Begini Sejarah Awal Reog Ponorogo Diboyong ke Malaysia

Begini Sejarah Awal Reog Ponorogo Diboyong ke Malaysia

Charolin Pebrianti - detikJatim
Rabu, 13 Apr 2022 20:48 WIB
reog ponorogo
Atraksi Reog Ponorogo (Foto: Charolin Pebrianti/detikJatim)
Ponorogo -

Reog menjadi salah satu kesenian tradisional legendaris dari Jawa Timur. Para seniman Reog bahkan sudah tersebar di berbagai daerah, baik di dalam maupun di luar negeri.

Tak heran jika ada negara lain yang mengeklaim kesenian ini. Seperti Malaysia yang berencana mendaftarkan reog ke UNESCO beberapa waktu lalu.

Pengamat budaya asal Ponorogo, Arik Dwijayanto menjelaskan hal tersebut dari sisi sejarah. Pengamatan tersebut juga diambil dari tesisnya yang berjudul 'Sejarah Penghijrahan Kesenian Reog Ponorogo di Batu Pahat Johor'.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Tahun 1901 silam, warga Ponorogo bermigrasi ke Batu Pahat, Johor, Malaysia. Total ada 15 ribu jiwa yang pindah ke negeri Jiran. Perpindahan mereka pun sambil membawa kesenian Reog Ponorogo," ujar Arik kepada detikjatim, Rabu (13/4/2022).

Menurut dia, Reog saat itu dikenalkan oleh Saikun Kenthus. Namun, data mengenai sosok ini sangat minim.

ADVERTISEMENT

Arik melanjutkan, sebuah disertasi terbitan Universitas Malaya pada 1825 mencatat bahwa gelombang pertama perpindahan orang Ponorogo ke Malayasia berjumlah 25 jiwa. Mereka menyeberang lewat Singapura. Lalu, jumlah perpindahan ini semakin membesar hingga menjelang abad 19.

"Tepatnya tahun 1890 dengan jumlah sekitar 15 ribu jiwa, termasuk warga Ponorogo yang menetap di kawasan Batu Pahat, Johor," imbuh Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi Islam (FDKI) Institut Agama Islam Sunan Giri Ponorogo itu.

Menurut dia, masih ada sejumlah grup atau komunitas reog yang masih aktif di sebagian wilayah Batu Pahat. Bahkan, ada 3 grup reog dari sana yang pernah mengisi acara pada tahun 2012 lalu.

"Salah satunya Barongan Setiabudi," imbuh Arik.

Menurut dia, pentas seni Reog di Malaysia memiliki sedikit perbedaan dengan pentas di Ponorogo. Seperti berat dadak merak di Malaysia hanya berkisar 15-20 kilogram, sedangkan di Ponorogo mencapai 60 kilogram.

"Selain itu, Reog di Malaysia itu hanya ada jathilan, pembarong, dan dadak merak. Kalau di Ponorogo kan komplit, ada jathil, warok, pembarong, dan seterusnya," tukas Arik.

Saat Arik disinggung tentang isu barongan didaftarkan Malaysia ke UNESCO sebagai warisan budaya tak benda, dirinya mengatakan bahwa tidak ada pernyataan yang menguatkan klaim itu.

"Beberapa media di Malaysia seperti utusan.com, Sinar Harian, dan lainnya belum memberitakan usulan pendaftaran barongan atau reog ke UNESCO," pungkas Arik.



Simak Video "Briptu Luhur, Polantas yang Sabar Ajari Disabilitas Main Gamelan"
[Gambas:Video 20detik]
(hse/dte)