Pembunuhan Massal Terhadap Penduduk Gaza

Israel memblokade total jalur Gaza. Sehingga penduduk Gaza tidak memiliki akses kemanapun. Tak ada pergerakan manusia. Inilah model pembunuhan massal yang dilakukan Israel terhadap penduduk Gaza. Sekarang anak-anak hanya dapat memakan rumput. Karena tidak ada lagi suplai makanan yang dapat masuk ke Gaza.

Kebijakan blokade Israel masih tidak cukup. Sekutu Israel yang penting di Timur Tengah, Mesir melakukan langkah yang tak kalah biadabnya dibanding dengan rejim Zionis-Israel yang sudah melakukan blokade terhadap rakyat Gaza.  Mesir menggali parit sedalam 10 meter sepanjang perbatasan di Rafah dengan menancapkan lempengan baja yang  tebal, dan dilapisi beton, yang membentuk dinding tembok yang membentang sepanjang perbtasan Mesir-Gaza.

Apa yang dilakukan Hosni Mubarak terhadap rakyat Gaza, tak berbeda jauh dengan cita-cita dari ideolog Zionis, Vladimir Ze’ev Jabotinsky, yang sudah merencanakan sejak 80 tahun yang lalu, yang dalam tulisan itu, membangun tembok  "Baja"’, yang akan mengelilingi Gaza. Sehingga, rakyat Palestina yang ada di Gaza, perlahan-lahan akan mati, atau menyerah kepada penjajah Zionis-Israel. Langkah Mubarak itu sangat erat relasinya dengan ideolog Zionis yang sangat ekstrim, yang memang menginginkan rakyat Palestina, musnah, pergi, dan kemudian menjadikan Palestina tanah jajahan yang abadi.

Tentu, yang menarik sikap Mubarak, sebagai penguasa Arab, yang mempunyai perbatasan langsung dengan Gaza, sama sekali tak memiliki secuilpun hati nurani, dan justru paradoknya, berada dipihak rejim Zionis-Israel, dan menjadi alat yang ikut menghancurkan rakyat Gaza dengan membangun tembok "Baja". 1,7 juta rakyat Gaza berada dalam penjara.

Mereka tak dapat bergerak, dan tidak dapat mendapatkan suplai makanan, dan kebutuhan dasar lainnya, akibat blokade Israel dan Mesir. Keduanya negeri itu, bahu-membahu ingin memusnahkan rakyat Gaza dengan memblokade dan membangun tembok "Baja". Inilah sebuah kejahatan kemanusiaan, yang tidak dapat dimengerti oleh akal sehat kemanusiaan, di mana dua negara dengan sadar, mengisolasi secara ekstrim, yang telah mengakibatkan malapetaka kemanusiaan yang amat dahsyat.

Masihkah relevan mengatakan bahwa Hamas itu sebuah kelompok atau entitas yang harus menyandang lebel yang sangat dimusuhi yaitu ‘Teroris’? Padahal, rakyat Gaza menjadi korban kekejaman yang tiada taranya dari rejim Zionis-Israel, yang sekarang mendapat dukungan sekutu Arabnya, seperti Mesir, Saudi Arabia, dan Jordania.

Lebih dari 1400 aktivis dari seluruh dunia berkukmpul di Cairo yang akan menuju ke Jalur Gaza. Mereka bersatu padu dengan komitment mereka yang kuat, ingin membuka blokade dan membebaskan rakyat Gaza dari kebiadaban Israel. Mereka yang mempunyai perhatian itu, berduyun-duyun dari penjuru dunia, dan ingn mengenang kembali setahun lalu, di mana rejim Zionis-Israel dengan kekuatan militernya telah meluluh-lantakan Gaza, yang mengakibatkan kehancuran dan korban manusia yang tidak sedikit. Israel menyerbu Gaza dengan menggunakan sandi "Cast Lead". Kepedulian para aktivis internasional itu, tetap tidak dapat membuka blokade dan menghentikan rencana Mesir yang sedang membangunan tembok "Baja", di sepanjang perbatasannya di Rafah.

Protes terhadap blokade dan pembangunan tembok "Baja" berlangsung secara massif di seluruh kota di dunia. Di Berlin, London, New York, Roma, Mesir, dan kota-kota lainnya, terus berlangsung. Bahkan, di ibukota Israel Tel Aviv berlangsung aksi demo yang cukup besar, yang memprotes tindakan pemerintah mereka, yang sangat tidak manusiawi. Komite monitoring yang terdiri dari negara-negara Arab, yang mengikuti perkembangan di perbatasan antara Israel dan Mesir, tak dapat berjalan dengan efektif. Karena mendapatkan tantangan dari pemerintah Israel dan Mesir.

Tembok "Baja" yang sedang dibangun Mesir, tak lain, merupakan hasil pertemuan antara Menlu Israel Tzipi Livni dengan Menlu AS Condoleeza Rice, saat menjelang akhir pemerintahan Bush. Pembangunan itu, tujuannya menutup sama sekali kemungkinan Hamas dapat menyelundupkan senjata lewat pintu-pintu terowongan yang ada disepanjang perbatasan Mesir di Rafah. Kesepakatan dan perjanjian itu memaksa Mesir melaksanakan perintah AS dan Israel, agar tidak ada lagi penyelundupan senjata ke Gaza, yang akan menjadi ancaman keamanan bagi Israel. Bagi AS yang menjadi pelindung utama Israel, seperti yang diucapkan Presiden Barack Obama, yang dengan tegas-tegas bahwa masalah keamanan Israel menjadi prioritas utama bagi kebijakan luar negeri AS.

Ketika para aktivis internasional sudah berkumpul di Cairo, justru pemerintah Mesir tidak mengizinkan mereka masuk Gaza. Kendaraan bus yang mereka tumpangi diberhentikan, dan disuruh kembali ke negara mereka masing-masing. Sejumlah aktivis yang tidak bergabung, yang perorangan berhasil memasuki Rafah. Tetapi aparat keamanan Mesir, tetap melarang mereka masuk ke Gaza. Para aktivis itu marah dan melakukan aksi protes dan mengepung Kedutaan Mesir. Mereka juga melakukan protes  ke Kedutaan AS, Perancis, dan mereka meminta bertemu dengan Dubes. Sejumlah aktivis yang sudah berumur 70 tahun melakukan mogok makan sebagai protes atas larangan memasuki Gaza. Tak urung para pemrotes yang dari berbagai negara itu, harus berhadapan dengan pasukan khusus Mesir, yang menggunakan senjata lengkap.

Sementara itu, di tengah-tengah kebuntuan yang mengakibatkan para aktivis frustasi, Hosni Mubarak bertemu dengan Perdana Menteri Israel Bunyamin Netanyu, yang membicarakan tentang perdamaian, dan penghentian pemukiman Yahudi, tak akan pernah terjadi. Hosni Mubarak menutup mata atas langkah-langkah Israel, yang terus melakukan pembangunan di kawasan Yerusalem Timur,yang kini sudah menjadi wilayah Yahudi. Sementara orang-orang Palestina, sudah ‘dihabisi’, dan mereka terusir dari tanah kelahiran mereka, Yerusalem.

Hosni Mubarak melarang rakyat Gaza yang sudah kelaparan itu masuk ke Mesir, tetapi yang sangat menusuk perasaan dan kemanusiaan, justru Mubarak memfasilitasi ratusan orang Yahudi menyeberang ke Mesir, melakukan ziarah ke kuburan  Rabbi Yaakov Abu-Hatzeira, yang mati di Mesir, di kota Damanhur, yang telah mati sejak 130 tahun, ketika meninggalkan Maroko, yang menjadi tempt suci mereka.

Blokade sudah berlangsung sejak sebelum perang Gaza, hingga kini, dan terus berlangsung. Hosni Mubarak benar-benar menjadi re-inkarnasi dari Vladimir Jabonstiky. Membunuh perlahan-lahan rakyat Gaza dengan membangun tembok. Selama ini rakyat Gaza melalui terowongan itulah mendapatkan bahan-bahan pokok dari Mesir. Tapi dengan dibangunnya tembok "Baja" itu, segalanya menjadi tidak mungkin lagi.

Senator John Kerry, yang menjadi kandidat presiden, sangatlah terkejut mendengar, blokade itu sampai pasta gigi pun, tidak dapat masuk ke Gaza. Jadi Hosni Mubarak benar-benar ikut terlibat dalam pemusnahan rakyat Gaza, meskipun tidak dengan menggunakan letupan senjata. Tapi dengan membangun tembok "Baja" itu, sejatinya tak jauh berbeda dengan kebiadaban yang dilakukan Zionis-Israel terhadap rakyat Gaza. (m/mb)