Palestina Menderita, Pemimpin Dunia Diam Seribu Basa

Sejak runtuhnya Daulah Islam tahun 1924, umat Islam tidak memiliki kekuatan lagi. Hal tersebut memberi dampak besar pada posisi umat Islam. Di mana sebelum Daulah runtuh kaum muslimin begitu kuat dan disegani, kini umat Islam ada dalam kondisi lemah tak berdaya. Dengan keruntuhannya ini, menjadikan umat Islam yang berada dalam naungan Daulah menjadi terpecah belah menjadi 50 negeri muslim.

Begitu juga dengan negeri Palestina. Lebih dari 70 tahun Palestina dalam penderitaan. Selama itu juga, posisi Israel kian kuat dan mendapatkan kemenangan. Secara terus-menerus , sekitar 85 persen luas keseluruhan wilayah Palestina dicaplok.

Pada hari Jumat Brasil, Argentina, Chili, dan Meksiko mengecam keputusan Israel terkait pelegalan pemukiman di Tepi Barat yang diduduki. Kementerian Luar Negeri Brasil dan ditandatangani oleh empat negara menyatakan keprihatinan yang mendalam tentang pengumuman yang dilayangkan Israel. Ada sembilan pos terdepan di Tepi Barat yang dilegalkan dan akan dibangun hampir 10.000 rumah pemukiman baru. (Sindonews.com, 19 Februari 2023)

Terbaru, rudal Israel menghantam gedung di pemukiman Kafr Sousa di pusat Kota Damaskus, Suriah. Kejadian ini menewaskan lima orang. Dilansir oleh Reuters, kawasan Kafr Sousa terletak dekat kompleks keamanan besar dan dijaga ketat, tak jauh dari sejumlah instalasi milik Iran.

Serangan terarah dan jarang terjadi itu, merusak beberapa bangunan di distrik padat penduduk dekat alun-alun Ommayad di jantung Ibu Kota Suriah. Di wilayah tersebut, gedung-gedung keamanan bertingkat berada di dalam lokasi-lokasi keamanan. (voaindonesia.com, 19/2/2023)

Sebelumnya, pasukan Israel telah membunuh seorang anak Palestina di Tepi Barat. Kementerian Palestina mengatakan, anak tersebut bernama Qusai Radwan Waked berusia 14 tahun. Ia mengalami luka para pada bagian perut, karena tembakan tentara Israel di wilayah Jenin yang merupakan sebuah kota bagian utara di Tepi Barat. (cnnindonesia.com, 13/2/2023)

Dengan serangan Israel yang bertubi-tubi menghantam wilayah Palestina. Juga banyaknya korban dari kalangan anak-anak berjatuhan, mengapa tak satu pun pemimpin negeri muslim menampakkan batang hidungnya untuk membela Palestina? Negara-negara muslim saat ini, hanya mampu sekadar mengecam. Sedangkan kecaman ini hanya dianggap angin lalu tak pernah ada pengaruhnya sedikit pun. Justru yang ada, Israel kian masif menyerang Palestina.

Padahal, kebiadaban Israel bukan sekadar isapan jempol belaka. Secara nyata mereka merusak, memerangi, dan membunuh korban tak bersalah. Kezalimannya telah menghancurkan masa depan anak-anak, menghancurkan tatanan keluarga, dan masyarakat. Rakyat Palestina berjuang mempertahankan wilayahnya dari rampasan perampok Israel. Namun sangat disayangkan, perjuangan Palestina tak mendapat dukungan dari para pemimpin dunia Islam. Normalisasi hubungan diplomatik antara negeri-negeri muslim bersama negeri kapitalis dan penjajah Barat, membuat para pemimpin negara muslim bersembunyi di balik penguasa kapitalis.

Palestina semakin menderita tanpa adanya bantuan secara nyata. Juga tanpa ketegasan pemimpin negara muslim terhadap penjajah Israel. Ditambah adanya sekat-sekat nasionalisme yang direalisasikan sistem Sekuler Kapitalisme, membuat umat Islam bercerai-berai. Paham ini telah membelenggu para pemimpin muslim hingga lumpuh tak berdaya di hadapan musuh Islam. Akibatnya, pemimpin dan umat sama-sama menjadi penonton tanpa mampu berbuat banyak.

