Riset Oxford: 25 Negara Berhasil Kurangi Separuh Kemiskinan, Termasuk Indonesia

Riset Oxford: 25 Negara Berhasil Kurangi Separuh Kemiskinan, Termasuk Indonesia

Fahri Zulfikar - detikEdu
Senin, 17 Jul 2023 20:00 WIB
Jakarta merayakan hari jadinya yang ke-496. Namun, di usianya yang hampir mencapai 5 abad itu masih terlihat permukiman kumuh di Ibu Kota. Ini potretnya.
Foto: Pradita Utama/Ilustrasi Kemiskinan
Jakarta -

Pusat riset ekonomi Oxford terkait kemiskinan dan pembangunan manusia (OPHI) telah merilis laporan mengenai puluhan negara yang berhasil menuntaskan separuh kemiskinan dalam 15 tahun terakhir. Bagaimana hasilnya?

Bersama Program Pembangunan PBB (UNDP), tim Oxford melaporkan data terbaru dari Indeks Kemiskinan Multidimensi (Multidimensional Poverty Index/MPI) global. Beberapa negara berhasil mengurangi tingkat kemiskinan yang luar biasa bahkan hampir separuh populasi.

Meski begitu, hal itu juga dibarengi dengan 1,1 miliar dari 6,1 miliar orang secara internasional (lebih dari 18%) yang masih hidup dalam kemiskinan multidimensi akut di 110 negara pada tahun 2023.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Afrika Sub-Sahara menyumbang sekitar setengahnya (534 juta), sedangkan Asia Selatan menyumbang sekitar (389 juta). Bersama-sama, wilayah ini adalah rumah bagi sekitar lima dari setiap enam orang miskin.


Negara yang Mengurangi Tingkat Kemiskinan

Laporan mencatat, beberapa negara telah berhasil pengurangan kemiskinan yang luar biasa. Contohnya adalah India yang berhasil mengeluarkan 415 juta orang keluar dari kemiskinan hanya dalam 15 tahun dari 2005 hingga 2021.

ADVERTISEMENT

China juga mencatat pengurangan kemiskinan hanya dalam empat tahun sejak 2010, dengan 69 juta. Angka ini lebih banyak daripada yang tinggal di Inggris. Sedangkan Indonesia mengalami penurunan delapan juta jumlah MPI miskin dalam lima tahun hingga 2017.

Menurut laporan, negara-negara yang berhasil mengurangi separuh MPI dalam periode 4 hingga 12 tahun, menunjukkan kelayakan target Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG) untuk mengurangi separuh kemiskinan (menurut definisi nasional) dalam 15 tahun.

Pedro Conceição, Direktur Kantor Laporan Pembangunan Manusia UNDP, mengamati, ada kemajuan yang stabil dalam pengentasan kemiskinan multidimensi sebelum pandemi. Namun, dampak negatif pandemi dalam dimensi seperti pendidikan sangat signifikan dan dapat berdampak jangka panjang.

"Sangatlah penting bagi kita untuk mengintensifkan upaya untuk memahami dimensi yang paling terkena dampak negatif, yang memerlukan penguatan pengumpulan data dan upaya kebijakan untuk mengembalikan pengentasan kemiskinan ke jalurnya," ujarnya sebagaimana dikutip dari laman resmi Universitas Oxford.

Mayoritas Orang yang Miskin Hidup di Negara Berkembang

Sementara itu, data juga menunjukkan bahwa hampir dua pertiga dari semua orang miskin (730 juta orang) tinggal di negara-negara berpenghasilan menengah. Hal ini membuat tindakan di negara-negara berkembang sangat penting untuk mengurangi kemiskinan global.

Meskipun negara-negara berpenghasilan rendah hanya merupakan 10% dari populasi yang termasuk dalam MPI, tapi ini adalah tempat tinggal 35% dari semua orang miskin.

Anak-anak di bawah usia 18 tahun merupakan setengah dari penduduk miskin MPI (566 juta). Tingkat kemiskinan pada anak-anak adalah 27,7%, sedangkan pada orang dewasa adalah 13,4%.

"Kemiskinan terutama mempengaruhi daerah pedesaan, dengan 84% dari semua orang miskin tinggal di daerah pedesaan. Daerah pedesaan lebih miskin daripada daerah perkotaan di seluruh wilayah di dunia," tutup laporan yang dirilis tim Oxford tersebut.



Simak Video "Jokowi: Periode Krusial RI Jadi Negara Maju 15-20 Tahun ke Depan"
[Gambas:Video 20detik]
(faz/nwk)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia