Bayi Terkecil di Dunia, Terlahir Hanya Seukuran Telapak Tangan/ Foto: iStock
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
parenting
Bayi Terkecil di Dunia, Terlahir Hanya Seukuran Telapak Tangan
HaiBunda
Jumat, 01 Mar 2019 15:10 WIB
Tokyo -
Seorang ibu di Tokyo, Jepang harus menahan air mata setelah melahirkan bayi laki-lakinya pada Agustus 2018. Air matanya tercekat, saat melihat si kecil terlahir sangat mungil, Bun. Bagaimana tidak, anaknya terlahir hanya seberat 268 gram. Bahkan, disebut-sebut sebagai bayi terkecil di dunia.
Jika diibaratkan dengan benda, si kecil seberat kantong bungkus snack. Ata, sama dengan ukuran telapak tangan orang dewasa, Bun. Awalnya, sang Bunda tak yakin anaknya akan selamat. Tetapi, setelah menghabiskan lima bulan di rumah sakit, bayi laki-laki tersebut akhirnya diperbolehkan pulang.
Dilansir Reuters, menurut para dokter di Rumah Sakit Universitas Keio, bayi itu telah berhenti tumbuh dalam rahim ibunya. Akibatnya, ia harus dilahirkan melalui operasi caesar darurat dalam usia 24 minggu. Hal itu dilakukan untuk menghindari kelahiran mati. Sayangnya, bayi itu lebih kecil dan kurang berkembang daripada ukuran bayi seharusnya di usia 6 bulan.
Usia 24 minggu merupakan merupakan usia termuda bagi bayi untuk dapat bertahan hidup di luar rahim. Kondisi tubuhnya yang mungil, membuatnya tak bisa bernapas atau makan sendiri. Berbagai alat pembantu dipasang ke tubuhnya, Bun.
Namun, hari demi hari, bulan demi bulan, si kecil mulai menunjukkan tanda-tanda keajaiban. Tepat pada 20 Februari 2019, pihak rumah sakit mengizinkannya pulang ke rumah bersama keluarganya. Saat diijinkan pulang, memiliki berat badan normal, yaitu 3,2 kg. Si kecil menjadi viral karena tercatat menjadi bayi terkecil di dunia yang sukses bertahan hidup.
"Hanya ada empat bayi sekecil ini (yang bertahan hidup) yang kita ketahui dalam sejarah umat manusia. Ini sangat langka. Dan untuk anak laki-laki, sejauh yang aku tahu, itu unik," kata Dr. Edward Bell, seorang profesor pediatri neonatal di Carver College of Medicine Universitas Iowa, dikutip dari Live Science.
Bell adalah pendiri dan webmaster dari Tiniest Babies Registry, database Universitas Iowa tentang bayi-bayi terkecil yang masih hidup yang lahir sejak tahun 1936. Bayi laki-laki yang lahir di Tokyo pada Agustus lalu berada di peringkat keempat dalam daftar Bell. Sebelumnya ada tiga bayi perempuan dari Tokyo, Illinois, dan Jerman. Semuanya lahir pada usia 25 minggu dan beratnya masing-masing 265, 260, dan 252 gram.
Dari 210 bayi yang terdaftar (semua dengan berat di bawah 400 gram saat lahir), Bell mengatakan kepada Live Science bahwa sekitar 75 persen adalah perempuan. Ini karena bayi laki-laki berkembang lebih lambat daripada perempuan, baik di dalam rahim maupun di masa remaja.
"Dalam kasus-kasus kelahiran prematur, anak perempuan sedikit lebih berkembang daripada anak laki-laki. Lebih banyak anak laki-laki dilahirkan, tetapi lebih banyak anak perempuan bertahan hidup," kata Bell.
Kata Bell, seringkali bayi yang terlahir sangat kecil berhenti berkembang di dalam rahim karena plasenta ibu mereka tidak memberikan oksigen dan nutrisi. Bocah dari Tokyo itu memiliki jantung, paru-paru, otak, dan ginjal yang luar biasa berkembang untuk bayi seukurannya. Namun, ada risiko si kecil tak bisa memiliki tinggi badan yang normal alias menjadi pendek.
"Dia lebih cenderung menjadi salah satu anak yang pendek di kelasnya," kata Bell.
Bayi yang lahir sangat kecil juga menghadapi risiko yang lebih tinggi untuk mengembangkan ketidakmampuan belajar dan masalah kesehatan daripada anak yang lahir secara matur.
"Beberapa bayi dalam daftar itu cacat parah. Beberapa dari mereka memiliki kehidupan yang baik, berhasil lulus perguruan tinggi dan akan jadi individu yang sangat berbakat," pungkas Bell.
(aci/rap)
Jika diibaratkan dengan benda, si kecil seberat kantong bungkus snack. Ata, sama dengan ukuran telapak tangan orang dewasa, Bun. Awalnya, sang Bunda tak yakin anaknya akan selamat. Tetapi, setelah menghabiskan lima bulan di rumah sakit, bayi laki-laki tersebut akhirnya diperbolehkan pulang.
Dilansir Reuters, menurut para dokter di Rumah Sakit Universitas Keio, bayi itu telah berhenti tumbuh dalam rahim ibunya. Akibatnya, ia harus dilahirkan melalui operasi caesar darurat dalam usia 24 minggu. Hal itu dilakukan untuk menghindari kelahiran mati. Sayangnya, bayi itu lebih kecil dan kurang berkembang daripada ukuran bayi seharusnya di usia 6 bulan.
Usia 24 minggu merupakan merupakan usia termuda bagi bayi untuk dapat bertahan hidup di luar rahim. Kondisi tubuhnya yang mungil, membuatnya tak bisa bernapas atau makan sendiri. Berbagai alat pembantu dipasang ke tubuhnya, Bun.
Namun, hari demi hari, bulan demi bulan, si kecil mulai menunjukkan tanda-tanda keajaiban. Tepat pada 20 Februari 2019, pihak rumah sakit mengizinkannya pulang ke rumah bersama keluarganya. Saat diijinkan pulang, memiliki berat badan normal, yaitu 3,2 kg. Si kecil menjadi viral karena tercatat menjadi bayi terkecil di dunia yang sukses bertahan hidup.
"Hanya ada empat bayi sekecil ini (yang bertahan hidup) yang kita ketahui dalam sejarah umat manusia. Ini sangat langka. Dan untuk anak laki-laki, sejauh yang aku tahu, itu unik," kata Dr. Edward Bell, seorang profesor pediatri neonatal di Carver College of Medicine Universitas Iowa, dikutip dari Live Science.
Bayi Terkecil di Dunia, Terlahir Hanya Seukuran Telapak Tangan/ Foto: Keio University School of Medicine, Department of Pediatrics/via Reuters |
Bell adalah pendiri dan webmaster dari Tiniest Babies Registry, database Universitas Iowa tentang bayi-bayi terkecil yang masih hidup yang lahir sejak tahun 1936. Bayi laki-laki yang lahir di Tokyo pada Agustus lalu berada di peringkat keempat dalam daftar Bell. Sebelumnya ada tiga bayi perempuan dari Tokyo, Illinois, dan Jerman. Semuanya lahir pada usia 25 minggu dan beratnya masing-masing 265, 260, dan 252 gram.
Dari 210 bayi yang terdaftar (semua dengan berat di bawah 400 gram saat lahir), Bell mengatakan kepada Live Science bahwa sekitar 75 persen adalah perempuan. Ini karena bayi laki-laki berkembang lebih lambat daripada perempuan, baik di dalam rahim maupun di masa remaja.
"Dalam kasus-kasus kelahiran prematur, anak perempuan sedikit lebih berkembang daripada anak laki-laki. Lebih banyak anak laki-laki dilahirkan, tetapi lebih banyak anak perempuan bertahan hidup," kata Bell.
Kata Bell, seringkali bayi yang terlahir sangat kecil berhenti berkembang di dalam rahim karena plasenta ibu mereka tidak memberikan oksigen dan nutrisi. Bocah dari Tokyo itu memiliki jantung, paru-paru, otak, dan ginjal yang luar biasa berkembang untuk bayi seukurannya. Namun, ada risiko si kecil tak bisa memiliki tinggi badan yang normal alias menjadi pendek.
"Dia lebih cenderung menjadi salah satu anak yang pendek di kelasnya," kata Bell.
Bayi yang lahir sangat kecil juga menghadapi risiko yang lebih tinggi untuk mengembangkan ketidakmampuan belajar dan masalah kesehatan daripada anak yang lahir secara matur.
"Beberapa bayi dalam daftar itu cacat parah. Beberapa dari mereka memiliki kehidupan yang baik, berhasil lulus perguruan tinggi dan akan jadi individu yang sangat berbakat," pungkas Bell.
Bayi Terkecil di Dunia, Terlahir Hanya Seukuran Telapak Tangan/ Foto: Reuters |
TOPIK TERKAIT
ARTIKEL TERKAIT
Parenting
Apakah Semua Bayi Prematur Harus Dirawat di NICU? Ini Kata Dokter
Parenting
Bayi Paling Prematur Di Dunia Ini Ultah Pertama, Waktu Lahir Cuma 337 Gram
Parenting
Serba-Serbi Perawatan Bayi Prematur yang Bunda Perlu Tahu
Parenting
Bunda, Begini Cara Tepat Merawat Bayi Prematur di Rumah
Parenting
Saat Tokoh Kartun Mr Potato Head Bantu Pantau Perkembangan Bayi Prematur
10 Foto