Perkiraan Penyebab Monyet Mendadak Berkeliaran di Bandung

Perkiraan Penyebab Monyet Mendadak Berkeliaran di Bandung

Bima Bagaskara - detikJabar
Jumat, 01 Mar 2024 10:00 WIB
Monyet ekor panjang (macaca Fascicularis) berinteraksi di Taman Nasional Baluran, Situbondo, Jawa Timur, Minggu (18/2/2024). Berdasarkan Internasional Union for Conservation Nature (IUCN) Monyet ekor panjang mengalami perubahan status dari rentan (vunerable) menjadi terancam punah (endangered) yang diprediksi populasinya akan menurun hingga 40 persen dalam tiga generasi terakhir atau sekitar 42 tahun akibat habitat yang mulai hilang serta perdagangan ilegal. ANTARA FOTO/Budi Candra Setya/rwa.
Ilustrasi monyet. (Foto: ANTARA FOTO/Budi Candra Setya)
Bandung -

Kawanan monyet ekor panjang masih berkeliaran di Kota Bandung. Hingga Kamis (29/2), kawanan monyet tersebut terlihat di sekitar Jalan Supratman-Ahmad Yani, Kota Bandung.

Sejak muncul pertama kali, primata itu terlihat berkeliaran di atap ruko dan rumah warga. Mereka berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya.

Ketua Museum Zoologi Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati ITB Ganjar Cahyadi mengungkapkan, ada tiga kemungkinan penyebab yang membuat kawanan monyet ekor panjang itu turun dari habitat aslinya ke permukiman warga.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Pertama, kelompok monyet tersebut merasakan ada tanda bahaya dari alam sehingga menjauh dari habitatnya," ungkap Ganjar dalam keterangan tertulisnya, Jumat (1/3/2024).

Ganjar mengatakan, seekor monyet atau hewan memiliki insting yang lebih kuat. Karena itu, hewan bakal bereaksi jika akan terjadi bencana. Menurutnya jarak waktu terjadinya bencana dari berpindahnya hewan tersebut relatif cepat.

ADVERTISEMENT

"Biasanya bencana tidak akan terlalu lama (dari kepergian mereka dari habitatnya). Namun, jika tidak ada kejadian bencana, penyebabnya mungkin hal lain," katanya.

Selain itu, perginya kawanan hewan dari habitat aslinya adalah untuk mencari sumber daya makanan ke tempat lain. Hal ini dikarenakan mulai menipisnya ketersediaan makanan di habitat aslinya.

Menurut Ganjar, faktor kompetisi antar kelompok juga bisa menyebabkan kawanan monyet pergi dari tempatnya. Dia menjelaskan, dalam kawanan monyet, ada satu pejantan yang menjadi ketua dalam kelompoknya.

Kelompok-kelompok ini kemudian saling berebut tempat sehingga membuat kelompok yang kalah biasanya akan pergi meninggalkan kawasan sebelumnya. "Bisa jadi kawasan perkotaan itu dianggap 'kosong' atau tidak dikuasai oleh kelompok lain," tuturnya.

Dia juga menyebut, monyet ekor panjang memiliki tingkat kemampuan adaptasi yang lebih tinggi dari primata lainnya. Oleh karena itu, pergerakannya cenderung bebas hingga ke area permukiman.

"Mereka pun dapat bergerak dengan bebas di perkotaan meski tidak ada vegetasi sehingga dapat naik ke genteng, kabel, dan sebagainya," jelas Ganjar.

Potensi Mengancam Manusia

Lebih lanjut, Ganjar mengatakan kawanan monyet ekor panjang dapat berpotensi mengancam manusia jika mengalami perubahan perilaku. Karena itu, dia meminta masyarakat intuk tidak mengganggu, menyudutkan, atau memberi makan kepada monyet liar.

"Jika diberi makanan, monyet bisa jadi tidak takut lagi kepada manusia. Bahkan sebaliknya meminta-minta makanan hingga pergeseran perilaku seperti 'mencuri'. Misalnya, ketika ada warga yang membawa tentengan, mereka mengejar karena mengira itu makanan," ujarnya.

Selama tidak mengganggu dan membahayakan seperti mencakar atau menggigit, masyarakat diimbau untuk membiarkan saja hewan tersebut.

"Meski mereka primata arboreal (primata yang sebagian besar hidupnya dihabiskan di atas pepohonan), mereka pun bisa juga berpindah di atas tanah bahkan bisa juga berenang," tuturnya.

"Karena itu, jika diberi ruang seperti diberi makan, diganggu, dan disudutkan, khawatir akan mengubah perilakunya sehingga lebih mengancam manusia," sambungnya.

Bisa Kembali ke Habitatnya

Masih kata Ganjar, kawanan monyet yang hijrah ke permukiman bisa saja kembali ke habitat aslinya jika mereka tidak menemukan kondisi ideal untuk tinggal di perkotaan.

"Karena secara alami mereka tinggalnya di sana, tidak di sini (permukiman warga)," katanya.

Ganjar juga meminta agar dilakukan penelusuran penyebab pasti hijrahnya kawanan monyet liar dari habitatnya ke permukiman warga. Dia juga telah berdiskusi dengan BBKSDA terkait hal itu.

"Jika terjadi situasi yang mengancam, dihimbau warga agar melaporkan hal tersebut kepada pihak terkait, salah satunya BBKSDA Jabar untuk dapat ditangani," tutup Ganjar.



Simak Video "Melihat Toilet 'Sultan' di SPBU Sukabumi"
[Gambas:Video 20detik]
(bba/orb)