Batik Sempat Diklaim Miss World Malaysia, Ini Sejarahnya yang Diakui UNESCO

Batik Sempat Diklaim Miss World Malaysia, Ini Sejarahnya yang Diakui UNESCO

Novia Aisyah - detikEdu
Jumat, 22 Okt 2021 14:45 WIB
Twibbonize Hari Batik Nasional, Ini 10 Link untuk Dicoba
Foto: Kemenparekraf
Jakarta -

Pasca klaimnya soal batik sebagai budaya Malaysia, Miss World Malaysia 2021 Lavanya Sivaji mendapat protes dari warganet Indonesia. Peristiwa ini berujung permintaan maaf Lavanya.

"Saya mengakui kata Batik berasal dari Jawa serta desain dan sejarahnya," tulis Lavanya dalam unggahan di Instagramnya, seperti dikutip dari CNN Indonesia, Jumat (22/10/2021).

Ia juga menyebutkan, tidak sedikit negara yang memiliki batik sebagai salah satu budaya mereka, salah satunya Malaysia.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lalu, sebetulnya dari mana asal mula batik sebenarnya? Ada berbagai versi perspektif terkait hal ini. Namun, di sini akan dipaparkan menurut United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO) serta analisis mendalam dari Adi Kusrianto yang telah dibukukan dalam Menelusuri Asal Usul Batik: Benang Merah antara Sejarah, Dongeng Panji, hingga Hasil Riset Modern.

Sejarah Batik yang Diakui UNESCO

Batik menjadi bagian dari Warisan Budaya Tak Benda UNESCO pada 2009. Begitu dikatakan dalam laman resmi UNESCO.

ADVERTISEMENT

Dikatakan oleh organisasi tersebut, umur batik kira-kira sudah lebih dari 1 milenium atau 1.000 tahun. Bukti sejarahnya mengatakan penggunaan batik di sejumlah wilayah di Afrika, Asia, dan Timur Tengah.

Menurut mereka, meski asal mula batik belum spesifik diketahui, diyakini bahwa kain tersebut dibawa ke Asia melalui bagian dari wilayah India. Kata Batik diambil dari bahasa Melayu-Indonesia yang sekarang menunjukkan proses pencelupan kain.

Di samping itu, batik mencapai masa keemasannya pada abad ke-19. Seni batik juga akhirnya menyebar ke seluruh penjuru Indonesia dan akhirnya menuju Semenanjung Malaya.

Sejarah Batik dari Pulau Jawa

Dalam buku Asal Usul Batik: Benang Merah antara Sejarah, Dongeng Panji, hingga Hasil Riset Modern, era puncak batik tercapai saat masa pemerintahan Keraton Yogyakarta dan Surakarta, pasca Perjanjian Giyanti.

Barulah pada abad ke-20 muncul berbagai karya tulis yang mengulas keberadaan batik yang pada waktu itu tengah sangat berkembang di Jawa Tengah.

Meski begitu, di antara penulis yang bukunya didistribusikan secara luas, ada laporan dari G.P. Rouffaer yang berjudul De Batik-kunst in Nederlandsch Indie menyebutkan, bahwa pola Gringsing sudah ada sejak abad ke-12 di Kediri, Jawa Timur. Pola tersebut hanya bisa dibuat dengan canting, sehingga ia berpendapat bahwa canting ditemukan di Jawa Timur pada sekitaran masa itu.

G. P. Rouffaer (1860-1928) adalah peneliti, penjelajahan, dan pustakawan Belanda.

Sementara, informasi yang diungkapkan G. P. Rouffaer ini memiliki benang merah dengan Babad Sangkala (1940) dan Panji Jayalengkara (1770). Pada kedua naskah kuno ini ditemukan kata hambatik yang artinya membatik.

Di samping itu, hasil riset G. P. Rouffaer tentang penemuan Gringsing pada abad ke-12 di Kediri juga memiliki kecocokan dengan kisah dalam serat Panji atau dongeng Panji di masa Kerajaan Kediri.

Dalam buku Fabric of Enchantment: Batik from the North Coast of Java tulisan Rens Heringa disebutkan, batik pertama kali muncul di Indonesia pada 700-an. Saat itu batik diperkenalkan orang India ketika Raja Lembu Amiluhur atau Jayanegara yang merupakan Raja Janggala, menikahkan putrinya dengan seorang putri India. Kendati begitu, data-data pendukung untuk hal ini tidak cukup meyakinkan penulis Asal Usul Batik: Benang Merah antara Sejarah, Dongeng Panji, hingga Hasil Riset Modern.

Begitulah sejumlah perspektif sejarah batik yang sudah diakui UNESCO pada 2009 lalu. Motif batik apa yang paling kalian suka, detikers?



Simak Video "Popularitas Jamu Diharapkan Meroket Seusai Jadi Warisan Budaya Dunia"
[Gambas:Video 20detik]
(nah/nwy)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia