Kisah Penarik Becak di Karawang, Bertahan Usai Disisihkan Zaman

Kisah Penarik Becak di Karawang, Bertahan Usai Disisihkan Zaman

Irvan Maulana - detikJabar
Kamis, 26 Jan 2023 06:30 WIB
Kosim joki becak Pasar Baru Karawang sedang menata barang muatan.
Kosim joki becak Pasar Baru Karawang sedang menata barang muatan. (Foto: Irvan Maulana/detikJabar)
Karawang -

Sebagai salah satu alat transportasi yang masih ada, becak mencoba bertahan di tengah perkembangan zaman. Nasib para penarik becak kini tak sebagus dulu. Namun, mereka tetap berjuang hidup mengandalkan otot kaki untuk menafkahi keluarganya. Salah satunya para penarik becak di kawasan Pasar Baru Karawang.

Kisah perjuangan itu datang dari Kosim (54) warga Poponcol, Desa Karawang Kulon, Kecamatan Karawang Barat, Kabupaten Karawang. Kosim bercerita dia harus menghidupi kelima anggota keluarganya dengan penuh keterbatasan, mengandalkan penghasilan seadanya selama belasan tahun. "Kalau jadi joki becak ini kebetulan sudah 16 tahun, dulu mulai jadi joki (penarik) ikut teman sekitar tahun 2003," ujar Kosim, saat ditemui di Pasar Baru Karawang, Rabu (25/1/2023).

Pada awal 2003, Kosim mengaku menjadi penarik becak merupakan profesi yang cukup menjanjikan. Namun hal itu berubah drastis pada 2007 saat banyak masyarakat mampu membeli sepeda motor dan tarif kendaraan umum yang semakin murah. "Dulu masih lumayan, sehari itu bisa sampai 20 penumpang. Kalau awal-awal di tahun 2003 itu ongkos masih murah, 4 kilometer itu paling Rp5 ribu. Jadi sehari kadang saya dapat Rp50 ribu sampai Rp100 ribu. Uang segitu kan lumayan banyak di tahun 2003. Bandingannya mungkin Rp300 ribu sekarang lah," kata dia.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Hancurnya (penghasilan) sekitar tahun 2007, kan sudah banyak yang mampu membeli sepeda motor. Saat itu juga mobil angkot mulai banyak, dan dengan rute yang dekat. Orang jadi mikir, daripada naik becak Rp10 ribu tahun 2007 itu. Mending naik angkot cuma Rp2 ribu yah," sambungnya.

Kosim menyebut peran becak sebagai alat transportasi manusia mulai terkikis. "Sejak tahun 2007 sampai sekarang ini, sehari kita dapat 2 kali narik penumpang saja sudah untung, paling saya manfaatkan waktu ikut bongkar muat sayur, sama antar barang di pasar saja," ungkapnya.

ADVERTISEMENT

Para penarik becak di Pasar Baru Karawang kini beralih kegiatan yang biasanya mangkal subuh hingga sore hari berubah menjadi malam hari. "Sekarang datangnya malam, karena mobil sayur kan datang malam bongkar muat, kalau ke sini lagi siang sampai sore itu bukan narik penumpang, tapi narik barang belanjaan dari dalam pasar keluar pasar, itu saja yang masih bisa dikerjakan. Antar barang itu dari dalam keluar pasar paling ongkosnya cuma Rp10 ribu ditambah bongkar muat," ucap Kosim.

Luput dari Perhatian Pemerintah

Becak juga tak dianggap resmi dan dianggap jadi biang kemacetan di jalanan, karena statusnya yang bukan kendaraan bermotor. "Rute kita hanya dari dalam keluar pasar, sekalinya ke jalan raya, sering dibilang macet. Kadang saya suka turun terus dorong. Kita juga nggak pernah dapat bantuan pemerintah semacam teman kami sopir angkot dan ojek, dulu pas pandemi saya dengar mereka (sopir angkot dan ojek) dapat bantuan sembako sedangkan kami tidak," keluh Kosim.

Selain itu, di jalan raya juga tak ada rute khusus untuk untuk becak. Sehingga para joki becak hanya beroperasi di wilayah pasar saja. Seperti halnya di Jalan Ahmad Yani pusat Kota Karawang, hanya terdapat rute sepeda selebar 80 sentimeter di samping kiri badan jalan. Rute tersebut juga tak cukup untuk becak yang rata-rata memiliki lebar badan 120 sentimeter.

Kepala Bidang Lalu Lintas Dinas Perhubungan Kabupaten Karawang Ade Syarifudin mengatakan pihaknya membenarkan bahwa becak kerap luput dari perhatian pemerintah karena tak termasuk transportasi resmi.

"Kalau becak itu gak ada data di kami, soalnya itu kan sepeda," kata Ade saat dihubungi detikJabar, Rabu (25/1/2023).

Ade juga menjelaskan penyebab tak resminya tasnportasi dikarenakan becak tak memberikan pajak kepada pemerintah. "Yah kalau ojek atau angkutan darat lain seperti angkot, elf, itu jelas berpajak, becak mah enggak, karena termasuk sepeda pake tenaga manusia bukan mesin," katanya.

(iqk/iqk)