Kekejaman Tentara Israel Disusun Menjadi Sebuah Buku

Sejumlah mantan tentara Israel telah menulis sebuah buku tentang bagaimana pemerintahan di Tel Aviv memberikan wewenang kepada pihak militer untuk melakukan kekejaman di wilayah Palestina.

Buku bertajuk Occupation of the Territories, yang akan dirilis pada tanggal 21 Desember mendatang, disusun atas prakarsa para peniup pluit Israel Breaking the Silence, surat kabar Inggris The Independent melaporkan pada hari Minggu kemarin (12/12).

Kelompok, yang memperoleh kesaksian dari prajurit dan mantan pelaku agresi militer, telah menggunakan publikasi ini untuk menginfokan kekejaman militer lebih lanjut, kali ini termasuk adanya penamaan dan gambar mereka untuk meningkatkan validitas buku.

Pengantar buku ini menyebut kerja ini merupakan bagian dari "prinsip-prinsip dan konsekuensi dari kebijakan Israel di wilayah [Palestina]."

Dalam buku tersebut, seorang mantan tentara Israel menjelaskan apa yang ia dengar tentang sesama rekannya yang meledakkan pintu sebuah rumah Palestina, pada waktu yang bersamaan seorang penduduk perempuan berusaha untuk menjawab ketukan pintu mereka.

"Tubuh perempuan itu telah menempel ke dinding …," kata tentara itu mengingat rekannya yang lain berkata. "Dan kemudian anak-anaknya datang dan melihatnya. Saya mendengar itu selama makan malam setelah operasi, seseorang mengatakan hal itu merupakan sesuatu yang lucu, dan mereka sangat senang melihat situasi di mana anak-anak melihat ibu mereka tubuhnya telah hancur menempel di dinding …"

Sebuah kejadian yang sama terjadi pada Wafer Shaker al-Daghma, seorang guru Palestina PBB di bagian timur kota selatan Khan Younis. Putrinya mengatakan bahwa, setelah ledakan, "saya datang dan melihat sedikit pakaian ibu saya. Dia sudah tidak bergerak. Saya tidak melihat kepalanya."

Sebuah terjemahan bahasa Inggris dari buku ini diharapkan akan dirilis pada tahun 2012.

Organisasi Breaking the Silence dikenal karena tindakan mereka yang membuka mata kesaksian dari 30 tentara Israel, terdaftar pada perang Desember tahun 2008 sampai Januari Desember 2009 Israel di Gaza, yang menewaskan lebih dari 1.400 warga Palestina.

Buku ini juga menjelaskan beberapa eufemisme militer untuk melakukan tindak kekerasan terhadap warga Palestina.

Pasukan Israel menggunakan istilah ‘pencegahan’ untuk hampir setiap bentuk tindakan militer dan ‘pemisahan’ untuk pemutusan warga Palestina tidak hanya dari Israel tetapi juga dari Palestina lainnya, buku itu mengatakan.

Buku ini juga menyerukan adanya ‘penegakan hukum’ terhadap rezim hukum ganda di Tepi Barat yang diduduki, di mana warga Palestina harus tunduk pada kekuasaan militer dan pengadilan sedangkan pemukim Israel – hanya bertanggung jawab ke pengadilan sipil.(fq/prtv)