Sejarah Reog Ponorogo serta 4 Babak dalam Pertunjukannya

Sejarah Reog Ponorogo serta 4 Babak dalam Pertunjukannya

Elmy Tasya Khairally - detikJatim
Senin, 26 Feb 2024 13:09 WIB
Sejumlah seniman memainkan tari barongan atau reog Ponorogo di Kantor Kemenko PMK, Jakarta, Minggu (27/8/2023).
Reog Ponorogo. Foto: Rifkianto Nugroho
Jakarta -

Jawa Timur mempunyai beragam seni pertunjukan yang khas. Mulai dari Ludruk dan Ngremo dari Surabaya, Wayang Topeng dari Madura, Topeng Malangan dari Malang, hingga Reog dari Ponorogo.

Tari reog ponorogo merupakan salah satu tradisi masyarakat yang bertujuan untuk mempererat tali silaturahmi. Menurut laman Indonesia Baik, pementasan reog pertama kali ditampilkan pada tahun 1920 hingga kini.

Apa Itu Reog Ponorogo?

Mengutip laman Disbudparpora Ponorogo, Reog Ponorogo adalah bentuk tarian komunal dan dikemas sebagai pertunjukan sendratari. Di dalam tarian ini terdapat penari topeng yang menyerupai harimau berukuran besar dengan hiasan bulu ekor merak. Beberapa penari lainnya mengenakan kostum raja, panglima perang, kesatria dan prajurit yang menunggang kuda.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Seni ini melibatkan beberapa penari yang memiliki peran dalam alur cerita. Adapun penari yang menjadi ikon dari pertunjukan ini adalah pembarong yang menari membawa dadak merak dengan cara digigit di mulutnya.

Sejarah Reog Ponorogo

Menurut cerita rakyat, kesenian Reog Ponorogo sudah ada sejak zaman kerajaan Kediri sekitar abad XI Masehi. Mengutip laman Kemdikbud, wilayah Ponorogo dahulu bernama Wengker.

ADVERTISEMENT

Kala itu berdirilah kerajaan bernama Bantarangin yang diperintah oleh seorang raja yang adil bijaksana dan masih muda, namanya Prabu Kiana Sewandono. Raja Bantarangin mempunyai seorang patih yang pandai dan sakti bernama Pujangga Anom.

Suatu hari, Prabu Kiana Sewandono bermimpi berjumpa dengan seorang putri cantik bernama Putri Songgolangit dari Kerajaan Kediri. Seketika, Prabu Kiana Sewandono jatuh cinta.

Dia mengutus Patih Pujangga Anom melamar Putri Songgolangit. Putri Kerajaan Kediri itu pun bersedia menerima lamaran Prabu Kiana Sewandono, asalkan Sang Prabu mempersembahkan sebuah pertunjukan yang belum pernah ada.

Patih Pujangga Anom akhirnya menemukan ide pertunjukan, yaitu memanfaatkan Raja Singo Barong yang dikalahkan oleh Prabu Kiana Sewandono. Menurut cerita, Raja Singo berkepala harimau dan di atasnya bertengger burung merak.

Dengan ditambah bunyi-bunyian, maka jadilah iring-iringan Prabu Kiana Sewandono dan Prabu Singo Barong tersebut menjadi pertunjukan yang dikehendaki oleh Putri Songgolangit. Iring-iringan itulah yang kemdian disebut sebagai kesenian reog seperti yang dapat disaksikan sekarang.

Pada awalnya reog dipraktikkan dan berkembang di Desa Sumoroto, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, kemudian menyebar ke seluruh kecamatan dan desa di wilayah Kabupaten Ponorogo. Reog juga berkembang dan tersebar di sebagian besar provinsi di Indonesia, seperti Jawa Timur, Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Lampung, Riau, Kalimantan Timur, Bengkulu, Jambi, Papua, Papua Barat, Sulawesi Selatan, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Barat, Banten, Bali, Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat, dan Nusa Tenggara Barat. Reog Ponorogo juga diketahui berkembang di beberapa negara seperti Amerika, Belanda, Korea, Jepang, Hongkong, dan Malaysia.

Pementasan Reog Ponorogo

Pertunjukan Reog Ponorogo tersaji dalam empat babak. Berikut penjelasan di setiap babaknya.

1. Babak Pertama

Pada babak pertama, jenis tarian yang muncul yaitu jaranan atau jathilan. Pada babak ini, terkadang muncul tokoh Penthul-Tembem yang ikut menari dengan gerakan melucu. Lalu datang prajurit yang menggambarkan latihan perang.

2. Babak Kedua

Di babak kedua, adegan dimonopoli tokoh Singo Barong yang menari-nri dan memperlihatkan gerakan-gerakan pantomim. Dia menirukan secara verbal tingkah laku harimau.

Gerakan tersebut dilanjutkan dengan perang antara prajurit dan Singo Barong. Pada adegan ini, Singo Barong tampak agresif, demonstratif, atraktif, dan melompat, serta mengangkat penari, dan sebagainya.

Selanjutnya, Thetek Melek yang sudah menempatkan diri mendampingi Singo Barong dengan kegiatan seperti memegang baju Singo Barong dan mengusir penonton yang masuk area. adegan tersebut dikisahkan tentang kekalahan prajurit berkuda.

3. Babak Ketiga

Bujangganong tampil menari dan menunjukkan keterampilannya. Babak ketiga ini mengisahan perang antara Bujangganon dengan Singo Barong. Dalam perang tersebut, Singo Barong kalah, kemudian menjadi pengikut Bujangganong.

4. Babak Keempat

Babak keempat menjadi babak terakhir yang mempertunjukkan Kiana Sewandono menari tunggal. Kemudian dilanjutkan dengan datangnya Bujangganong mempersembahkan Singo Barong.

Tari Reog Ponorogo diiringi beragam alat musik tradisional. Mulai dari saron, kendhang, kenong, bonang, gong, dan terompet. Adapun lagu-lagu pokok yang digunakan dalam kesenian ini di antaranya adalah Putrajaya, Ponoragan, Sampak, Obyok, Kebo Giro. Sementara lagu selingan yang sering digunakan antara lagu ijo-ijo dan Walangkekek.

Itulah penjelasan dari Reog Ponorogo mulai dari sejarah hingga babak-babak dalam pementasannya. Apa kamu pernah menyaksikan tari ini secara langsung?



Simak Video "Briptu Luhur, Polantas yang Sabar Ajari Disabilitas Main Gamelan"
[Gambas:Video 20detik]
(row/row)