Sungai Bawah Tanah Raksasa Ditemukan di Antartika, Potensi Ancaman?

CNN Indonesia
Kamis, 03 Nov 2022 19:01 WIB
Sungai bawah tanah raksasa ditemukan di Antartika yang disebut para ahli bisa memberi ancaman global. Kenapa?
Ilustrasi. Sebuah sungai yang lebih panjang dari sungai Thames ditemukan di daerah Antartika. (Foto: iStockphoto/designbase)
Jakarta, CNN Indonesia --

Sebuah sungai yang lebih panjang daripada Sungai Thames, Inggris, ditemukan di lapisan bawah es Antartika. Bagaimana cara ahli menemukannya?

Melansir LiveScience, sungai ini ditemukan menggunakan radar penetrasi es yang dipasang di pesawat. Dalam beberapa kali survei area, para peneliti menemukan sistem sungai sepanjang 460 kilometer dan mengalir ke laut Weddell.

"Ketika kami pertama kali menemukan beberapa danau di bawah es Antartika beberapa dekade lalu, kami kira mereka saling terisolasi satu sama lain," kata salah satu penulis studi ini, Martin Siegert, ahli gletser di Grantham Institute at Imperial College London.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Sekarang kami sedang mulai mengerti ada sebuah sistem keseluruhan di sana, dihubungkan dengan jaringan sungai luar biasa besar, seperti yang seharusnya demikian jika tak ada ribuan meter es di atas mereka," ujarnya menambahkan.

Namun, penemuan sungai besar ini bisa mengkhawatirkan. Pasalnya, wilayah yang didiaminya punya kapasitas untuk meningkatkan level permukaan laut global sekitar 4,3 meter.

ADVERTISEMENT

Jika lapisannya mencair, pencairannya tidak akan terjadi sekaligus. Namun, masih belum jelas cara lapisan es ini merespons ketika Bumi makin hangat. "Jaringan sungai yang baru ditemukan ini bisa sangat memengaruhi proses tersebut," ujarnya.

Sistem sungai ini terletak di bawah empat lapisan es ukuran besar yang mengalir. Lapisan itu sangat rentan menjadi tak stabil jika pinggirannya copot dari bagian dalam.

Sungai ini muncul di bawah bongkahan es yang mengapung ke laut Weddell, tempat di mata air yang mencair punya potensi memakan bongkahan itu dari bawah.

Ketidakstabilan seperti itu bisa merontokkan es lebih cepat daripada yang diperkirakan sebelumnya serta menipiskan dan mematahkan es yang ada di bebatuan Antartika. Es yang patah dan lebih tipis mungkin lebih cepat mencair karena adanya friksi dari gesekan es sepanjang bebatuan tersebut.

Alhasil, sungai ini diprediksi bisa membawa lebih banyak air ke sungai bawah es tadi dan selanjutnya mempercepat pencairan lapisan es itu sendiri.

Menurut Christine Dow, yang juga terlibat dalam studi ini, pemahaman soal dinamika tersebut dan kecepatan pencairan es yang bisa terjadi sangat krusial untuk mengerti seberapa cepat Antartika akan kehilangan esnya karena perubahan iklim.

"Dari pengukuran satelit, kami tahu, wilayah mana di Antartika yang kehilangan es, dan seberapa banyak. Tetapi kami belum tahu mengapa," kata Dow seperti dilansir jurnal Nature Geoscience.

"Penemuan ini bisa saja menjadi kepingan yang hilang dalam model kami. Kami mungkin sangat meremehkan seberapa cepat sistem ini akan mencair dengan tidak menghiraukan pengaruh dari jaringan sungai tersebut," ujarnya mengakhiri.

(lth)


[Gambas:Video CNN]
REKOMENDASI UNTUK ANDA
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER