Mengenal Kerata Basa, Akronim Unik dalam Bahasa Jawa

Mengenal Kerata Basa, Akronim Unik dalam Bahasa Jawa

Nur Umar Akashi - detikJogja
Rabu, 25 Okt 2023 13:14 WIB
Ariva Syiva’a, seorang mahasiswa UNS penggagas program belajar bahasa jawa
Mengenal Kerata Basa, Akronim Unik dalam Bahasa Jawa. Foto: Humas UNS.
Jogja -

Tak hanya Bahasa Indonesia saja yang memiliki akronim. Dalam Bahasa Jawa, akronim biasa dikenal dengan sebutan kerata basa.

Adapun istilah lain kerata basa adalah jarwa dhosok. Kerata basa ini biasa digunakan untuk permainan kata hingga kerap kali digunakan dalam percakapan sehari-hari.

Untuk mengetahui lebih lanjut perihal kerata basa, berikut ini penjelasan pengertian dan contohnya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Apa Itu Kerata Basa/Jarwa Dhosok?

Mengutip laman surakarta.go.id, kerata basa adalah akronim dalam bahasa Jawa yang penyusunannya tidak menggunakan kaidah. Mengapa disebut tidak menggunakan kaidah? Karena terkadang pengambilan suku katanya bisa dari bagian depan ataupun belakang.

Selain itu, kerata basa juga terbagi menjadi dua, yakni yang bermakna dan yang sekadar berupa singkatan saja.

ADVERTISEMENT

Contoh Kerata Basa

Mengutip dari Jurnal Masyarakat dan Budaya, Volume 24, Nomor 2, Tahun 2022 dengan judul artikel Kerata Basa: Gramatika Budaya Masyarakat Jawa oleh Ubaidillah dan laman surakarta.go.id, berikut adalah beberapa contoh kerata basa:

1. Guru: digugu lan ditiru

Dalam bahasa Indonesia artinya adalah dipatuhi dan ditiru. Hal ini bermakna bahwa sosok guru adalah teladan. Murid-muridnya wajib untuk mematuhi apa yang diperintahkan guru dan meniru hal positif yang dilakukannya.

Selain ditujukan kepada murid, kerata basa ini juga bertujuan untuk mengingatkan guru untuk selalu bertindak dengan benar. Hal ini lantaran perilaku seorang guru akan ditiru oleh murid-muridnya;

2. Gusti: bagusing ati (bagus hatinya);

3. Bocah: mangane kaya kebo, pagaweane ora kecacah (makannya seperti kerbau, kerjaannya tidak terkerjakan);

4. Garwa (istri): sigaraning nyawa (belahan nyawa)

5. Mantu (menantu):dieman-eman meksa metu (disayang-sayang maksa keluar);

6. Sepuh (tua): sabdane ampuh (omongannya ampuh).Maknanya, orang yang tua memiliki banyak pengalaman sepanjang hidupnya. Hal ini juga menjadikannya lebih bijaksana dalam menyikapi persoalan yang timbul;

7. Buta (setan): kalbusing ora ditata (hati yang tidak ditata)

8. Cangkem (mulut): yen ora dicangcangora mingkem (jika tidak diikat, tidak menutup). Maknanya, mulut harus selalu dijaga agar tidak mengutarakan hal-hal yang kurang baik;

9. Sirah (kepala): isining rah (isinya roh);

10. Tebu: antebing kalbu (mantapnya jiwa);

11. Lemah (tanah): tileme menusa (tidurnya manusia)
Maknanya, tanah yang akan menjadi tempat awal dan akhir dari seorang manusia;

12. Kangkung:ingkang linangkung (yang melampaui segalanya);

13. Bapak: bab apa-apa pepak (terkait urusan apapun lengkap).
Maknanya, seorang bapak biasanya telah memiliki pengalaman yang banyak dan lengkap. Pengalaman ini menjadikan seorang bapak mampu menjawab berbagai pertanyaan yang diajukan, misalnya oleh anaknya;

14. Anak: karep apa-apa kudu ana lan enak (jika menginginkan sesuatu, harus ada dan enak)
Kerata basa ini mengacu kepada keinginan sang anak yang harus selalu dituruti dan harus enak (sempurna);

15. Sekuter: sambi sedheku mlayu banter (berpangku tangan, tetapi jalannya kencang).

Demikian penjelasan mengenai kerata basa lengkap dengan contohnya. Semoga bermanfaat, ya, detikers!



Simak Video "Ajang Penghargaan detikjateng-jogja Awards 2024 "
[Gambas:Video 20detik]
(apl/dil)