PBB sebagai lembaga perdamaian dunia yang diharapkan menjadi penengah, sama saja tidak ada kekuatan apa-apa. Bagaimana Dewan Perwakilan Rakyat Amerika Serikat yang menyetujui rancangan undang-undang (RUU), mengucurkan dana US$1 miliar atau setara dengan Rp14,2 triliun untuk sistem pertahanan udara Iron Dome Israel. Magister Kajian Timur Tengah dan Islam Iranti Mantasari BA.IR, MSi. Menyebut resolusi penyelesaian konflik Israel-Palestina oleh Amerika itu palsu.

Persetujuan senat Amerika yang memberikan anggaran tersebut, menunjukkan bahwa Amerika mendukung eksistensi Israel. Dengan dukungan tersebut, nasib Palestina akan terus terjajah. Bahwa setiap resolusi di bawah mandat Amerika dan Barat, tidak akan menjadi penyelesaian yang hakiki dan pemutus persoalan yang dihadapi rakyat Palestina. Sekalipun ada PBB, tapi ia hanya sebatas lembaga yang berdiri untuk melanggengkan kekuasaan negara Adidaya bernama Amerika.

Para penguasa negeri muslim yang mendukung Palestina, tidak sanggup menunjukkan taringnya. Dengan mendukung Palestina secara penuh, sangat berisiko bagi kepentingan mereka sendiri. Sebab, para pemimpin negeri muslim bernaung di bawah kaki Amerika.

Apa yang bisa kita harapkan untuk membebaskan Palestina dari cengkeraman Israel. Begitu juga dengan negeri-negeri muslim lainnya yang saat ini masih dalam kondisi terjajah. Tentu saja harus ada kekuatan besar yang akan melawan kekejaman penjajah Barat.

Sebagai seorang muslim, seharusnya memahami bahwa jika suatu negeri muslim yang diserang dan dijajah, hukumnya wajib bagi tiap-tiap individu dari penduduk tersebut berjihad. Jika mereka tidak mampu, maka kewajiban tersebut dibebankan pada penduduk negeri yang terdekat. Dalam kasus Palestina setelah mereka berjuang beserta tentaranya, menjadi kewajiban wilayah terdekat yakni Mesir, Turki, Arab Saudi bahkan Indonesia untuk melakukan pembelaan dan perlawanan.

Pasukan militer Israel, harus dihadapi dengan pasukan militer juga. Penduduk Palestina tidak akan mampu menghentikan kekejaman mereka dengan tangan kosong. Oleh karena itu, para pemimpin negeri muslim harus mengerahkan pasukan untuk mengusir Israel dari wilayah Palestina. Problem yang dihadapi Palestina tidak akan selesai kecuali kaum muslim turun tangan untuk membereskannya.

Dengan menyerahkan sengkarut permasalahan Palestina pada dunia internasional, sama saja melanggengkan penjajahan Barat dan eksistensinya. Oleh sebab itu, sangat dibutuhkan kekuatan pasukan yang hebat di bawah komando seorang khalifah. Melalui Daulah Islam, harapan dan solusi nyata akan terwujud. Sebab Daulah Islam tidak akan membiarkan kaum muslim dalam kondisi tertekan, apalagi terbunuh.

Saat ini sangat dibutuhkan sosok pemimpin yang bisa melawan musuh-musuh Islam, bukan sekadar mengecam tanpa bertindak nyata. Umat Islam terutama yang tengah terzalimi, mengharapkan pemimpin yang mampu membela dan melindungi dari segala bentuk penjajahan. Apalagi sampai menghilangkan nyawa kaum muslim dengan cara yang kejam. Sebagaimana sabda Nabi saw.: “Hilangnya dunia, lebih ringan bagi Allah dibandingkan terbunuhnya seorang mukmin tanpa hak.” (HR. An-Nasai dan Tirmidzi)

Dengan demikian, menjadi keharusan bagi kita sebagai bagian dari umat Islam berjuang hingga Daulah Islam tegak di muka bumi memberi keadilan dan rahmat bagi semesta alam. Oleh karena itu, selama kita berada dalam naungan sistem Sekuler Kapitalisme, Palestina tidak akan menemukan kedamaian dan kemerdekaannya. Pemimpin negeri-negeri muslim tidak akan mampu membela, sebab mereka terikat di bawah ikatan nasionalisme.

Wallahua’lam bish shawab.

Oleh Ine Wulansari

Pendidik Generasi

[ARRAHMAH]