Antropolog Unair Ungkap Wujud Tuyul dan Tugasnya di Mata Masyarakat Jawa

Antropolog Unair Ungkap Wujud Tuyul dan Tugasnya di Mata Masyarakat Jawa

Denza Perdana - detikJatim
Rabu, 10 Mei 2023 14:24 WIB
Viral tuyul ditangkap warga dan dimasukan ke dalam botol plastik di Palembang, Sumsel.
Ilustrasi wujud tuyul. (Foto: Dok. Screnshoot video viral)
Surabaya -

Kepercayaan masyarakat tentang tuyul menjadi salah satu materi penelitian yang dilakukan Antropolog AS Clifford Geertz. Di penelitian itu Sang Antropolog menyebut tuyul adalah makhluk halus anak-anak.

Namun, menurut Dosen Antropologi Unair Delta Bayu Murti ada versi yang menyebutkan bahwa tuyul tidak berwujud anak-anak. Memang perawakannya pendek dan kecil, tapi wajahnya menyeramkan.

"Kalau informasi di sekitarku, ada yang ngomong bukan anak kecil malah. Sosoknya memang kayak anak kecil, pendek, terus gundul. Tapi kalau dilihat detail sosoknya bukan anak kecil. Malah wajahnya menyeramkan," ujarnya kepada detikJatim, Rabu (10/5/2023).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bayu menyebutkan informasi yang dia dapatkan dari ibunya yang menurutnya memiliki kemampuan khusus atau indera keenam. Menurut ibunya, tuyul tidak seperti kata orang-orang.

"Ya, percaya atau enggak ya, cuma di keluarga kami ibuku itu istilahnya punya indra keenam. Nah ibuku pernah menangi, ndelok (melihat), tuyul itu nggak seperti yang diomongin orang seperti anak kecil, gundul, lucu gitu nggak," ujarnya.

ADVERTISEMENT

Menurut Bayu ibunya justru mendeskripsikan wujud tuyul itu memang memiliki perawakan yang pendek seperti anak-anak, tapi wajahnya wajah orang tua yang menyeramkan.

"Beberapa teman yang lain juga menjelaskan bukan anak kecil, perawakannya yang kecil. Pendek, gundul, cuma pakai cawet. Terus yang dilihat ibuku dia kayak bawa opo yo, nggowo kayu karo buntelan kain ngono iku, kayak orang minggat," ujarnya.

Namun, dalam cerita lain yang dia dapatkan juga dari temannya yang memiliki kemampuan melihat hal-hal yang tak kasat mata, ada versi wujud tuyul yang memang seperti anak-anak dan cenderung lucu.

"Ada yang versi anak-anak. Di beberapa buku referensi itu ada yang memang disebutkan seperti anak-anak. Juga dari cerita temanku ini ngonangi, satu ketika dia pulang boncengan sama temannya. Dari kejauhan dia melihat sosok kecil kayak seneng gitu, loncat-loncat koyok arek cilik, ginjal-ginjal, karo tangane iku nggawa duik (bawa uang)," ujarnya.

Dia sampaikan juga penafsiran temannya atas peristiwa yang dia lihat. Bahwa tuyul yang saat itu dia temui baru saja menuntaskan pekerjaannya memenuhi permintaan sang majikan.

"Sepenglihatan temanku yang juga punya six sense ini, yang dia lihat itu memang tuyul, dan dia juga tahu kalau tuyul baru pulang dari kerja untuk memenuhi permintaan ndorone (majikannya)," ujarnya.

Bayu pun menyitir informasi dari buku 'Dunia Hantu Orang Jawa' yang menyebutkan bahwa tuyul adalah makhluk halus yang termasuk dalam kategori perewangan. Mereka bisa bekerja untuk manusia.

"Jadi di buku itu disebutkan tuyul itu bekerja memang sesuai dengan kesepakatan. Jadi di situ disebutkan istilahnya tuyul itu termasuk hantu perewangan," ujarnya.

Terlepas dari wujud dan cerita tentang tuyul yang disampaikan ibu dan temannya, Bayu menyampaikan bahwa secara umum orang Jawa memang percaya dengan hal-hal di luar kehidupan nyata.

"Orang Jawa itu sebenarnya senang hidup damai. Nah, salah satu kedamaian yang diinginkan, salah satunya entitas di luar nyata itu tadi. Gaib, mistis, orang Jawa sudah tahu bahwa kekuatan energi, roh, atau apapun di luar dunia nyata ini ada dan itu juga berpengaruh pada kehidupan nyata mereka," ujarnya.

Untuk itulah, kata Bayu, orang Jawa membuat aktivitas selamatan atau ritual-ritual yang hingga saat ini masih dilakukan, sebenarnya bertujuan untuk menyelaraskan energi-energi di luar kehidupan nyata mereka itu.

"Karena berdasarkan pengalaman mereka, ketika mereka tidak bisa mencapai titik seimbang dengan kehidupan di luar nyata tadi, ya hidup mereka kacau," ujarnya.

Roh, hantu, dan hal-hal gaib lainnya itulah yang termasuk menjadi keseimbangan yang diinginkan orang Jawa. Karena ketika tercapai keseimbangan, dua dunia itu bisa saling memahami dan tidak saling mengganggu.

"Di sisi lain orang Jawa juga melihat bahwa roh-roh hantu atau apapun itu ternyata juga bisa dikompromi atau juga bisa dimintai bantuan, dimintai kerja sama, sampai bahkan di buku ini ditulis dieksploitasi," katanya.



Simak Video "Uang Kerap Hilang, Warga Ciamis Pasang Spanduk 'Tuyul Dilarang Beroperasi'"
[Gambas:Video 20detik]
(dpe/dte)