Apa itu Piutang
Negara, dan Apa Saja yang Termasuk Piutang Negara ?
Piutang Negara adalah jumlah uang yang wajib dibayar kepada negara
berdasarkan suatu peraturan, perjanjian atau sebab apapun. Piutang Negara
meliputi piutang pemerintah pusat maupun piutang pemerintah daerah. Berdasarkan
sebab timbulnya, piutang terbagi atas :
·
Piutang karena peraturan/pungutan contohnya piutang
PNBP (termasuk piutang pendapatan BLU seperti piutang pasien BLU Rumah Sakit),piutang
bea keluar (BC), piutang iuran BPJS, piutang retribusi, dan lainnya.
·
Piutang karena perjanjian/ perikatan contohnya piutang
asset kredit eks BPPN, BDL dan PT PPA, Piutang Risk Sharing/ Channeling (contoh
Piutang KUKDAS).
·
Piutang karena sebab apapun contohnya Piutang TGR PNS
baik bendahara maupun non bendahara, Piutang Lainnya contoh Piutang antar
Pemda, Piutang karena putusan pengadilan dll.
Piutang Negara
yang akan kita bahas selanjutnya adalah piutang negara macet yaitu piutang yang
dalam jangka waktu 1(satu) bulan terhitung sejak tanggal tagihan ketiga tidak
dilakukan pelunasan atau piutang yang telah diserahkan kepada Panitia Urusan
Piutang Negara/DJKN. Dalam pengelolaannya tentu saja membutuhkan berbagai
teknik dan strategi jitu agar memperoleh hasil yang optimal, salah satunya adalah teknik dan strategi dalam
menghadapi debitur nakal.
Siapa Itu Debitur Nakal ?
Debitur atau biasa disebut penanggung utang adalah badan dan/atau orang
yang berutang menurut peraturan, perjanjian atau sebab apapun. Dalam melakukan
penagihan, para petugas menemui berbagai jenis karakter debitur. Mulai dari
yang gagah berani menemui petugas yang melakukan penagihan sampai yang mengeluarkan
jurus ngacir agar terhindar dari petugas. Mulai dari yang pura-pura miskin
dan tidak ada itikad baik untuk melunasi utang sampai yang beneran miskin
hingga menggugah hati petugas yang semula bertugas menagih hutang tapi malah
berbalik memberi sedekah. Ada pula yang menemui petugas dengan emosi yang
meluap-luap karena merasa sebagai pihak yang terdzholimi dan tidak harus
bertanggung jawab atas timbulnya utang tersebut. Belum lagi jika ditambah drama
rumah tangga yang mengalami perceraian sehingga saling melempar tanggung jawab
atas utang yang ditimbulkan selama hidup bersama. Bukan itu saja, terkadang ada
debitur yang secara finansial sangat berkecukupan namun tidak memiliki itikad
baik untuk melakukan pembayaran. Ironisnya, debitur seperti ini biasanya dari
kalangan terpelajar, bahkan ada yang masih aktif menjalankan peran sebagai
wakil rakyat. Entah beliau lupa atau pura-pura lupa. Debitur-debitur yang tidak
kooperatif inilah yang tidak menunjukkan itikad baik, kami sebut sebagai
debitur nakal.
Beragam karakter dari para debitur seringkali mewarnai keseharian
petugas dalam menjalankan tugas penagihan. Hal itu tentu saja membutuhkan
keahlian yang mumpuni untuk bisa mengatasi masalah-masalah yang dihadapi saat
melakukan penagihan. Mulai dari tahap merencanakan penagihan, strategi dalam
melakukan penagihan hingga pasca penagihan. Salah satu tekhnik yang bisa
diterapkan dalam melakukan penagihan yaitu dengan mengadaptasi Teknik Perang Sun Tzu.
Siapa itu Sun Tzu
?
Sun Tzu lahir dengan nama Sun Zin, adalah seorang Panglima Jenderal militer China yang
lahir sekitar tahun 551 SM dan wafat 479 SM. Dikenal sebagai seorang jenderal
yang jenius dan juga seorang filsuf, Sun Tzu banyak dikenal lewat bukunya The
Art Of War, sebuah buku strategi militer yang sangat berpengaruh dan banyak
memberikan perubahan dalam dunia militer China dan banyak diadaptasi oleh
negara-negara lain.
Sebagai seorang jenderal, Sun Tzu dikenal sebagai seorang yang
berkepribadian unik, namun efisien. Banyak cerita mengisahkan bagaimana dia
mengambil langkah-langkah yang tidak biasa diambil oleh panglima-panglima
perang lainnya. Karyanya yang berjudul The Art Of War berisikan strategi
perang Sun Tzu yang diuraikan dalam 13 Bab Seni Perang Sun Tzu yang sampai saat
ini masih menjadi bacaan wajib untuk perwira militer di dunia. Tak hanya dalam
bidang militer, maha karya Su Tzu yang berisikan pemikiran dan pengalaman dalam
perang yang dialami selama hidupnya, kini banyak dikutip dan dicontoh orang
dalam berbagai bidang misalnya bisnis dan komunikasi. Tak ketinggalan juga
dapat diterapkan dalam proses penagihan piutang negara.
Apa yang bisa Diterapkan dari Strategi Sun Tzu Dalam Melakukan Penagihan kepada Debitur Nakal
Dari sekian banyak strategi Sun Tzu yang disebutkan, ada 4 (empat)
strategi perang Sun Tzu yang bisa diaplikasikan dalam melakukan penagihan piutang
negara khususnya dalam memerangi para debitur nakal. Keempat strategi tersebut
adalah :
1. Penilaian (Menilai Lawan)
Pada tahap ini kita harus bisa menilai lawan dari segi
kemampuan. Penilaian ini didasarkan pada lima hal diantaranya adalah jalan, iklim,
medan, komando dan aturan.
·
Jalan ini berorientasi pada keselarasan antara pemikiran pasukan dan
komandan. Menurut Sun Tzu, keselarasan pemikiran tersebut sangat penting karena
akan menjadi kunci keberhasilan komunikasi dalam mengeksekusi peperangan. Perintah
atau komando dari pemimpin perang dapat ditaati secara kompak oleh seluruh
pasukan. Begitupun dengan tim yang melakukan penagihan kepada debitur.
Hendaknya anggota tim memiliki keselarasan pikiran dengan ketua tim, sehingga
tim dapat menjalankan tugas dengan solid. Hal ini dapat diwujudkan misalnya
dengan melakukan rapat terbatas anggota tim sebelum turun ke lapangan untuk
melakukan penagihan. Dalam rapat tersebut membahas tentang profil debitur yang
akan ditagih dan segala permasalahan atau kendala yang dihadapi petugas
sebelumnya dalam melakukan penagihan terhadap debitur yang bersangkutan
berdasarkan catatan berkas yang terlampir dalam file Berkas Kasus Piutang
Negara (BKPN).
Diperlukan kesepakatan antara ketua tim dan anggota
tim penagihan terkait strategi yang akan dijalankan, misalnya Plan A, Plan B
dst. Contoh kasus misalnya, debitur A selaku penanggung utang telah bercerai
dengan pasangannya, sementara utang tersebut dulu dikelola bersama sebagai
modal usaha. Debitur A menolak bertanggung jawab karena saat ini badan usaha
yang mereka jalankan bersama sudah tidak aktif dan merasa bahwa yang harusnya
bertanggung jawab adalah suaminya. Maka peran tim penagih dalam hal ini adalah
bagaimana menjadi penengah dan pembuka jalan komunikasi bagi kedua belah pihak
guna menyelesaikan pembayaran piutang dimaksud.
·
Iklim berkaitan
dengan suasana di medan perang. Sebelum bertempur di medan perang, pasukan
harus menyusun perencanaan yang matang, termasuk perkiraan kondisi di medan
perang. Begitupun ketika akan melakukan penagihan langsung di lapangan, petugas
harus bisa mengenali kondisi di lapangan. Termasuk potensi mata pencaharian
debitur, misalnya jika debiturnya seorang petani, sebaiknya penagihan langsung
dilakukan di bulan-bulan setelah mereka panen dengan didahului penagihan secara
tertulis pada bulan-bulan sebelumnya. Begitupun jika debiturnya kerja kantoran,
sebaiknya menagih di jam istirahat kantor pada tanggal-tanggal awal setelah
gajian dsb.
·
Dasar yang ketiga adalah Medan atau wilayah pertempuran. Perlu
peninjauan medan perang secara nyata untuk mengetahui secara riil bagaimana
kondisi medan perang. Begitupun yang harus dilakukan oleh tim yang melakukan
penagihan. Perlu mencari informasi apakah tempat tinggal debitur berada di
tanah lapang, padang rumput, pedesaan atau perkotaan. Juga perlu diketahui
mengenai budaya masyarakat setempat tentang utang. Apakah masyarakat setempat
menganggap utang sebagai aib atau malah sebaliknya. Karakteristik masyarakat
suatu daerah turut menjadi pertimbangan dalam menentukan strategi selanjutnya
dalam melakukan penagihan.
