saya yang tidak pernah menghormati orang tuanya," curhat Mak Minah. 

Batu Bertangkup seketika menelan tubuh Mak Minah, hingga yang tertinggal hanya sebagian potongan kain yang dikenakannya, Menjelang sore hari, ketiga anak Mak Minah mulai merasa heran. Mereka sejak pagi tidak menjumpai emak mereka. Akan tetapi karena makanan yang ada cukup banyak, mereka akhirnya cuman makan lalu bermain-main kembali. 

Setelah hari kedua, makanan pun mulai habis. Anak-anak Mak Minah mulai merasa lapar. Sampai kemudian matahari terbenam dan malam kian larut, barulah mereka kebingungan dan mencari-cari ibunya. Pada keesokan harinya setelah matahari mulai memecah subuh, ketiga anak Mak Minah segera berangkat pergi ke tepi sungai. 

Mereka sangat terkejut menemukan potongan kain Mak Minah yang terurai di sebelah Batu Bertangkup. "Wahai Batu Bertangkup, kami membutuhkan ibu kami. Tolong keluarkan ibu kami dari perutmu," ratap mereka. 

"Tidak! Kalian hanya membutuhkan emak saat kalian lapar. Kalian tidak pernah menyayangi dan menghormati ibu kalian, " jawab Batu Bertangkup.

“Kami berjanji akan selalu menuruti ibu kami, menyayangi dan menghormatinya.” janji mereka. 

Akhirnya batu tertangkup mengabulkan ratapan ketiga anak itu. Mak Minah pada akhirnya dikeluarkan dari tangkupan Batu Tertangkup. 

Selanjutnya mereka pun menjadi rajin membantu dan menyayangi Mak Minah. Akan tetapi hal tersebut ternyata tidak bertahan lama. Beberapa hari kemudian mereka kembali berubah sifatnya seperti semula; suka bermain-main dan malas membantu orang tua.

Mak Minah pun berubah semakin sedih. Ia lalu kembali mengunjungi Batu Bertangkup di tepi sungai dan meminta untuk kembali ditelan. Sementara di rumah anak-anak Mak Minah masih terus sibuk bermain-main. Menjelang sore hari, barulah mereka sadar bahwa ibu mereka tidak ada lagi. 

Mereka lalu kembali mengunjungi Batu Bertangkup di tepi sungai sambil meratap meminta ibu mereka dikeluarkan. Akan tetapi kali ini Batu Tertungkup sudah sangat marah. Ia berkata “Kalian memang anak nakal. Penyesalan kalian ini tidak ada gunanya.” setelah itu dalam sekejap Batu Bertangkup segera masuk ke dalam tanah dan tidak pernah muncul kembali. 

12. Dongeng pendek yang menarik sebelum tidur Ular Gaib dan Si Bungsu

Dongeng asal Bengkulu berikut dikutip dari buku 120 Cerita Nusantara, penerbit Elex Media Komputindo (2019).

Ular Gaib dan Si Bungsu

Alkisah di kaki gunung Bengkulu, hidup seorang ibu tua dengan tiga orang putrinya. Suatu ketika, ibu tua itu sakit keras. “Ibumu hanya bisa sembuh dengan ramuan dedaunan hutan yang dimasak bara api gaib dari puncak gunung.” ujar dukun penyembuh di desa. 

“Sayangnya bara itu dijaga oleh ular gaib yang ganas.” katanya lagi.

“Aku tak berani mengambilnya.” kata si Sulung

“Aku juga takut.” kata si Tengah. Hanya si Bungsu yang berani. Esoknya ia berangkat ke puncak gunung. Bumi bergetar hebat, pertanda ular gaib mencium bau manusia di dekatnya. Si Bungsu sangat ketakutan dan ingin lari, namun ia teringat ibu yang sangat dicintainya. 

“Ular yang baik, bolehkah aku meminta sebutir bara api untuk mengobati ibuku?” pinta si Bungsu mendekat di Ular gaib dengan hati-hati.

“Akan kuberikan asal kau berjanji mau menjadi istriku.” jawab si Ular gaib tak diduga. Demi kesembuhan ibunya, si Bungsu menyanggupinya. 

Setelah sang Ibu berangsur-angsur sembuh si Bungsu segera kembali ke sarang ular gaib untuk menempati janjinya. Betapa terkejutnya si Bungsu karena pada malam hari, si Ular gaib menjelma menjadi seorang pemuda yang gagah dan tampan. 

Si Sulung dan si Tengah tak sengaja mengetahui hal ini dan sangat iri. Suatu malam mereka mencuri kulit ular gaib dan membakarnya. Mereka berharap si Ular gaib marah lalu menyakiti si Bungsu. Tetapi ternyata kulit yang dibakar justru membuat pemuda itu tidak bisa lagi berubah menjadi ular. 

Dari sana semua menjadi tahu bahwa si Pemuda sebenarnya adalah pangeran kerajaan yang terkena kutukan. Sang Pangeran lantas segera membawa si Bungsu dan ibunya ke kerajaan. Sementara si Tengah dan si Sulung menolak karena malu dengan perbuatan mereka sendiri.  

13. Cerita rakyat pendek asal Jawa Timur Keong Mas

Cerita rakyat berjudul Keong Mas berikut dikutip dari buku Dongeng Mini Nusantara Keong Mas, penerbit Bhuana Ilmu Populer (2013).

Keong Mas

Dahulu kala di Kerajaan Daha, ada dua putri bernama Galuh Ajeng dan Candra Kirana. Galuh Ajeng iri pada Candra Kirana yang bertunangan dengan Pangeran Inu Kertapati.

Disuruhnya nenek sihir jahat untuk mengutuk saudaranya menjadi keong mas.

Suatu hari, seorang nenek tua mencari ikan di sungai. Bukannya ikan yang ditangkap, justru seekor keong mas yang didapat. Keong mas itu lantas dibawa pulang dan dipelihara dengan aman.

Esok harinya si nenek mencari ikan lagi. Nasib baik belum datang, si nenek pulang ke rumah dalam keadaan lapar. Namun alangkah terkejutnya ia, ketika melihat banyak makanan telah terjadi di meja makan.

Berkali-kali keajaiban ini terjadi. Hingga suatu si nenek berpura-pura pergi, lalu ia kembali dan mengintip. Ternyata, keong mas yang didapatkan itu berubah wujud menjadi seorang putri yang cantik.

Di sisi lain, Pangeran Inu Kertapati bingung karena tunangannya telah hilang. Ia lantas menyamar menjadi seorang rakyat jelata untuk mencari Putri Candra Kirana. Kakek Sakti kemudian memberitahu sang pangeran bahwa sang putri berada di Desa Dadapan.

Pangeran Inu Kertapati akhirnya berhasil menemukan sang pujaan hati. Begitu mereka bertemu, kekuatan sihir pun hilang. Pangeran lantas memboyong Putri Candra Kirana ke istana dan mereka hidup bahagia selamanya.

14. Cerita rakyat dari Jambi Gadis Ber-ibu Kucing

Cerita rakyat pendek asal Jambi berikut dikutip dari buku 120 Cerita Nusantara, penerbit Elex Media Komputindo (2019).

Gadis Ber-ibu Kucing

Konon hiduplah gadis kakak-beradik yang cantik jelita yaitu Sulung dan Bungsu. Banyak pemuda tertarik untuk meminang mereka. Suatu hari datanglah dua pemuda yang ingin menikahi mereka. 

“Kalau kalian ini menikahi kami, mintalah restu pada ibu kami.” ujar keduanya sambil memanggil ibu mereka. 

“Oh tentu saja.” jawab dua pemuda itu. Namun alangkah terkejutnya mereka ketika yang muncul adalah seekor kucing. Mereka langsung membatalkan lamaran tersebut. 

Sulung dan Bungsu begitu malu dan kecewa. Mereka menyesal ber-ibu seekor kucing. Mereka pun berpikir untuk mencari ibu baru. Mereka pergi menemui Matahari dan memintanya menjadi ibu mereka. 

“Maaf, aku tidak sehebat yang kalian kira. Aku terhalang ketika Awan datang.” jawab Matahari.

Sulung dan Bungsu lalu menemui Awan. Awan pun menjawab “Maaf, aku tidak sehebat yang kalian kira. Aku bisa terhempas ke gunung jika angin datang.” tolaknya. 

Akhirnya mereka pergi menemui gunung, “Maaf, walaupun tubuhku besar tapi tubuhku berlubang-lubang. Dan Tikuslah yang melubanginya.” tolaknya. 

Sulung dan Bungsu berharap pada Tikus untuk menjadi ibu mereka yang hebat. “Maaf, aku tidak sekuat yang kalian kira. Aku takut pada Kucing.” tolak Tikus malu-malu. 

Barulah Sulung dan Bungsu sadar bahwa ibu merekalah yang paling hebat. “Ibu, maafkan kami. Ternyata ibulah yang paling hebat. Kami menyayangi Ibu.” ujar keduanya sambil memeluk Kucing, ibu mereka. 

15. Cerita rakyat pendek asal Maluku penuh pesan moral 

Cerita rakyat berjudul Tanjung Menangis berikut buku 120 Cerita Nusantara, penerbit Elex Media Komputindo (2019).

Tanjung Menangis

Raja Halmahera wafat meninggalkan dua anak laki-laki dan satu anak perempuan. Mereka adalah Arif, Binaut dan Nuri. Binaut lalu bersekongkol dengan sang Patih untuk naik tahta menggantikan ayahnya. Sang Patih lalu memasukkan Ratu, Arif, dan Nuri ke dalam penjara bawah tanah. 

Saat menjadi raja, Binaut memerintah dengan kejam sehingga seorang pelayan istana bernama Bijak berencana untuk memberontak. Ia pergi dari istana dan membentuk pasukan tangguh untuk melawan Binaut. Ia berhasil membebaskan Ratu dan kedua anaknya yang lantas diungsikan ke dalam hutan. 

“Ratu, bagaimana kalau kita serang istana sekarang?” tanya Bijak.

“Tidak, Bijak!” tolak sang Ratu. “Itu sama saja artinya kita menyerang saudara sendiri.”

Tak lama setelah itu, tiba-tiba gunung meletus dahsyat. Laharnya mengalir ke segala penjuru. Binaut mencoba melarikan diri tapi anehnya lahar terus saja seolah mengejarnya. Pertama kalinya yang terkena ialah kulitnya yang melepuh dan mengelupas lalu tubuhnya. 

Di tengah siksaan lahar panas, Binaut berteriak sekuat tenaga. “Ibu maafkan aku!’ Binaut terus berteriak hingga lama kelamaan suaranya menghilang. 

Jasad Binaut ditemukan terdampar di pinggir pantai. Kadang-kadang orang masih mendengar suara tangisannya. Tempat Binaut ditemukan kini disebut sebagai Tanjung Menangis.   

Itulah Bunda, beberapa contoh cerita rakyat pendek Indonesia yang dapat diceritakan kepada Si Kecil. Semoga kumpulan cerita rakyat tersebut dapat menambah wawasan Bunda juga ya!

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(rap/rap)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT