Keistimewaan Kodok Merah yang Ditemukan di Gunung Salak

Keistimewaan Kodok Merah yang Ditemukan di Gunung Salak

Syahdan Alamsyah - detikJabar
Rabu, 13 Jul 2022 15:02 WIB
Kodok Darah atau Kodok Merah di Kawasan TNGHS
Kodok Darah atau Kodok Merah di Kawasan TNGHS. (Foto: Rahmat Hidayat/KLHK)
sukabumi -

Kodok darah atau dikenal juga dengan nama kodok merah masuk ke dalam kategori satwa langka dan dilindungi. Amfibi bernama latin Leptophryne cruentata itu adalah satu-satunya kodok yang masuk daftar hewan dilindungi dalam PP No 7 Tahun 1999. Apa keistimewaan kodok tersebut?

Direktur Perencanaan Kawasan Konservasi KLHK Munawir mengatakan kemunculan kodok tersebut menandakan kondisi alam di sekitar kawasan itu masih terjaga dan belum tercemar.

"Keberadaan kodok jenis tersebut menandakan alamnya masih bagus masih lestari. Misalkan di Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS), elang jawa juga setiap tahun beranak pinak, artinya habitatnya terjaga. Tugas kita semua menjaga itu. Penemuan (kodok merah) ini membuktikan bahwa satu kodok ini belum punah kedua halimun salak masih lestari itu intinya," kata Munawir kepada detikJabar, Rabu (13/7/2022).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kodok Darah atau Kodok Merah di Kawasan TNGHSKodok Darah atau Kodok Merah di Kawasan TNGHS Foto: Rahmat Hidayat/KLHK

Mantan Kepala Balai TNGHS tersebut secara spesifik menjelaskan alasan hewan itu langka dan dilindungi. Ada beberapa keistimewaan yang disebut Munawir menjadikan kodok merah menjadi satu-satunya kodok yang masuk dalam daftar satwa dilindungi di PP No 7 Tahun 1999.

"Pertanyaannya kemudian kenapa sih dia dilindungi itu kan ya ,satu-satunya jenis kodok yang dilindungi ya jenis ini. Satu-satunya dari sekian banyak jenis kodok ini yang mendapat perlindungan oleh aturan pemerintah. Pertanyannya kemudian, apa sih istimewanya sementara yang lain tidak," ujar Munawir.

ADVERTISEMENT

"Pertama sisi populasi dan persebarannya tidak banyak, salah satu yang menjadi alasan utama yang menjadi ilmiah spesies dilindungi. Kemudian tingkat kerentanannya tinggi, kerentanan dalam artian sangat mudah hilang atau terganggu ketika lingkungannya berubah nah itu rentan dia mati atau punah. Jenis ini itu rentan kalau lingkungannya rusak dia pasti habis. Maka perlu dilindungi habitatnya," sambungnya.

Karena kerentanan itu, lanjut Munawir tingkat populasi satwa tersebut tidak terlalu banyak. Meskipun belum ada hitungan resmi, namun dipastikan masih ada habitatnya di kawasan TNGHS.

"Karena dia punya kerentanan itu, dia memiliki tingkat populasi yang tidak terlalu banyak. Memang belum hitung secara persis yang ada di Halimun ya. tetapi memang di kali pertama hanya ketemu satu ekor. Mungkin ada dua pasangannya, kan ketemu satu. Tidak seperti kodok jenis lain mungkin ratusan ya tetapi jenis ini satu-satu terlihatnya," ucap dia.

(sya/ors)