·
Selanjutnya adalah Komando sebagai dasar
keempat. Dalam sebuah peperangan, sangat penting untuk memiliki seorang
komandan yang berintegritas, toleransi, komunikatif, disiplin, berani, sigap,
bijaksana dan bertanggung jawab. Semua karakter tersebut menjadi satu paket dan
harus dipastikan dimiliki oleh seorang komandan. Hal ini berkaitan dengan
ketepatan dalam memberikan komando untuk pasukan dalam bertindak. Analisa dari
komandan memerlukan banyak pertimbangan, sehingga akan berhasil jika
serangkaian karakter tersebut dimiliki oleh komandan perang. Komandan perang
dalam hal ini adalah ketua tim penagihan. Contoh kasus misalnya, mengenai piutang yang timbul dari penyewaan asset
daerah berupa ruko di pasar. Para debitur sepakat tidak melakukan pembayaran
dengan alasan pemasukan toko kurang. Namun ketika diminta untuk meninggalkan
ruko, para debitur tidak bersedia. Hingga bertahun-tahun sewa ruko tetap tidak
dibayar. Dalam hal ini diperlukan ketegasan ketua tim/komandan dalam
menginstruksikan perintah yang tegas mengenai strategi yang akan dijalankan
terhadap para debitur nakal tersebut. Disinilah keberanian dan kebijaksanaan
seorang ketua tim akan sangat dibutuhkan. Bagaimana memberikan komando tentang strategi-strategi
selanjutnya yang akan dilakukan agar piutang negara tertagih.
2. Terakhir adalah Aturan sebagai dasar
kelima. Semua peraturan terkait pengurusan piutang negara yang telah
diundangkan menjadi acuan bagi para petugas dalam melakukan penagihan. Aturan
ini mencakup keefektifan organisasi, rantai komando, dan hukuman. Sehingga jika
petugas tidak melaksanakan aturan, maka itu artinya lebih dekat dengan
kekalahan/keagagalan. Oleh karena itu, satukan komando dan kekuatan untuk
menjalankan aturan bersama dengan taat. Contoh kasus, misalnya debitur A telah
meninggal dunia dengan sisa utang yang lumayan banyak. Maka berdasarkan aturan,
ahli waris debitur A yang harus bertanggung jawab atas utang tersebut meskipun
ahli waris tidak tahu menahu tentang utang tersebut. Kemampuan komunikasi para
petugas penagihan sangat menentukan disaat-saat seperti ini. Bagaimana
meyakinkan para ahli waris bahwa berdasarkan peraturan yang berlaku, utang
tersebut menjadi tanggung jawab para ahli waris. Bagaimana melakukan pendekatan
secara agama bahwa utang bisa menjadi sebab seseorang disiksa dalam kubur dan
lain sebagainya.
3. Melancarkan Pertempuran
Strategi perang
Sun Tzu pada poin kedua adalah melancarkan pertempuran. Sun Tzu berprinsip
bahwa jangan terlalu lama berperang karena perang yang berkepanjangan justru
akan menguras tenaga, biaya dan waktu. Keefektifan adalah salah satu prinsip
yang harus dipegang teguh. Inilah salah satu prinsip hebat Sun Tzu yang
memikirkan konsekuensi dari perang yang tidak efektif. Begitupun ketika
melakukan penagihan secara langsung, perlu mempertimbangkan biaya yang
dikeluarkan dan estimasi hasil yang akan didapatkan. Sehingga diharapkan dengan
biaya yang wajar, dapat memperoleh hasil yang maksimal.
4. Merencanakan Serangan
Sun Tzu mengatakan
seni berperang paling baik adalah menjaga negara sendiri, sementara
menghancurkan negara musuh adalah terbaik kedua. Karenanya, memenangkan seratus
pertempuran bukanlah kesempurnaan tertinggi. Sebab, kesempurnaan tertinggi
adalah meredam dan mengalahkan pasukan musuh tanpa harus bertempur. Berdasarkan
konsep ini, terdapat urutan kebijakan militer menurut Sun Tzu, di antaranya
adalah menyerang strategi musuh, menyerang persekutuan musuh, dan yang terburuk
adalah menyerang negara/kota yang bertembok alias berbenteng. Di dalam
mengeksekusinya, terdapat perencanaan serangan yang harus dimatangkan sebelum
berada di medan perang. Demikianlah juga yang harus kita lakukan sebelum
melakukan penagihan langsung. Semua kelengkapan berkas yang membuktikan jumlah dan
besarnya utang adalah pasti, harus kita siapkan. Sebagai antisipasi jika
ternyata debitur tidak mengakui utangnya dan mengharuskan petugas untuk
menunjukkan semua dokumen dan aturan-aturan yang mendasari bukti adanya utang. Selain
itu, petugas hendaknya mengutamakan pendekatan persuasif dalam melakukan
penagihan. Sebisa mungkin penagihan dilakukan tanpa menimbulkan keributan
ataupun hal-hal lain yang tidak diinginkan. Sampaikan pada debitur segala
konsekuensi yang akan dihadapi jika utang yang bersangkutan tidak dibayarkan.
Termasuk adanya resiko pencekalan ke luar negeri dan/atau tindakan keperdataan
/tindakan layanan public.
5. Menggunakan Mata-Mata
Strategi yang
keempat adalah menggunakan mata-mata. Strategi ini sangat diperlukan bagi suatu
pasukan yang mempunyai jenderal atau komandan yang sigap dan cermat.
Pengetahuan dan taktik seorang jenderal juga sangat diperlukan demi menjamin
keberhasilan di medan perang. Untuk itu, sangat perlu mengetahui kondisi atau
situasi musuhnya sebagai pengetahuan awal dalam merencanakan strategi perang.
Pengetahuan awal ini berfungsi sebagai syarat jenderal menaklukkan musuhnya.
Dengan demikian, peran mata-mata atau tim pengintai musuh mutlak diperlukan.
Begitupun dalam melakukan penagihan piutang negara. Pengetahuan awal mengenai
debitur mutlak sangat diperlukan. Di era digital saat ini, tidak begitu sulit
untuk mengetahui informasi tentang seseorang. Pencarian dapat dilakukan salah
satunya melalui penelusuran akun media social debitur, ataupun melalui
pencarian profil perusahaan di website resmi Direktorat Jenderal Administrasi
Hukum Umum, Kementerian Hukum dan HAM RI, jika penanggung utang merupakan badan
usaha. Selain itu dapat dilakukan dengan menghubungi aparat/perangkat desa di
daerah tempat tinggal debitur untuk mengumpulkan informasi yang diperlukan.
Urgensi Strategi Sun Tzu dalam Melakukan Penagihan Piutang Negara
Melalui keempat konsep strategi perang Sun Tzu di atas, terdapat
beberapa hal yang menjadi urgensi strategi Sun Tzu dalam memenangkan
peperangan. Hal pertama yang perlu diperhatikan adalah konsep strategi Sun Tzu
memegang teguh perencanaan yang matang. Dalam setiap peperangan yang dilakukan,
tidak pernah dirinya melewatkan satu perang pun tanpa perencanaan. Oleh karena
itu, pertemuan seluruh pasukan dan jenderal harus diadakan untuk membahas
rencana perang sekaligus strateginya. Begitupun pada proses penagihan piutag
negara, hal ini menjadi tahapan yang sangat penting. Hal ini bertujuan untuk
mencapai kesepakatan antar anggota tim agar bisa kompak atau satu suara pada
saat melakukan penagihan nanti.
Berikutnya, keefektifan perang sangat dijaga. Dalam strategi perang
terkenal di China ini, diutamakan menjalankan peperangan seefektif mungkin. Hal
ini merupakan hasil dari rencana perang yang sudah terstruktur. Akibatnya,
tujuan perang akan tercapai dalam rentang waktu yang diperkirakan. Hal ini akan
meminimalisasi tenaga, waktu dan biaya akibat kerugian perang. Begitupun halnya
ketika melakukan penagihan piutang negara, efektivitas waktu, biaya dan tenaga
tentu harus dipertimbangkan dengan matang.
Urgensi berikutnya adalah strategi ini mengamati kapasitas lawan atau musuh dalam medan perang. Kekuatan musuh yang akan dihadapi harus diketahui agar dapat merumuskan kekuatan pasukan yang mampu melemahkannya. Memenangkan persaingan dengan mengukur kekuatan lawan adalah ide bagus. Salah satu hal yang mendukung pengukuran kekuatan lawan ini adalah adanya mata-mata yang ditugaskan mencari informasi mengenai lawan secara sembunyi-sembunyi. Taktik ini sangat berguna untuk mengetahui kekuatan pesaing. Bahkan, mata-mata ini juga bisa mengetahui informasi mengenai kelemahan lawan. Berbagai informasi ini menjadi poin penting untuk memperbesar kemungkinan mengalahkan lawan. Hal ini juga berlaku dalam proses penagihan piutang negara. Informasi penting tentang debitur dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan langkah selanjutnya dalam proses pengurusan piutang negara.
Penulis: Evy Susanti Pelaksana Seksi Piutang negara
Referensi :
1.
James Trapp.2021.Seni
Berperang SunTzu.Jakarta:Elex Media Komputindo.
2.
Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2022 tentang Pengurusan Piutang Negara oleh
Panitia Urusan Piutang Negara.
3.
Mamor Adi Pradhana.2022.https://www.merdeka.com/Profil
Sun-Tzu
4.
Yuan Adelintang Kurniadita.2021.https://ilmu.lpkn.id/2021/04/20/strategi-perang-sun-tzu-suksesor-memenangkan-persaingan-bisnis-yang-kompetitif